Reka menyesap kopinya.
Pria itu memandang ke luar jendela besar dengan kaca tembus pandang yang melapisinya.
Lampu-lampu kota Jakarta turut meramaikan malam ini. Malam yang penuh kenangan.
Tanggal, 24 April.
Sebuah senyuman kemudian terukir di wajahnya. Senyuman pahit yang menyimpan kepedihan serta penyesalan mendalam yang selalu membawanya pada memori indah saat ia bertemu gadis itu.
Gadis yang selalu saja berhasil meruntuhkan dinding hatinya. Membuatnya kian jatuh bangun mengejar sang cinta yang telah hilang bersama dengan kenangan yang terbungkus rapi dalam memorinya.
Memori indah yang selalu membawanya kembali dalam pahit, manisnya cinta.
●●●●
SMU Tunas Bangsa Beberapa Tahun Lalu ...
"Nay! Katanya ada anak baru yah?!" Ria menggebrak meja sembari menyodorkan Nayla dengan beberapa pertanyaan yang dramatis.
"Ya, mana gue tahu. Emang gue kepsek atau peramal apa?" Nayla menjawab ketus.
Sepersekian detik kemudian, Ria mengerling.
Cewek berambut ikal kecokelatan tersebut lalu segera mendudukkan dirinya tepat di hadapan Nayla duduk. Mereka berdua kini hanya dipisahkan oleh meja cokelat berbentuk persegi panjang yang berada tepat di tengah keduanya.
"Katanya dia ganteng lho!" Bibir penggosip milik Ria segera beraksi. Bagai telah di asah, Ria segera berceloteh. Menggosipkan anak baru yang tadi dikatakannya memiliki wajah ganteng tersebut.
"Terus?" Nayla merespon tak berminat. Cewek itu hanya membolak-balikkan bukunya. Sementara telinganya tak mengerti betul apa yang dikatakan Ria. Istilahnya, masuk telinga kiri, keluar telinga kanan.
"Tapi, dia cupu! Ah! Malah gue udah semangat banget lagi pas denger murid baru yang cowok itu ganteng. Eh, pas tau dia cupu, mood gue kan jadi turun derastis!" Ria mendengus kesal. Kesal akan kenyataan yang mengungkapkan bahwa cowok calon murid di sekolahnya itu, ternyata cu-pu. Dan karakter cupu itu tak termasuk dalam daftar cowok idaman Ria. Sungguh sangat disayangkan.
"Oh," tanggap Nayla singkat yang sukses membuat Ria mendengus kesal.
"Isshh!!! Dasar Nayla jutek!! Lo tuh ya-" Baru saja Ria ingin melanjutkan ucapannya, namun kegiatannya itu terhalang karena kedatangan Bu Kina bersama seorang cowok yang tengah berjalan di belakangnya.
Semua murid yang tadi asik bercerita dan bergosip dengan teman mereka, sontak duduk tenang di bangku mereka. Takut jika akan kena marah Bu Kina lagi kali ini.
Setelah Bu Kina sampai di depan kelas, para murid pun langsung memberi salam yang juga ditanggapi langsung oleh Bu Kina sendiri.
Setelah pemberian salam, tubuh wanita paruh baya itu lalu memutar, menghadap ke arah cowok yang sedari tadi menundukkan kepalanya. Ia kemudian berkata, "Silahkan perkenalkan nama kamu!" titah Bu Kina pada cowok itu.
Setelah mendapat perintah mutlak itu, Cowok tersebut langsung mendongakkan kepalanya. Menampilkan wajah tampan ditambah kaca mata bulat besar serta tatanan rambut yang malah memberinya kesan cupu nan kutu buku.
"Kenalin. Nama saya, Reka Andalaz. Saya pindahan dari kampung. Saya harap, kalian bisa berteman baik dengan saya," perkenalan cowok bernama Reka itu dengan satu tarikan napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
القصة القصيرةDia yang pergi ... bukan berarti tak meninggalkan memori. *** Dipublikasikan, 22/04/16