Ponsel di saku jeansku bergetar. Dengan cepat aku merogoh benda itu dari saku. Setelah mengusap layar untuk membuka lock screen, notifikasi pesan itu terlihat jelas. Aku menghembuskan nafas panjang usai membaca pesan itu.
"Kenapa? Nggak jadi lagi ketemuannya?" Adikku menertawaiku.
" Pedekate udah lama, tapi sebatas ketemu doang, belum sekalipun ngobrol berdua. Antara dia yang bener-bener sibuk atau kalian emang nggak ditakdirkan ketemuan," tambahnya lagi.
"Ada-ada aja yang bikin nggak jadi. Argh!" Aku meninggalkan adikku yang puas menertawaiku.
------
Hari ini sekali lagi kami coba mengatur pertemuan. Aku menduga-duga, apa yang akan membatalkan rencana hari ini. Gempa, tsunami, badai, atau apa? Tapi aku salah besar, hujanlah yang mendistraksi kami kali ini. Hujan yang mengguyur tanpa henti di hari raya umat Budha.
"Hujannya awet, kak. Udah ganti baju, gih. Paling gebetanmu lagi mager"
Aku memanyunkan bibir. Masih diambang kepastian. Dia belum memberi kabar apapun.
Tak lama, lagu I Knew You're Trouble milik Taylor Swift mengalun dari handphoneku. Klik.
"Halo?" Aku menyapa.
" Halo, kita jadi, kan ngopinya malam ini? Aku udah di depan rumah,"
Buru-buru aku berlari ke arah jendela. Mobilnya terparkir di depan pagar rumah.
"Halo?" Seseorang di ujung handphone menyadarkanku.
"Eh, hm, jadi!"
Siapa sangka, distraksi hujan hari ini mempermanis pertemuan pertama kami di kafe kopi. Hujan yang terus turun sejak pagi di hari libur membuat banyak orang memilih hanya bermalas-malasan di rumah. Kafe kopi ini pun jadi sepi pengunjung.
Jadi, kegagalan rencana yang lalu sebenarnya untuk mensahkan kejadian malam ini?