Chapter 2

38 5 0
                                    

'Eh Dris!' suara berat itu menghipnotis Adris untuk menengok dan melihat siapa yang memanggilnya.

'kenapa?' ucap Adris santai dengan Tea Jus ditangan kananya.

'Gue kan emang teman lo nih, baru mungkin ya. Tapi, gue nggak suka kalo bercanda lo kelewatan.' Tegur Raka terhadap Adris, Adris menyatukan alisnya membuat wajahnya seperti orang bingung.'maksud lo?'

'Athaya...

'Ohh, soal kemarin? Yaelah bocah banget si lo bangsat! Athaya juga ngerti kali maksud gue itu bercanda. Lagi dia juga nggak masalahkan? Nggak nangis juga, dan dia malaah bersenang hati mengakui dan menyyetujui perkataan gue kemarin' Adris dengan santai berbicara seperti itu, menyedot Tea Jus yang berada digenggaman tangannya. Dalam keadaan tidak sadar, Raka mengepalkan tangannya seperti orang yang tak terima kelakuan Adris pada Athaya. Ya, bagaimana tidak? Athaya adalah sahabatnya ketika masuk sekolah. Dan menurut Raka Athaya adalah seorang yang baik bagi-nya dan orang disekitarnya.

'Udah, sabar ajaa. Adris lagi nggak bisa ngontrol emosinya.' Bisikan itu membuat Raka menyimpan rasa kesalnya sendiri, takut membuat keributan di tongkrongan yang terasa baru bagi-nya.

Waktu terus berjalan. Mereka memutuskan untuk pulang terlebih dahulu hanya untuk makan, dan mandi, karena waktu yang sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Terkecuali dengan Adris dan Dandy. Tinggal sisa mereka berdua yang masih stay di tongkrogannya dengan sebatang rokok yang mereka hisap.

***

­­'Nge..

Malu! Perasaan malu yang sangat amat menghantui Athaya. Seorang Athaya yang tidak akan pernah bolos sekolah dan selalu bersemangat keseolah kini kian berubah. Athaya tidak ingin sekolah dan menginjakkan kakinya dikelasa XI MIA 5 ini. Rasis mungkin itu yang ada dibenak Athaya saat ini.

Untung lo jago nutupin perasaan ya, kalo engga mah, tiap hari kali gue nangis disekolah Athaya memikir-kan kelebihannya itu. Athaya melamun, tak sadar kalo dirinya sedang ditertawakan.

'Miris gue sama Athaya, kasian jadi bahan ledekan gara-gara lo Dris!'suara cempreng Deandra membuat Adris terkejut, lantas saja Adris terkejut. Orang Deandra juga berbicara dari arah belakang Adris

'Yaela, gue kan bercanda Dean, lagi pula dia nggak baper kan?' Adris melemparkan pandangannya kesegala arah.

'Ya seenggaknya, lo tau diri kek. Dia tuh cewe Dris, perasaannya sensitive. Di luar dia bisa keliatan biasa aja kaya gitu. Lo tau ga didalam hatinya kaya apa? Enggakkan? Jangan asal ngomong Dris sama cewe! Seumur hidup pasti dia inget' Deandra meninggalkan Adris dengan santai.

Percuma deandra bilangin gue mah! Nggak bakal mempan Adris tersenyum miring, dan sesekali melihat Athaya yang sedang melamun dan diejek oleh Gilang dan Dery.

****

'Athaya mana?'

'Dikelas, lagi ngelamun. Eh kalian tau nggak si Athaya kaya apa sekarang? Dia tuh jadi bahan ledekan sama temen-temen kelasan gue gara gara si Adris' Intan bergosip riya terhadap santi dan lita dikelas XI MIA 3. Memang saja Karin, Intan, dan Dona sering sekali main ke kelas Santi dan Lita saat jam pelajar kedua kelas kosong.

Mereka berbincang dengan asiknya, bercanda hingga jam istirahat tiba.

***

Ko gue ngerasa bersalah gini sih elah!-_

Jam istirahat tiba, satu persatu murid di kelas IX MIA 5 ini berhamburan keluar kelas. Ada yang mengincar kantin sebagai tempat persinggahan selama jam istirahat, ada yang ngincar mushollah, toilet, dan mungkin ke kelas tetangga hanya untuk membuat rusuh kelas tersebut. Terkecuali Adris, Athaya, Raka, Chaca dan lain sebagainya yang tetap tinggal dikelas tanpa memedulikan bel istirahat yang berdering.

Suasana kelas yang tidak begitu ramai karena tak banyak penghuni yang berada dalam kelas ini. Cocok untuk beristirahat, bahkan tidur dikelas. Tak masalah bukan? Jika jam istirahat di pakai untuk tidur? Hehehe.

Adris mencolek bahu seseorang yang duduk berada tepat didepan bangkunya. Perempuan itu berdesis kesal.

'Apa si lo?!' gertak Athaya

'Pijitin gue dong- pegel nih gue'

Athaya membulatkan matanya, mulutnya menganga pikirannya terus menerus berbicara, siapa lo nyuruh gue. Athaya tak merespon ucapan laki-laki tak bertanggug jawab ini. Untuk kedua kalinya Athaya jengkel dengan laki-laki ini. Dan mungkin Athaya sudah memberikan predikat 'benci' kepada laki-laki bejat ini.

Laki-laki ini berdiri dari tempat duduknya, berjalan gontai menghampiri seorang perempuan yang sedang duduk sendiri di salah satu bangku yang berada di dalam kelasnya 'Mau mijitin gue ga? Gue pegel banget sumpah'

Lagi-lagi Athaya dibuat membelalakan matanya. 'lo fikir gue siapa Dris? Mak Erot? Seenak jidat lo nyuruh gue' Athaya memutar matanya bosan dan sengaja menekan kata Mak Erotnya itu.

Adris menundukkan kepalanya, berfikir sejenak lalu mendongak dan mengedarkan pandangan kesegala arah, layaknya mencari sesuatu namun tidak. Adris memulai perbincangannya kepada Athaya, menjelaskan kejadian yang telah diperbuatnya kepada Athaya dan berakhir dengan kata Maaff!!

Lagi-lagi Athaya dibuat kaget, mulutnya menganga. Tak percaya bahwa Adris akan meminta maaf padanya. 'Oke, gapapa. Gue maafin lo kok' senyuman manis menghiasi wajahnya tercipta begitu saja dari mulut Athaya. Namun berbeda dengan fikirannya Oh, Shitt!!! Apa yang barusan gue ucapin? Segampang itu lo maafin dia Athaya, gila lo, kesambet apaan gue.

Malaikat kecil berbisiik "Apa yang kamu lakukan benar adanya, Tuhan-mu maha pemberi maaf terhadap manusia. Masa sesama manusia tidak saling memaafkan?"

Suasana tercipta layaknya sahabat yang sudah lama kenal, dan tidak pernah terjadi apa-apa. 2 manusia berbeda lawan jenis yang sedang asyik berbincang hingga lupa sedang berada dimana mereka duduk.

****
vote nd comment yeah!

Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang