Chapter II - Odd Mission II

10K 600 59
                                    

Menurut selebaran ini, peternakan milik beberapa keluarga di sana mengalami masalah. Entah itu ayam mereka yang hilang, pagar pembatas yang rusak, hingga terdapat jejak-jejak kaki misterius.

Sebenarnya ini adalah masalah yang lumrah sering terjadi. Apalagi pekerjaan mereka ialah membesarkan bahan pangan seperti sapi, ayam, domba, atau hewan lainnya yang dapat menghasilkan sesuatu.

Namun, baru kali ini aku melihat lembaran misi yang usang seperti ini. Tulisannya tampak terburu-buru dan lagi kondisi kertasnya sudah menguning. Aku juga melihat titik-titik merah seperti bercak darah, tetapi kuharap itu hanya imajinasiku saja.

Kami sudah berjalan cukup lama dan seandainya insting serta ingatanku benar, setelah melalui percabangan jalan ini aku akan segera tiba di Desa Kirius. Fear juga tampaknya mulai mengantuk dan menghilang seperti bulu terbang.

Sosoknya lenyap meninggalkan percikan cahaya kecil dan meninggalkanku sendiri di sini.

Yah, aku tidak terlalu mempermasalahkannya. Ini sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu. Pastinya aku tidak akan bisa mengubahnya secepat itu, meski pada kenyataannya aku pernah berusaha, tetapi sayangnya tidak berhasil.

Hal itulah yang mengakibatkan sikapnya seperti itu. Gadis manja yang benar-benar ingin dimanja sungguhan.

Ketika aku mengambil jalur kiri, sekilas mataku menangkap cairan merah pada papan penanda arah. "Ini... darah?"

Darah? Di tempat seperti ini? Apakah ada seseorang yang sedang diserang oleh hewan hutan?

"Aku harus cepat," gumamku sambil menekan tumit kaki kanan lalu meluncur cepat.

Menggunakan Mana untuk meningkatkan akselerasi kecepatan kaki dan menyeimbangkannya bersama dengan pernapasan adalah kuncinya. Aku harus bisa bergerak cepat, lebih cepat, sangat cepat agar tidak terlambat.

Aku tidak tahu akan dipandang seperti apa oleh orang-orang. Seorang yang terlalu berlebihan? Terlalu khawatir? Aku tidak peduli. Yang terpenting sekarang adalah aku bisa sampai di sana secepat mungkin karena tidak ada yang bisa menggantikan nyawa yang telah hilang.

Menapaki jalan berumput sedang, aku pun melompat tinggi meraih cabang dahan pohon besar kemudian bergerak cepat melompati setiap dahannya.

Kini mataku tertuju ke depan, fokus, fokus, fokus. Aku tidak boleh ceroboh kali ini dan membuat semuanya menjadi berantakan. Aku juga tidak ingin melihat skenario terburuk ketika aku tiba di sana.

Ketika cahaya penghujung hutan semakin terlihat jelas, pada saat terakhir itu juga aku menguatkan daya terjang Mana dalam tubuhku untuk melompat sangat tinggi ke langit.

Terpaan angin yang menerjang wajahku meledak dalam sekali terjang. Kini aku pun terjun bebas di langit sambil memerhatikan satu bidang petak kecil di bawah. Lahan yang terlihat kecil itu adalah Desa Kirius tempat tujuanku.

"Ventus," bisikku halus.

Sekumpulan angin mulai mengitari kedua kakiku begitu kata itu keluar. Setelah itu enam buah lingkaran bercahaya samar yang di tengahnya terdapat hexagram muncul secara bersamaan.

Begitu tubuhku masuk ke dalam lingkaran sihir itu, kecepatan terjunku menjadi lambat, bertambah lambat, dan semakin lambat hingga akhirnya aku berhasil mendarat dengan aman tepat di depan Desa Kirius.

Sekilas tempat ini terlihat seperti desa pada umumnya. Namun, sekarang desa ini terlihat lebih berantakan, itu yang muncul selintas dalam pikiranku.

Pagar pembatasnya banyak yang rusak, pintu penjagaan yang terlihat lengah dan bahkan mungkin tidak dijaga. Selain itu kondisi tanah yang kering, aku juga bisa melihat banyak bercak hitam di sekitarku.

Sword AnthemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang