Once upon a time

78K 2.2K 74
                                    

Dimas terbangun oleh ketukan di pintu ruang kerjanya.

Dimas segera beranjak dari tempat sofa . Ia merasa pusing dan lemas. Laki-laki itu merapikan rambut dengan tangannya dan segera berjalan lesu menuju pintu . Dimas membukanya dengan perlahan.

"Dim " sapa Laki-laki setengah baya di depan pintu kantor.. Erik Mahesa ..Ayahnya.

"Ayah ... " jawab Dimas dengan suara sengau. Erik Mahesa menatap Dimas cemas "Ada apa Ayah?" tanya Dimas bingung.

"Kamu baik-baik saja ?" tanyanya khawatir. Erik Mahesa menutup pintu ruangan Dimas perlahan.

"Dimas baik-baik saja Ayah ...hanya .. baru bangun tidur ..." Elak Dimas yang lalu mempersilahkan Erik Mahesa duduk di sofa. '

"Begitu ..?" ucapnya curiga .

Dimas menghindari pandangan curiga Ayahnya. Ia mengusap-usap wajahnya yang kusut.

" Ayah sama siapa datang?" Tanya Dimas.

" Sama Bunda kamu .. tapi tadi Bunda kamu ayah ungsikan ke mall ..." Erik Mahesa tertawa. " Ayah mau ngomong sesuatu yang serius sama kamu, Dim ..." Ia menghela nafas panjang, Duduk di sofa dan menatap Dimas dengan tatapan serius.

" Mmm .. ayah mau minum kopi atau apa mungkin?" Tanya Dimas gelisah. Ia sungguh merasakan bahwa apa yang ayahnya tanyakan ini pasti sesuatu yang serius. Erik Mahesa memang tipe ayah yang tak banyak bicara tapi sangat menyayangi putra tunggalnya. Bahkan saat Dimas lebih memilih untuk mendirikan Lembaga Konsultan Politik dan bukannya meneruskan bisnis keluarganya Ayahnya sangat mendukungnya.

" Dim ... Ayah tadi udah ketemu Papi-nya Puri ..." Kata Erik Mahesa gamang. Matanya menatap Dimas dengan tatapan yang sulit diartikan. " Kamu nginep disana tadi malam?" tanya ayah.

Dimas mengangguk.

" Kamu tau kan kamu enggak punya kewajiban apa-apa lagi terhadap Papi-nya Puri ..."

" Papi kan kakeknya Zahra, Ayah ..."

" Itu hubungan Zahra dengan Firman bukan kamu .. kamu hanya mantan menantunya ... " Kata Erik Mahesa tegas.

" Tapi, Ayah ... Dimas gak mungkin membiarkan Mami mengurus Papi sendirian sementara Paundra dan lainnya gak ada ..." Dimas menarik nafas panjang. Meneguk air mineral yang ada di depannya dengan sekali teguk. " Biar gimana pun juga dia kakeknya Zahra, Ayah ... dan selama ini Papi udah baik banget sama Dimas .."

Erik Mahesa menatap Dimas tak mengerti. Dimas yang selama lima tahun diabaikan dan ditinggalkan oleh Puri memang masih seperti menantu bahkan anak sendiri di keluarga Firmansyah. Anak itu selalu memperlakukan Mami dan Papinya Puri dengan hormat dan penuh kasih. Merawat, menjaga bahkan secara rutin selalu datang berkunjung ke rumah itu sambil membawa Zahra.

Erik Mahesa tahu betul pengorbanan Dimas saat Puri memutuskan untuk meninggalkan Dimas dan Zahra pasca-melahirkan. Dimas tak keberatan memasuki ranah domestik, melakukan pekerjaan rumah tangga. Mulai dari memasak, mengantar Zahra imunisasi ke dokter, tak malu sekedar belanja keperluan rumah tangga atau popok bayi di supermarket, bahkan menyuapi dan memandikan Zahra, ia juga mengasuh Zahra sambil mengerjakan tugas-tugasnya di kantor. Dimas bahkan memborong Bunda dan Zahra ke Australia saat Dimas mendapatkan beasiswa magisternya di negeri Kangguru tersebut.

Sweet DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang