-Whitechapel, abad 21
Mentari pagi menyinari hari. Embun pagi menetes disetiap dahan. Aroma sejuk nan menyegarkan menusuk hidung.
Deru mobil mewah berhenti di sebuah villa mewah di puncak bukit yang jauh dari keramaian kota. Villa itu dikelilingi oleh hutan yang membuatnya nampak seperti gerbang.
Pintu mobil itu terbuka, dari dalamnya keluar seorang pria yang mengenakan sepatu fantofel berwarna merah bata, celana panjang berwarna coklat tua, serta sebuah kemeja merah dengan jas hitam yang terbalut coat berwarna coklat muda.
"Tempat ini cukup besar'' ucap pria itu melihat sekeliling.
Wajah rupawan dengan sifat dewasa. Matanya berwarna kelabu dengan sembur merah darah. Mata yang unik. Rambutnya berwarna red wine yang disisir rapi ke belakang, serta sebuah kacamata berframe tebal yang bertengger dihidung mancungnya.
"Tuan, tamu undangan telah hadir semua'' ujar seorang pria tua dengan surai putih serta kumis putihnya. Ia berdiri di sisi lain belakang tuannya.
"Bagus, Edward. Gajimu kunaikkan 2 kali lipat'' jawab sang ''Tuan''. Pria tua yang bernama Edward sekaligus pelayan pribadi sang Tuan ini mengangguk dan tersenyum. "Terima kasih, Tuan Leo''
Leonardo Van Holmes. Nama dari sang Tuan. Ia adalah keturunan langsung dari detektif terkenal. Sherlock Holmes. Dia keturunan Inggris-Prancis, tapi entah kenapa nama tengahnya adalah ''Van'' yang merupakan nama Belanda.
Wajah rupawan Sherlock Holmes diturunkan ke Leo. Jika, Sherlock Holmes memiliki rambut hitam dengan mata kelabu yang tajam, maka Leo memiliku rambut red wine dengan manik kelabu yang memiliki sembur merah. Mata uniknya itulah yang membuatnya lebih rupawan dari sang detektif.
Tentu saja dia juga seorang detektif terkenal seperti kakek moyangnya. Banyak kasus yang dapat dipecahkannya dan nilai plusnya dia merupakan keturunan sang Detektif yang memudahkannya memiliki ribuan koneksi di seluruh dunia, bahkan sang ratu Inggris. Ratu Elizabeth.
Pintu dari villa itu terbuka, menampilkan beberapa pelayan elit. "Selamat malam, tuan Leonardo'' ujar salah seorang butler yang mengenakan sebuah pin di kerah bajunya yang menandakan dia seorang kepala pelayan.
Leo melangkah maju bersama pelayan kepercayaannya. Edward.
Pintu tertutup kembali menampilkan ruang utama yang begitu luas. Dua tangga yang menyatu menuju lantai dua berhias warna emas serta warna merah. Ornamen-ornamen unik terjajar rapi disetiap sudut. Lukisan unik terpasang indah di setiap dindingnya.
"Mari saya antarkan ke kamar anda'' ujar salah seorang yang akan mengambil tas kecil digenggaman Leo.
"Jangan sentuh'' ucao Leo dingin dengan tatapan tajamnya. Ia membalikkan badannya menghadap Edward.
"Bawa ini'' perintahnya. Walaupun Edward sudah membawa 2 koper besar di kedua tanganya, ia mengulurkan tangannya untuk mengambil tas kecil itu.
Tentu saja Edward nampak kesusahan membawanya walaupun itu hanya tas kecil. Edward tahu bahwa Leo tidak ingin seorang pun menyentuh barangnya kecuali dirinya. Tuannya ini masih seperti anak kecil, walau fisiknya seperti pria dewasa.
Leo memang manja terhadap Edward, tapi dia tidak memperlihatkannya secara langsung. Sejak kecil dia ditinggal mati oleh kedua orang tuanya, maka dari itu dia tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua. Dan Edward memaklumi setiap permintaan egois tuannya.
Sedangkan Edward sendiri? Dirinya merupakan pelayan yang loyal terhadap keluarga Holmes secara turun-temurun. Diusianya yang tidak muda lagi seharusnya ia pensiun, tapi saat melihat sang Tuan menjadi sendiri ia menjadi tidak tega. Mungkin menganggap Leo sebagai anaknya sendiri memang tidak sopan, tapi mau bagaimana lagi Edward tidak mempunyai keturunan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jack The Ripper Next Generation
Mystery / ThrillerInggris abad 19, masa dimana kemunculan Jack the Reaper. Perbuatan bengis sang psychopath ini dapat dihentikan oleh sang Detektif swasta terkenal, Sherlock Holmes. Namun, aksi sang psycho tidak terhenti di abad itu. London abad ke 21. Dimana semua...