How Zahra Meet Her Mother ...

83.6K 2.5K 72
                                    

” Ra ... Aku bisa minta tolong kan ya ... Tolong yang rencana survei tentang elektabilitas Capres 2014 kamu handel dulu ya ... " Kata Dimas sambil masuk ke dalam ruangan Aira lalu menyerahkan sebuah map.

Aira yang sedang menekuni laporan-laporan dari timnya mengangguk. Menerima map dan lalu meletakannya di meja " Oke ... Ada perintah apa lagi Pak Bos?" Tanya Aira.

Dimas tersenyum lega. " Thanks ya Ra .. Papi masuk rumah sakit soalnya .. Paudra belum dateng dari Praha .. Kasian kan kalau Mami dan Puri aja yang di rumah sakit ..." Kata Dimas yang lalu berdiri di dekat jendela.

" Puri?"

" Ya, mommy-nya Rara ..." Jawab Dimas. " Dia ada disini ..."

" Are you okay, mas?" Tanya Aira menatap Dimas prihatin. Biar gimana pun juga dia tahu sedikit banyaknya tentang polemik hubungan Dimas dan Puri.

Dimas mengangguk. " Yaaa .. Biar gimana pun juga Puri kan anaknya Papi .. Dia berhak ada di sisi papinya ..."

" And ..." Aira menggantung pertanyaannya.

" And what?" Tanya Dimas. " Aku enggak mau berfikir aneh-aneh, Aira .. Yang penting Papi sembuh dulu ... " Kata Dimas murung. Ia terlihat sangat sedih dan tak berhenti memainkan kedua tangannya, membuat mata Aira tak bisa lepas darinya

" Ada yang bisa aku bantu, Mas?” Tanya Aira

" Siang ini aku mau jemput Rara ke sekolah terus ke rumah sakit ... Bisa ya kamu tolong gantiin aku untuk rapat tim ..."

" Siap, take your time boss ..." Jawab Aira tersenyum tulus.

" Maaf ya .. Aku selalu ngerepotin kamu deh ... Radit pasti marah deh ..." Kata Dimas penuh sesal.

" Haha .. Radit sih emang gitu orangnya ... Tapi dia gak boleh marah sama kamu dong .. Kan aku emang kerja sama kamu, mas .." Kata Aira. Wajahnya terlihat memerah karena tersipu mengingat tingkah polah konyol Raditya.

" Pasti ngomongin aku deeh .." Celetuk Raditya yang mendadak nongol di depan pintu sambil membawa dua kantong keresek. Wajahnya terlihat letih namun senyum mengembang dengan sempurna di wajah tampannya.

" Idiih GR ..." Jawab Aira dan Dimas kompak. Aira menatap Raditya dengan mata berbinar. Raditya yang masih lengkap dengan setelan jasnya menenteng dua kantong keresek .. duh.. lucu gak sih?.

" Ngapain kesini?" Tanya Dimas sok galak. Seolah-olah ia merasa terganggu dengan kehadiran Raditya di kantornya.


" Nengokin istri doong .. Nih bawain dia makan siang ..Gue tau dia kan pasti di eksploitasi sama lo soalnyaaa ... Bip, makan bareng yuk .. Nih aku bawain fish and chips kesukaan kamu ..tadi aku rapat di PP soalnya" Kata Raditya dengan manis lalu menghampiri meja Aira.

Dimas tertawa geli melihat tingkah polah Raditya. Sepupunya itu sejak menikah sepertinya lebih sering menghabiskan waktu di kantornya dibandingkan kantornya sendiri.

Raditya mengecup kening Aira membuat Aira merengut. " Ini di kantor !!!" Kata Aira galak lalu mendorong tubuh Raditya agar menjauh darinya.

" Biarin .. Emangnya gak boleh nyium istri sendiri .." Kata Raditya keras kepala lalu duduk di pinggir meja kerja Aira. Ia menatap Dimas jail.

" Ada Mas Dimas .." Bisik Aira.

" Biar aja .. Kalau dia mau suruh kawin aja lagi .." Cibir Raditya sambil mulai membuka plastik dan mengeluarkan sterefoam.

Dimas tertawa geli melihat tingkah polah Aira dan Raditya. " Kalian ini .. Udah ah .. Gue mau ke rumah sakit dulu ya .. Aira jangan lupa rapat sore nanti .."

" Siap bos "

" Gue jalan dulu ya .. Eh Ra .. Suami kamu gak sekalian minta mejanya dibawa pindah aja kesini?" Goda Dimas sambil mengedipkan matanya.

Aira tertawa lebar mendengar candaan Dimas.

" Sirik aja .." Kata Raditya galak.

Dimas tertawa lalu bergegas meninggalkan ruangan Aira ...

---
" Daddy .. Kita mau nengokin eyang Papi ya?" Tanya Zahra yang dengan manja bergelayut di pelukan Dimas.

" Iya sayaaang ... Tapi kamu nanti jangan berisik ya di kamarnya eyang papi .. Kan eyang papi lagi sakit .. " Kata Dimas sambil mengusap-usap rambut Zahra penuh kasih sayang.

" Rara jalan sendiri ya .. Daddy capek nih .. Bisa kan?" Tanya Dimas.

" Ya daddy .. " Kata Zahra patuh lalu turun dari pelukan Dimas. Putri semata wayangnya itu terlihat manis sekali dengan celana kodok dan kaos putihnya. Ia memiliki mata bulat yang indah seperti Mommy-nya, bibir dan hidung seperti Dimas. Rambutnya yang ikal dikuncir dua dengan lucunya.

Apa Puri akan bisa mencintai Zahra? Zahra yang bahkan belum pernah sekali pun Puri temui .. Batin Dimas ragu.

" Rara akan ketemu mommy ya Daddy .. Tadi pagi Daddy bilang mommy ada di rumah sakit ..." Kata Zahra ceriwis.

Dimas menatap ke arah Zahra. Dadanya mencelos mendengar ungkapan polos putrinya itu.

" Iya Ra ..."

" Mommy Rara cantik ya daddy?"

" Iya .."

" Baik hati ?"

" Iya sayang ..."

" Tidak sombong?"

Dimas terkekeh. " Sayaaang, mommy kamu itu cantik, baik hati, gemar menabung dan tidak sombong .." Kata Dimas geli.

Zahra melonjak-lonjak senang. " Mommy akan tinggal lagi sama kita kan daddy? mommy gak akan pergi lagi kan?" Tanya Zahra polos.

Dimas tersentak. Ia lalu berjongkok depan Zahra .. Menatap mata anak kecil itu lalu tersenyum samar.

" Ask to her self ya sayaaang ..."

" Daddy .."

" Ya ...?"

" I love you daddy .." Kata Zahra yang lalu mengecup pipi daddy-nya manja.

" I love you too Princess ..." Kata Dimas yang lalu menggandeng tangan Zahra menuju ruang VVIP rumah sakit.

---
Ruang VVIP Rumah Sakit

" Papi jangan ngomong yang aneh-aneh deh .. Puri gak mau .." Kata Puri terisak-isak memeluk papinya.

Firmansyah mengelus-elus rambut puri dengan penuh kasih sayang. Wajah tuanya masih terlihat agak pucat tapi ia mencoba kuat di depan putri satu-satunya. Si bungsu yang manja dan keras kepala.

" Operasi papi penuh resiko .. Kemungkinannya kecil papi bisa selamat ..." Kata Firmansyah pelan.

" Papi udah deh ..." Air mata turun dengan deras di pipi Puri yang mulus.

" Papi hanya ingin kamu bahagia, Ri .. Papi hanya ingin ada orang yang menjaga kamu ..." Mata Firmansyah menerawang keluar jendela kamar. " Papi minta kamu dan Dimas kembali lagi ya ...dia laki-laki baik, Ri ... "

Puri tersentak. Bagaimana bisa Papinya meminta ia kembali lagi dengan Dimas setelah apa yang terjadi selama ini.

" Papi?" Puri melepaskan pelukan dari papi-nya lalu menatap papinya tak percaya.

" Dengan Dimi, pi ... Tapi Papi tau kan apa yang udah Dimi lakukan selama ini sama Puri?" Kata Puri pedih. Wajah cantiknya terlihat terluka.

" Dan Papi juga tahu apa yang sudah kamu lakukan untuk Dimas dan Zahra?" Tanya Firmansyah. " Mengabaikan mereka selama lima tahun lebih, Ri ... Meninggalkan mereka hanya karena kamu egois tidak mau meninggalkan karier modeling kamu ..."

Puri menggelengkan kepalanya. " Dimi tidak pernah menginginkan Puri, Pi .. Tidak pernah ... " Isak Puri semakin keras.


" Anggap aja ini permintaan terakhir Papi, Ri .. Papi ingin melihat kalian bersatu lagi, kamu, Zahra dan Dimas ..." Pinta Firmansyah.

" Pi ..." Puri memasang wajah memelas. Berusaha membantah apa yang Papinya sampaikan ..berusaha menolak kehadiran Dimas lagi ..

" Eyang Papiiiii ..." Terdengar suara anak kecil yang ceria memasuki ruangan.

Puri tersentak melihat anak perempuan cantik yang setengah berlari menuju ke arah papinya.

" Eyang Papi .. Assalamualaikum ..." Anak kecil itu lalu mencium tangan Papinya dengan penuh hormat.

Dimas terpaku di depan pintu saat melihat kehadiran puri di dekat papinya. Tapi lalu ia menghampiri ranjang papi.

" Papi .." Laki-laki itu lalu mencium tangan Papi.

" Dari kantor, Dim?"

" Iya ... Rara mau nengok Papi katanya .." Kata Dimas sambil tersenyum.

" Rara kangen sama eyang papi ..." Kata Zahra sambil tersenyum manis. Tapi lalu ia menarik-narik tangan Dimas dan menatap ke arah Puri penuh pertanyaan. " Daddy?"

Dimas menatap Puri dengan perasaan tak menentu. Bagaimana reaksi Puri ya? Apakah Puri akan mau menerima Zahra .. Memeluknya?

Puri diam membeku ... Melangkah ke dekat jendela dan mengalihkan pandangannya keluar.

" Say hi to mommy, sayang ..." Kata Dimas yang lalu berjongkok di dekat Zahra.

" Mommy?" Tanya Zahra.

Spontan Puri menoleh. Menatap anak cantik yang memanggilnya. Anak yang selama ini dia abaikan.

" Shake hand, Ra ..." Kata Dimas lembut. Ia mengelus rambut putrinya dengan perlahan.

" Mommy Rara, Daddy?" Tanya Zahra lagi.

Dimas mengangguk. Berdoa dalam hati semoga tidak ada penolakan dari Puri.

Firmansyah menatap Zahra penuh haru lalu mengalihkan pandangannya ke arah Puri yang berdiri membatu dengan sorot mata tak terbaca.

Please pur .. Please .. Look at her .. Doa Dimas keras-keras dalam hati.

" Mommy ..." Langkah kaki Zahra perlahan mendekati Puri. Bibir anak itu tersenyum senang karena akhirnya bisa menemui mommy-nya. " Assalamualaikum .." Kata Zahra sopan lalu menarik tangan Puri dan mencium punggung tangan Puri penuh hormat.

Hening

Dada Puri sesak oleh perasaan haru. Spontan ia berjongkok lalu memeluk Zahra dan menghujani anak itu dengan ciuman di pipi, dahi, kepala.

" Raraaa ..." Isak Puri tak tertahan lagi.

Dimas menatap ke arah Papinya yang tersenyum bahagia. Laki-laki setengah baya itu sudah lama menginginkan Puri dan Zahra bersatukembali .. Dimas menarik nafas panjang lalu melangkah keluar dari ruangan VVIP. Air matanya menetes ... Dadanya sesak dengan perasaan yang sulit digambarkan ...

Sweet DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang