Prolog

538 21 0
                                    

Abad 19, tahun 1888 dimana Inggris mengalami masa kelamnya.

Tetasan air yang menghujam deras salah satu kota di Inggris. Whitechapel.

Derap langkah kaki yang bergiliran dengan cepat serta seruan nafas yang tersenggal-senggal.

Seorang lelaki bertubuh ramping dengan surai merah bata tengah berlari kearah sebuah gang sempit di kota itu. Hujan yang deras membuatnya kelelahan lebih cepat.

"Tch, dia menemukanku....'' ucapnya sembari bersembunyi dibalik gang.

Serasa sudah aman, dia mencoba mengintip kearah dia berlari dan tak ada siapapun.

Ia terduduk dibalik gang itu. Ia menenangkan nafasnya yang memburu. Rambut merah batanya basah akan guyuran hujan.

Jalanan itu nampak sepi. Ia melihat sekeliling dan mulai berjalan melintasi gang itu. Ia keluar dari gang itu dan tiba diperbatasan kota Whitechapel.

Dia mempercepat langkahnya saat mendengar langkah kaki yang berjumlah cukup banyak, Itu polisi!

Pria bersurai merah itu memasuki hutan dengan cepat. Ia berlari dan terus berlari. Hujan masih tetap mengguyur deras.

Nafasnya terus berpacu, langkah kakinya tidak bisa bersantai. Beberapa kali ranting pohon mengoyak pakaian pria itu, dan beberapa kali pula ranting pohon menggores kulitnya yang pucat.

DOR!!

Suara tembakan terdengar. Ia menoleh kearah suara tembakan itu. Sesosok pria tengah mengejarnya.

Dia mempercepat larinya, nafasnya terus memburu yang membuatnya dapat kehabisan oksigen sewaktu-waktu. Dan suara tembakan terdengar, kali ini tembakan itu mengarah kearahnya.

DOR!

Dia hampir jatuh tersungkur. Lengan kirinya mengeluarkan darah begitu banyak dari lubang tembak kecil itu. Dia mengerang kesakitan sembari memegangi lengan kirinya.

Tersadar bahwa keadaanya sedang bahaya, maka dia menyobek kain dari bajunya dan mengikatnya di lengan kirinya untuk menghentikan pendarahan.

Dia melanjutkan langkahnya, kali ini lebih pelan karna bagian tubuhnya terluka dan ia memegangi lengannya erat.

Walaupun hujan mengguyur begitu deras, tapi dia bisa merasakan bahwa keringatnya keluar begitu banyak. Dia tidak bisa menahan pendarahan di lengannya, rasa sakitnya makin menjadi. Dia meringis kesakitan.

Suara langkah kaki dari belakangnya mendekat. Detak jantungnya juga ikut berpacu cepat sama dengan nafasnya.
Langkah kakinya berhenti, ia tetap memegangi tangannya.

Tubuhnya berhenti di penghujung hutan.Ia bergidik melihat jalan yang ada di depannya.

Sebuah jurang tanpa dasar terletak beberapa langkah di depannya. Pepohonan juga hampir tidak ada di sekeliling jurang tersebut.

Dia melangkah pelan menuju jurang itu. Ia keluar dari pepohonan yang mengelilinginya dan hujan dapat mengguyurnya tanpa halangan.

Seringai muncul di wajahnya. Dia tertawa. Tawanya sungguh mengerikan, seperti penuh penyesalan, kekalahan, frustasi, dan rasa memuaskan.

Dua atau tiga langkah lagi dia sampai di ujung tebing, dirinya membalikkan tubuh dan matanya menyelidik kearah sesosok yang baru saja keluar dari pepohonan disana.

Seringai masih tergambar diwajah pucatnya, ia sesekali juga meringis merasakan luka di lengannya. Ia mencengkram kuat lengannya yang mengeluarkan banyak darah.

Semuanya akan berakhir

Mengingat kalimat itu membuatnya tertawa lebih keras. Jadi usahanya selama ini sia-sia? Kesenangannya tidak bisa bertahan lama?

"Jack!'' Panggil sosok pria yang keluar dari gelapnya hutan. Tubuhnya juga basah kuyup seperti pria bersurai merah bata yang di panggil Jack ini.

Pria di depan Jack mengenakan setelan coat coklat panjang, berbeda dengan Jack yang mengenakan setelan coat merah.

"Bunuh aku Sherlock! Bunuh aku!'' Teriak Jack kepada pria bernama Sherlock Holmes ini.

Tawa Jack kembali terdengar, kini ia menutup matanya dan melepas cengkramannya dari lengannya, saat ini dia merasa menyedihkan.

Sherlock menodongkan pistol ke arah Jack. "Tembak aku!'' Jack kembali berteriak dengan seringai gila. Hujanpun tidak bisa meredam teriakannya.

"Kembali kemari, Jack! Ratu menginginkanmu!'' Ujar Sherlock yang masih menatap tajam Jack.

"Ratu? Wanita tua jalang itu?!''

"Jaga mulutmu, Jack!'' Bentak Sherlock tidak senang dengan ucapan Jack.

"Kubilang tembak aku! Tembak aku jika kau tidak suka!'' Jack kembali menyeringai licik. "Tembak aku atau kuperkosa wanitamu, Sherlock''.

Ekspresi Sherlock berubah, tatapannya semakin tajam, ia tidak suka, ia marah, sangat marah.

Dor!

Kaki kiri Jack tertembak, ia terjatuh dengan kaki kanan yang menopang dirinya terlebih dulu. Jack terus tertawa melihat tatapan Sherlock. "Bahkan kau masih bisa memikirkan wanita.'' ucap Jack sembari tertawa lepas.

Jack mencoba berdiri, ia berdiri dengan kaki kanan yang lebih dominan menopang dirinya yang kurus itu. Sherlock semakin waspada melihat pergerakan Jack.

"Jack! Kubilang kemari atau kutembak!'' Sherlock kembali membentak kini dengan wajah yang sangat marah karna Jack yang berani mempermainkannya.

"Sudah kubilang tembak aku!'' Teriak Jack. "Tetap saja aku akan mati nantinya'' ucapnya lirih.

Tiba-tiba dia teringat akan bagaimana ia tertangkap. Dia tertangkap basah sedang menyembelih seorang korbannya. Sungguh perbuatan menyenangkan saat Jack menyembelih ibunya tadi. Tapi, dia belum puas.

Dia belum puas untuk menyembelih dan memotong ibunya.

Tawa Jack semakin menggelegar diantar guntur. Dia belum puas membalas cinta ibunya. Dia masih ingin mengoyak isi perut ibunya. Dan teringat akan siapa yang menangkap basah dirinya saat ia membalas cintanya ibunya, ialah Sherlock Holmes. Raut wajah gila milik berubah menjadi marah.

"Aku ingin membalas cinta ibu lagi....'' heramnya. Ide gila muncul di dalam kepalanya. Seringai licik tergambar jelas. Ia membentangkan kedua tanganya sembari menatap Sherlock dengan tatapan licik. Daripada membiarkan dirinya mati di tangan Sherlock, ia lebih memilih bunuh diri.

"Sherlock Holmes! Aku berharap kita bertemu di kehidupan selanjutnya!''

Sherlock yang mendengar ucapan Jack sesegera mungkin berlari kearahnya dan menangkapnya. Namun, langkah Jack lebih cepat. Sekali lompatan dia menerjunkan diri ke jurang.

Ia mencoba meraih tangan Jack yang belum sepenuhnya tenggelam dalam lompatannya, namun itu sia-sia dia kalah cepat dengan tubuh Jack yang terjun.

Dia menatap Jack dengan mendelik kaget. Sebuah seringai penuh kepuasan, serta sebuah kalimat yang diucapkan Jack lirih tapi bisa didengarnya dengan jelas.

"Aku! Jack The Ripper! Akan menghancurkan jiwamu''

----

(Sherlock Holmes (c) Sir Arthur Conan Doyle)

Yoyoyoyo, kali ini publish cerita horror, misteri, dan gore XD

Terinspirasi dari buku Sherlock Holmes dan kejadian tragis Jack The Ripper.

How about vote and comment?

Jack The Ripper Next GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang