RIAN
"YAN! RIAN!"
Gue mengalihkan pandangan dari ponsel, melihat Jessica, salah seorang rekan kerja gue, berlari kecil ke arah gue yang sedang menunggu lift.
"Nebeng dong..." pintanya. "Mobil gue di bengkel."
Gue dan Jessica tinggal di gedung apartemen yang sama, salah satu apartemen yang terletak tidak terlalu jauh dari MA, kantor tempat gue kerja. Tinggal di kota sebesar Jakarta, dengan aktifitas nyaris nggak ada jeda, gila banget kalau masih milih tempat tinggal jauh dari kantor.
"Boleh, kan?"
"Boleh aja," jawab gue, tepat dengan ponsel gue bergetar. Balasan chat dari Dee.
Dee: tumben cepet? Ini aku juga udah kelar, cuma makan aja. Lagi nunggu taksi.
"Diabsen istri, ya?" goda Jessica.
"Kepo lo," omel gue, membuatnya tertawa. Gue membalas chat itu.
Me: Makan di mana? Mau sekalian dijemput?
Pintu lift terbuka. Gue dan Jessica masuk bersamaan, menekan tombol menuju basemen. Ponsel gue langsung hilang sinyal. Tapi chat yang gue kirim ke Dee sudah delivered.
Gue menyandarkan punggung di dinding lift, merasakan Jessica sedang menatap gue. Gue balas menatapnya. "Apa?"
Jessica menggeleng, mengulum senyumnya. "Gue kadang nggak percaya aja lo udah merit."
Gue juga nggak percaya.
Tujuh bulan yang lalu adalah hari terburuk dalam hidup gue. Gue baru selesai meeting, dapat telepon yang bilang kalau Nyokap pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Sudah beberapa hari sebelumnya gue denger Nyokap ngeluh sakit di bagian bawah perut. Gue juga sudah bolak-balik maksa ke dokter buat check up, tapi Nyokap nolak. Pas dapat telepon itu, gue beneran panik.
Di rumah sakit, gue dapet kabar kalau hasil pemeriksaan Nyokap menunjukan kalau beliau terkena kanker ovarium.
Dunia gue rasanya runtuh saat itu juga. Kata 'kanker' yang gue denger keluar berulang kali dari mulut dokter bikin gue ketakutan setengah mati. Gue mengiyakan apa pun saran dokter untuk pengobatan. Semua perawatan, kemoterapi sampai ke Singapura, gue lakukan. Gue cuma mau Nyokap sembuh.
Kondisi Nyokap masih naik-turun, tapi lebih banyak menunjukan hasil baik. Itu nggak bikin gue sepenuhnya lega. Begitupun Nyokap.
Dan percakapan itu pun terjadi.
**
"Yan, kamu tahu Dee, kan?"
Gue melirik Nyokap. "Dee mana?"
"Itu... asisten Mama, yang suka bantu Mama di butik."
"Yang bantu Mama di butik kan, banyak."
Nyokap berdecak. "Itu... yang cantik, putih. Badannya agak kecil, rambutnya sebahu."
Gue sebenarnya tahu siapa yang dimaksud Nyokap. Diana. Dee. Asisten penjualan yang bertanggung jawab masalah penjualan dan stok barang di Queen Boutique, butik pakaian punya Nyokap. Kayak yang dibilang Nyokap, dia cantik. Dan gue nggak pernah ngelewatin cewek cantik mana pun yang bisa gue lihat.
Termasuk dia.
Sayangnya, Nyokap kelihatan suka banget sama dia. Jadi gue nggak pernah berani macem-macem. Daripada gue digorok Nyokap karena main-main sama pegawai kesayangannya, mending gue narik diri dari awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tied The Knot
Romance[Sudah terbit, bisa dicari di Gramedia/toko buku lainnya/toko buku online] #2 The Tied Series (Bab 7 s/d epilog sudah dihapus) Tiga hal paling penting bagi Rian dalam hidupnya; Mama, arsitektur, dan tidur panjang di hari Sabtu. apa pun akan dilakuka...