Oneshoot Story

340 50 35
                                    

Luhan menyadari bahwa kini alisnya bersatu. Ia mengernyit melihat beberapa piring yang tersaji dengan makanan yang berbeda-beda di atasnya. Ini masih pagi, dan baru sekitar sepuluh menit yang lalu ia terpaksa bangun dari tidurnya untuk mempersiapkan diri menikmati setumpuk dokumen yang akan ia tangani dua jam lagi. Entah mengapa ia justru melangkahkan kakinya ke dapur, bukannya ke kamar mandi. Dan mendapati pemandangan yang tak biasa ia lihat di setiap pagi.

Meja makannya penuh dengan makanan. Wow.

Itulah alasan mengapa saat ini ia berdiri tak jauh dari meja makannya, dengan mata yang masih membulat tentu saja. Mungkin ia masih tak mengerti bagaimana bisa meja makannya yang biasanya kosong kini berubah sebaliknya.

“Oh, Lu. Kau sudah bangun?” suara seorang yeoja mengagetkannya. Mendaratkan kembali kakinya ke tanah setelah melayang-layang dalam lamunannya. Luhan menengok gadis itu.

Tidak menjawab pertanyaannya, justru matanya lagi-lagi membulat saat ia mendapati objeknya yang sedang berusaha membawa sebuah panci berukuran sedang yang kelihatannya berisi sup kimchi panas dan meletakkannya di meja makan. Dan, oh? Dia memakai celemek? Wow.

“Ah, panasnya,” erang gadis itu pelan dan cepat-cepat menempelkan jemarinya ke telinga berharap suhu tangannya kembali normal. “Hey, mengapa diam saja? Kau bisa terlambat nanti. Cepatlah mandi lalu sarapan.”

Ocehan manis gadis itu membuat Luhan mengerjapkan matanya. Membuat dirinya kembali tersadar. “Seo, kau memasak? Apa aku tidak salah lihat?” Luhan memilih untuk bertanya atas rasa penasarannya sedari tadi.

“Aku?” gadis itu menggeleng. “Ah, tidak. Ini pemberian Yoona eonni. Aku hanya menghangatkannya,” jawab gadis itu menjelaskan. Wajah Luhan seketika mendatar. Rasa terkejutnya hilang begitu saja. Benar kan, gadis itu mana mungkin memasak sebanyak ini, pikirnya.

“Sudah kuduga.” Luhan membalikkan tubuhnya, menyambar handuk yang tersampir rapi di sebelahnya kemudian berjalan ke arah kamar mandi. Ia menghela nafas perlahan.

***

Seohyun melirik arlojinya. Menyambar kembali americanoㅡnya, dan menyeruputnya lagi. Sepeninggal Luhan, gadis itu langsung pergi ke sebuah café yang tak jauh dari apartemennya untuk bertemu seseorang. Tentu saja tanpa sepengetahuan Luhan.

Ia meraih ponselnya, dan menekan tombol satu-satunya yang ada pada layar ponselnya. Memperlihatkan gambar Luhan yang tersenyum tampan memenuhi layar itu. Namun bukan itu objek yang ingin dilihatnya. Justru ia melirik deretan angka yang berada di sudut layar itu. Membuat senyumnya seketika mengembang. Ada rasa bangga dalam dirinya, mengatakan bahwa ternyata ia tidak lupa tentang hari spesial ini. Dan kini saatnya ia harus menjalankan rencananya.

“Seohyunㅡah!” suara seorang yeoja membuatnya beranjak. Senyumnya semakin lebar saat mendapati seseorang yang sedari tadi ditunggunya sudah tiba.

Eonni!” ia memekik. Melambaikan tangannya sebagai intruksi bahwa ia ada disini. Sebenarnya tanpa melakukan itu pun objeknya sudah pasti akan menghampirinya.

“Sudah lama menunggu? Oh, mianhae tadi aku harus mengantar bekal Jongin dulu. Kau tahu kan, Jongin memang suka ceroboh. Bagaimana bisa ia melupakan bekalnya? Aih, lama-lama anak itu membuatku frustasi. Merepotkanku saja.” yeoja itu berceloteh panjang. Seohyun sedikit terkikik. Yah, ia begitu mengenal karakter yeoja itu yang suka sekali mengomel.

“Tak apa, Yoona eonni. Aku juga baru tiba lima belas menit yang lalu,” ujar Seohyun lembut, masih dengan ulasan senyum.

“Ah ya, kau jadi berencana membuat kue untuk Luhan?” tanya gadis itu.

[OS] A SWEET WATERMELON CAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang