Briyan Briyan Briyan

62 6 0
                                    

Briyan membukakan pintu mobil untuk Vika. Briyan melihat Vika yang masih berjalan di belakangnya dengan tatapan datar. Kemudian Vika masuk ke dalam mobil sport milik Briyan dengan gontai. Sepatu hak nya ia jinjing dan tak ia kenakan lagi. Katanya dia sudah capek dan pegal jika selalu memakai sepatu itu. Dia lebih suka sepatu lainnya yah mungkin sejenis HipHop atau lainnya.

Bahkan sebelum acara ultah Della selesaipun ia telah melepasnya. Vika tak terbiasa dengan semua ini. Dress,haihells dan semua semacam itu pokoknya adalah asing di kehidupannya. Meskipun mamanya telah memberikan satu lemari baju yang berisi dress semua agar anaknya ini berubah. Tapi tetap saja semua gagal karena tetap saja dia akan lebih memilih lemarinya sendiri yang hanya berisi kaos pendek dengan ukuran besar, kemeja yang rerata tak ada yang pres body dan selalu kebesaran. Juga rompi serta kaos kaos polos sebagai pendampimg rompinya. Satu lagi yang menjadi kesukaannya yaitu jens atau celana pensil yang rerata terdapat sobekan di bagian lutut serta pahanya. Semua itu hidup Vika yang tak boleh satupun orang mengusiknya. Karna dia adalah dia.

•••

"Aaaaaaaaaaaaahhhhh" teriak Vika saat melihat sepenjuru ruangan yang belum dia kenal.
"Ishhhhghhghghh" terdengar desahan seseorang yang membuat Vika kebingungan dan mencari keberadaannya.
Vika sempat terkejut melihat Briyan yang tidur disofa dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.
Kemudian dia bangun dan menghampiri Vika yang mengganggu tidurnya.
"Apaan sih lo teriak teriak kayak orang dirampok" kata Briyan sambil mengacak ngacak rambutnya ala bangun tidur.

"Ishh lo tuh yah nyebelin banget. Jelaslah gue kaget. Gue pikir lo bakal apa apain gue."

"Enak aja gue juga tau diri kali. Sekarang lo ada dirumah gue. Puas nggak lo. Udah mandi sono ngeganggu tidur gue aja lo!"

"Hahh rumah lo?" Memang benar sekarang dirinya ada di kamar Briyan. Bisa terlihat dari cat kamarnya yang di dominasi dengan warna hanya hitam dan putih. Dengan sprei berwarna hitam dan motif tengkorak. Kamar ini cukup luas. Didepan kasur dengan jarak yang tak cukup jauh ada sebuah rak PS dan di atasnya terdapat televisi. Disamping kanan ranjang terdapat meja belajar dengan banyak tumpukan buku. Dan tepat di belakangnya terdapat dinding yang membatasi kamar dengan kamar mandi pribadi. Setelah itu di bagian pojok kiri disamping rak PS dengan jarak cukup jauh disana terdapat sofa yang tadi ditiduri Briyan. Dan tepat di samping kiri ranjang terdapat lemari besar. Menurut Vika ruangan ini tak kalah besar dengan ruanganya. Ruangan ini dihiasi dengan rak mobil dan motor mainan mini. Juga dengan sederet gitar yang digantung menghiasi kamar ini. Berbeda dengan kamar Vika yang penuh dengan stiker pembalap Rosi dan Pedrosa juga dengan banyak stiker yang tak kalah banyak yaitu Rio Hariyanto. cat dinding kamar Vika pun hanya dikombinasi dengan warna hitam serta abu abu yang dihiasi dengan kaos kaos yang ditandatangani oleh para pembalap pada stikernya. Kamar Vika berisi dua lemari besar. Yang satu hanya berisi jaket, rompi serta kostum balapnya. Dan satunya lagi berisi jeans dan kaos biasa juga kaos oblong kesukaannya. Dan satu lagi karna paksaan mamanya maka di kamar Vika terdapat satu lemari mini berisi dress dan highhels.

"Iyah rumah gue. Lo tenang aja gue udah izin ama ortu lo kok" jawab Briyan yang masih berdiri dan memandangi Vika yang masih duduk di atas ranjangnya.

"Lo kenapa bisa mudah banget izinnya?"

"Karna bokaplo sahabat bokap gue. Dan nyokaplo sahabat nyokap gue. Dulu mereka satu geng." Terang Briyan.

"Terus kenapa waktu itu nyokap gue nggak kenal sama elo?"

"Karna nyokaplo belum tau kalo gue anaknya bunda"

"Ngomong dong dari kemaren. Bikin gue bingung aja lo"

"Udah sono lo gak usah banyak bacot. Mandi sana gue mau lanjutin tidur gue" kata Briyan sambil menarik Vika untuk segera ke kamar mandi.

"Gue pakek baju apa ntar?" Tanya Vika yang menyadari bahwa dia hanya menggunakan dress itu dari kemarin.

VikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang