Part 4 ✖ Rencana Triple A

29 6 0
                                    

Masih di hari yang sama.

Hari Jum'at

"Gila lama amat sih?!" Alvita mulai jengkel, karena sedari tadi Alvin belum juga muncul dengan makanan yang mereka pesan.

"Tau, keburu laper elah!" Kata Adel menyetujui Alvita sambil mencebikan bibirnya.

"Ngantri kali." Ucap Alin yang juga sudah mulai jengkel.

BRAK!!!

Adel tiba-tiba menggebrak meja karena baru saja mendapatkan ide yang bagus menurutnya.

"Main TOD yuk!" Ajak Adel semangat dan menatap keduanya antusias.

"Oke" jawab Alvita, sedangkan Alin hanya mengangguk.

"Kita mulai ya," ucap Adel sambil mengambil pulpen yang ada di saku bajunya.

Adel mulai memutar pulpen itu. Adel, Alvita, dan Alin menatap ujung pulpen itu tanpa berkedip. Dan...

Adel...

"Sial! Masa gue yang ngajakin, gue duluan yang kena!" Adel mendengus sebal.

"Truth or dare?" Tanya Alin kepada Adel.

"Truth!" Jawab Adel kesal. Alvita hanya cekikikan melihat wajah sebal Adel.

"Lo suka, sama si Playboy cap kapak, kan? Si Dimas? Ngaku!" Tanya Alvita sambil menaik turunkan alisnya.

"E-eng-gak!" Elak Adel.

"Bohong! Ngaku lo!"

"Enggak!" Elak Adel lagi dengan pipi memerah.

"Hahaha, Adel blushing" ejek Alvita.

"Oke. Udah ya. Sekarang gue yang muter" ucap Alin menengahi.

Alin mulai memutar pulpen yang masih setia diatas meja. Mata mereka terfokus kepada ujung pulpen. Dan...

Alvita...

"Hahaha. Gantian lo!" Ejek Adel. Alvita hanya mendengus.

"Truth or dare?" Tanya Alin.

"Karena gue pemberani, dan suka tantangan makannya gue pilih dare!" Jelas Alvita panjang lebar.

"Oke! Gimana kalo dare- nya itu," Adel berbicara sok misterius.

"Apa, elah... gak usah sok misterius" ucap Alvita malas.

"Cepetan Adeell" ucap Alin sedikit penasaran.

"Dare- nya adalahhh...." ucapan Adel terpotong karena kehadiran Alvin.

"Em, sorry lama, soalnya ngantri" ucap Alvin sedikit bersalah.

Alvin mulai menaruh nampan yang berisi tiga mangkuk mie ayam dan tiga jus buah.

"Eh, btw, lo gak pesen?" Tanya Adel sedikit penasaran.

"Enggak" ucap Alvin lirih.

Adel hanya ber'oh' ria. Sedangkan Alvita merogoh sakunya untuk menggantikan uang Alvin.

"Nih, gantinya!" Ucap Alvita sambil menyerahkan satu lembar lima puluh ribu.

"Eeh? Gak usah. Gue ikhlas" ucap Alvin tulus.

"Gue juga ikhlas. Ambil!" Alvita membuka telapak tangan Alvin dan menaruh uang itu dan menutup jari-jari Alvin.

"Em, ya udah. Makasih" ucap Alvin lembut dan tulus.

Setelah menerima uang itu, Alvin segera meninggalkan kelas dan menuju ke tempat biasa saat dia istirahat. Perpustakaan.

"Eits! Dare nya belom ya" ucap Adel mengingatkan.

Alvita hanya memutarkan bola matanya malas.

¦¦¦

[3 PM]

Sehabis pulang sekolah, Alvita, Adel, dan Alin langsung menuju ke rumah Alvita. Sekarang mereka sudah ada di kamar Alvita.

Rumah Alvita sepi, karena kedua orang tuanya masih berada di kantor. Sedangkan seorang kakaknya sudah menikah dan tidak lagi tinggal disitu.

"Oh iya, gimana kalu darenya lo deketin Alvin. Buat dia suka, sampe dia baper gitu. Gimana?" Tanya Adel sambil menaik turunkan alisnya.

"Masa begitu. Kasihan." Ucap Alin yang sedang bersandar di sofa kecil.

"Oke! Gue terima. Mumpung dia lagi jadi babu. Gak susah-susah amat lah. Gue kan cantik." ucap Alvita menyetujui dengan ke-PD annya.

"Hati-hati karma!" Peringat Alin.


~~~

Part 4

Jangan lupa [VOMENT] yak...

💞💞

Sya~~

Worthy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang