"Dasar cowok manja.. Gitu aja udah sekarat kaya cacing mau mati.."
Risha melempar sebuah bola sepak berwarna biru ditangannya kesal ke arah Hans yang sudah nampak tenang.
Dia sendiri memilih mengkonfrontasi cowok nakal itu untuk menyembunyikan kegundahan yang sempat mendera hati dan pikirannya.
"Wooeee kalem aja coy... Lagian bukan gue tuh yang mau mati. Tapi cacing di perut gue yang udah pada sekarat minta jatah.."
Hans membela diri sambil mengelus ngelus perutnya yang rata, sambil masih sibuk melanjutkan makan sarapan terlambatnya yang tadi sempat terganggu oleh serangan brutal Risha.
Risha mencebik kesal sambil melototkan matanya kepada cowok gak tau diri depannya. Dia akhirnya memilih duduk di antara Rara dan Hans sambil sesekali melirik sengit ke arah Hans yang bersikap masa bodo.
"Gak usah lirik lirik ntar naksir lagi... Tau rasa deh lo.."
Hans melontarkan celotehan asal ke arah Risha saat dia menoleh ke samping kanan dan memergoki cewek itu tengah melirik lirik ke arahnya dengan tampang yang super jutek.
Sementara Risha tersentak kaget tak menyangka cowok dingin di sebelahnya akan menceletuk gombalan asal seperti itu.
Dengan tampang judesnya Rishapun membalas komentar Hans dengan sindiran yang tak kalah menusuk.
"Huuufth... Semoga Tuhan menghindarkan ku dari serangan serangan setan yang kurang ajar "
"Hahahha mana mau Tuhan menolong gadis galak yang suka menganiaya orang kayak kamu..."
Hans menjawab cepat komentar Risha dengan tawa dan kekehan sinis yang membuat Risha kembali mendelikkan mata dan mencebik kesal.
"Hahah kalian ini kayak tikus sama kucing aja. Berantem mulu kerjaannya.. gak pernah akur. Gak baik loh.. Ntar malah kena lemparan batu.... "
Rara memandang gemas dua remaja di hadapannya yang saling serang dengan perang dingin. Membuatnya tidak tahan untuk tidak menggoda mereka dengan selorohannya.
"Maksud kamu apa Ra? " Risha menoleh bingung pada Rara. Tak mengerti maksud dari perkataan saudaranya itu. Begitu pula Hans yang memandang Rara dengan tatapan dingin dan menusuk.
"Ya barangkali aja sekarang benci trus ntarannya jadi saling cinta gitu???"
Rara terkekeh geli melihat wajah Risha dan Hans yang sama sama tegang menanti jawaban darinya. Dan sama sama berjingkat kaget saat mendengar jawaban asal darinya.
"Haahhahahahahh" Rara tertawa girang berhasil mengerjai Risha dan Hans sekaligus.
🍀🍀🍀
Siang yang cerah dengan angin bertiup kencang mengurai kabut kabut tipis yang tak lepas berurai seperti gumpalan gulali yang menjadi primadona Pasar Malam.
Risha, Rara dan Hans berjalan beriringan menembus udara dingin yang tersenyum menang. Pongah akan kekuatannya yang tak tertembus radiasi panas matahari penghujung bulan Juli.
Melewati hutan tepian telaga, mereka sedikit mengatur nafas untuk melanjutkan perjalanan mendaki bukit yang lumayan tinggi di belakang telaga.
Jalanan terjal berbatu tak terasa berarti bagi semangat muda ketiganya untuk mencapai tujuan. Seperti hidup yang tak mengenal jeda, perjalanan adalah sebuah arti jika tak berhenti sebelum pencapaian misi.
Semak belukar dan akar akar pepohonan yang malang melintang di sepanjang perjalanan, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung berjiwa petualang yang tak pernah sepi membanjiri objek wisata alam di Kabupaten Wonosobo ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BOYS COOL BALL
Ficção Adolescente"Dia bukan hanya bintang, tapi juga Idola! Dia itu ibarat Dewa dan aku... Aku adalah Pariya..." "Aku tinggi seperti gunung, semua orang melihatnya tetapi tak bisa merasakannya. Aku sepi, aku sedih, aku sendiri....." "Jatuh cintapun perlu tahu diri...