#1

218 15 2
                                    

Happy reading
Jangan lupa tinggalkan jejak
Vote and voment
-------------------------------------------------------------------------------------------------
"Rin tolong berhenti,Rin"
"Aku tidak bisa,mendengar teriakanmu,melihat cairan merah kental itu...Sangat membuatku senang"
....
"Jadi sekarang,bye..."

------------------------------------------------------

Hiks.Tampak seorang gadis yang tengah menangis di depan bunga yang layu.Sementara di sampingnya berdiri seorang laki-laki yang terlihat dua tahun lebih tua darinya.
"Rin-chan...sudahlah jangan menangis lagi.Beli aja yang baru bunganya"Laki-laki itu pun menenangkan adiknya yang di panggil Rin itu.
"Rinto nii-san nggsk ngerti.Aku rela nggak jajan dua minggu demi beli bunga-bunga ini"Rin berkata sambil terisak.Kakaknya yang bernama Rinto itu pun diam,mengerti dengan perasaan adiknya.Rin masih terisak.Tak lama Rinto pun angkat bicara.
"Rin,ayo masuk ke rumah.Hari sudah mulai gelap.Aku akan segera menyiapkan makan malam."Rinto berkata sambil berlalu menuju rumahnya.Rin terisak.Melihat kembali ke arah bunga tersebut,lalu masuk ke rumah menyusul kakaknya.

*Skip time*

"Rin-chan,ayo cepat nanti ketinggalan bus."Rinto berteriak di seberang pintu.Sambil sesekali melihat ke arah jamnya.
"I-iya bentar lagi"Rin masih sibuk dengan pita kelinci di atas kepalanya itu,sebuah ciri khas seorang Rin.Lalu menjepit rambut pendeknya agar terlihat rapi.Setelah itu segera berlari keluar untuk memasang sepatu sekolahnya berwarna hitam dengan pita kuning.
Mereka lalu berlari menuju halte.Tak lama menunggu,pun bus datang dan segera masuk.Perjalanan kali ini terasa sangat jauh.Mereka hanya diam di dalam bus.Rin masih sibuk dengan kekesalannya karena bunga-bunganya itu mati.

Rin berjalan menuju kelasnya.Kakaknya sudah duluan masuk kelas.Sementara Rin memperlambat kecepatan kakinya menuju kelas.

Rin P.O.V

Aku sangat malas pergi ke sekolah sekarang.Ya,sangaaaaat malas.Aku masih ingin menemani bungaku itu walau pun itu sudah mati.Namun,di tengah perjalananku menuju kelas seseorang menepuk bahuku dari belakang.
"Rin-sama!!"Aku pun menoleh.Ternyata yang memanggilku itu Kagamine Len.Cowok yang selalu memanggilku dengan embel -sama di belakang namaku.Dia adalah pacarku.Walau pun kami memiliki nama marga yang sama,kami sebenarnya tidak memiliki ikatan darah sedikit pun.Dia juga sangat mirip denganku.Dia seperti aku tapi dalam gender yang berbeda.Sekali lagi,walau pun kami memiliki banyak kesamaan,kami tidak memiliki ikatan darah sedikit pun.Mungkin itu hanya kebetulan saja.Oh ya,dia satu kelas denganku.
"Len-ku ..."aku hanya memanggil namanya lalu sedikit tersenyum.
"Kamu,kamu ada masalah?"Len bertanya padaku.Aku tentu langsung menggelengkan kepala.Sebenarnya aku sudah berusaha untuk tersenyum,entah ada kekurangan apa senyumku ini,Len tetap bisa membaca pikiranku.
Kami berjalan bersama menuju kelas.Setibanya di kelas,Miku dan Neru menyambutku.Mereka berdua adalah temanku.Kami sudah saling kenal sejak aku berumur tujuh tahun.Aku pun meletakkan tas di kursi dan duduk.Kembsli melamun masalah tanaman cantikku itu.Tentu saja Miku,Neru,Len,dan Kaito teman Len menghampiriku.
"Rin-chan kenapa  murung aja?"Tanya Len yang memang duduk di depanku.Aku tak menjawab pertanyaannya.
"Kamu sakit Rin?"Tanya Miku.Aku tetap tidak menjawabnya.Aku lagi nggak mood jawab pertanyaan mereka.
Ketika tengah termenung itu,aku melihat sekelompok cewek yang tengah berbincang-bincang.
"Minna,lihat nih kuku aku baru di cat kemarin.Biasa...dapat hadiah dari kakak"Kata cewek berambut pirang yang sedang memperlihatkan kukunya itu kepada temannya.

"Nih,aku juga.Di kasih Mama.Biasa kan pulang dari luar negeri."Teman yang di sampingnya itu tak mau kalah.Mereka yang di sana berlomba-lomba memperlihatkan keindahaan tangannya.Dan Di saat itu pula lah....

"Aku sudah menemukan sebuah bunga yang cantik.Tidak perlu membayar untuk mendapatkannya.Tunggu aku,My Flower"

Fear GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang