Part 2

19.5K 1.4K 16
                                    

Jessy menarik nafas, menahan sesaat lalu menghembuskannya. Ini hanya mimpi, ia tidak boleh panik. Yang perlu dilakukannya hanya membuka mata maka semuanya akan baik-baik saja. Perlahan Jessy membuka mata, tapi kepanikannya justru bertambah. Ini bukan mimpi, masih gelap. Ia terjebak di dalam lift.

"Kau baik-baik saja?" sungguh sial ia terjebak bersama Joshua, Joshua Severus Nolan. Pria yang baru saja memberikannya sebuah ciuaman dahsyat yang bahkan tidak pernah ia rasakan bersama Benny. Untungnya gelap, sehingga Joshua tidak akan bisa melihat bagaimana merahnya wajahnya sekarang, dan bagian tubuhnya yang lain merana akan sentuhannya kembali. Tidak masuk akal!

"Aku tidak mungkin baik-baik saja, terjebak di dalam lift dan sialnya bersamamu." Jessy meraba-raba didalam kegelapan. Tapi bukannya menyentuh dinding lift, tangan Jessy menemukan tubuh Joshua. Yang bagaikan arus listrik tegangan tinggi langsung menyengat Jessy ke seluruh sel tubuhnya. buruknya Joshua tidak menyadari efek dirinya untuk Jessy, pria itu merangkul pinggang Jessy mendekatkan Jessy padanya.

"Aku tahu kau ketakutan, kau selalu penakut dan cengeng sejak dulu." Joshua menarik Jessy untuk duduk dilantai, sementara tangannya kali ini merangkul pundak Jessy. Sulit untuk menghempaskan tangan besar itu, karena entah kenapa Jessy merasa aman.

"Bagaimana kau bisa tenang, disaat kita terjebak seperti ini. Apa kau tidak takut, kita tidak akan bisa keluar dan mati konyol di dalam sini?" bukan matinya yang ditakuti Jessy tapi penyebab kematiannya, tidak keren sekali mati terjebak di dalam lift.

"Aku yakin, saat ini orang-orang sedang berusaha membuka lift. Kau dan keluarga Gomark begitu dekat, mereka tidak akan membiarkanmu mati konyol. Apalagi ayahmu." Semua ucapan Josh memang benar, Jessy yakin ayahnya tidak akan tinggal diam.

"Disamping itu, Gomark hotel tidak akan mau dituntut oleh keluarga Nolan karena membiarkan putra kesayangan mereka tewas didalam lift."

"Tapi tetap saja, jika terjadi sesuatu aku tidak mau mati disini bersamamu."

"Mengapa? Mati bersamaku menyenangkan, kau akan mempunyai teman menuju surga."

"itu jika tujuan kita sama. Aku yakin kau akan pergi ke neraka sementara aku ke surga."

"Itu tidak mungkin, aku selalu berbuat kebaikan. Aku yakin Tuhan akan mengirimku ke surga."

"Ini perdebatan paling konyol yang pernah kulakukan bersamamu." Ajaib disaat seperti ini Josh mampu membuat Jessy tersenyum geli.

'"Menurutmu perdebatan apa yang tidak konyol? Apakah tentang pacar gay-mu?"

Bicara dengan Joshua seperti menaiki Roller coster, emosimu akan berubah setiap detik. "Aku tidak akan terpancing."

"Benarkah?" Jessy merasa wajah Joshua semakin dekat dengannya, terbukti ia bisa merasakan hembusan nafas hangat Joshua di telinganya. "Aku berani bertaruh, tunanganmu tidak pernah menciummu seperti aku menciummu."

"Itu... itu karena Benny laki-laki yang sopan."

"Cinta selalu berdampingan dengan gairah Jessy sayang tapi tidak selamanya gairah berdampingan dengan cinta. Jadi bisa dipastikan Benny-mu tidak mencintaimu bahkan tidak bergairah sedikitpun padamu." Kata-kata Joshua mencubit keras hati Jessy.

"Kau mengada-ngada," tapi Jessy tidak bisa memungkiri ia sering memikirkan hubungannya dengan Benny. Hubungan platonik, tidak ada gairah sedikitpun. Tidak ada emosi bahkan mereka jarang bertengkar meributkan sesuatu. Jessy hampir tidak pernah berhubungan dengan pria karena Joshua. Dan ketika ia berpisah dengan Joshua, Benny muncul dengan semua kebaikannya. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia merasa damai. Dan ketika Benny melamarnya, Jessy sangat bahagia. Namun akhir-akhir ini ia selalu merasa ada kurang. Dan sekarang Joshua menunjukkannya, hidupnya plat tidak ada emosi dan gairah.

Joshua & Jessy Story (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang