Aku berganti pakaian. Aku memakai hotpans and T-shirt. Setelah berpakaian aku ingin turun ke bawa untuk makan. Saat ingin membuka pintu, pintu sudah terbuka lebih dulu dan menampakan wajah bang Vino yang merah padam.
Aku menaikan sebelah alis ku. Bang Vino mendorong ku untuk masuk ke dalam kamar lagi. Bang Vino menutup pintu kamar ku.
"Apa?" Tanya ku ketus.
"Eh? Siapa yang nyuruh lo turun ditengah jalan? Lo ngapain ngadu sama Mom yang enggak enggak?" Ucapnya. Aku memutar bola mata.
"Siapa suruh lo ikut jelek jelekin gue didepan Kak Gerry. Emang enak? Rasain tuh pembalasan." Ucap ku sambil memajukan wajah dan berbicara tepat didepan wajahnya. Bang Vino mencekal tangan ku kuat. Membuat ku meringis kesakitan.
"Awhh.. bang Sakit." Ucap ku. Bang Vino malah semakin memperkuat cekalan tangannya.
"Bang, sakit." Ucap ku lagi. Aku menahan air mata ku agar tidak jatuh.
"Puas lo?" Tanya Bang Vino. Aku mengangguk. Bang Vino melepas cekalannya. Aku melihat tangan ku yang berdarah karna tertekan dengan kuku bang Vino. Tak bisa lagi ku tahan, air mata mengalir dipipi. Dan saat itu juga bang Vino memeluk ku.
Aku tidak membalas pelukannya. Aku masih bergeming memegangi tangan ku yang berdarah. Bang Vino mengusap kepala ku lembut.
"Jangan kaya gini lagi ya, gue mohon." Ucap Bang Vino. Aku masih bergeming. Aku berpura pura tak mendengar semua yang diucapkan bang Vino.
"Nin, jawab dong." Bang Vino mengerat kan pelukan kami.
"Maafin gue." Ucapnya. Bang Vino melepas pelukan kami. Dia memegang kedua bahu ku.
"Gue sayang lo. Jangan kaya gini lagi ya. Dan gue janji gue bakal bantu deketin lo sama Gerry." Ucap Bang Vino. Setelah itu Bang Vino menarik tangan ku yang lain. Karna yang satunya berdarah. Bang Vino mengajak ku turun kebawah.
Bang Vino mengisyarat kan ku duduk diSofa ruang keluarga. Aku menurutinya. Bang Vino pergi meninggalkan ku.
Tak lama kemudian bang Vino kembali membawa kotak obat. Sepertinya bang Vino akan mengobati luka ku. Benar saja, dia memperban lengan ku yang luka karnanya.
Setelah selesai bang Vino menatap ku. Aku menatapnya juga. Entah, aku merasa jika sedang berdua dengan Bang Vino serasa kami berdua pacaran. Segera ku tepis pikiran itu jauh jauh.
Cup
Bang Vino mencium kening ku lalu tersenyum. Aku masih bergeming, rasanya seperti terbang melayang layang. Haha. Okey itu terlalu lebay.
Tapi ini serius, Bang Vino gak pernah cium aku sebelumnya. Dan ini yang pertama kalinya bang Vino mencium ku.
"Makan yuk! Belum makan kan?" Tanya Bang Vino. Aku menggeleng.
"Mom pergi kerumah Nenek. Jadi kita berdua dirumah." Ucap Bang Vino.
"Trus kenapa kalau berdua? Tanya ku.
"Ya gapapa. Cuma ngasih tau." Jawab Bang Vino lembut. Aku hanya mengangguk.
"Oh iya Nin, temen abang mau main kerumah." Ucap Bang Vino. Aku tersedak mendengar ucapan bang Vino. Teman? Berarti ada Kak Gerry dong.
"Teman? Kak Gerry?" Tanya ku. Bang Vino mengangguk.
"Yampun. Mau pada ngapain emang?" Tanya ku.
"Mau main ajah. Karna Mom gak ada. Jadi abang bawa temen. Gapapa kan?" Tanya bang Vino.
"Gapapa kok." Jawab ku.
Setelah itu kami sibuk dengan makanan kami masing maaing. Hanya ada dentingan sendok yang terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Cool And Mrs. Cerewet
Teen FictionGerry Ajund Daehan. Laki laki yang tampan, dia adalah ketua OSIS diSMA 70. Tapi, dia benar benar dingin dan cuek. Tak ada satupun wanita yang berani mendekati Gerry. Hanya Greysia Anindya Diudit. Perempuan yang sangat bawel dan cerewet. Dengan tida...