The Map

195 32 3
                                    

Hari itu, ia kembali duduk di tempat yang sama di tempat ini. Setiap hari selalu begitu. Tubuhnya yang tinggi, dengan dagu sedikit mendongak dan tatapan angkuh yang mengintimidasi. Matanya menatap Mila dari kejauhan. tentu, Mila merasa risih jika ditatap seperti itu Keadaan menjadi rumit.

Langkah kaki panjangnya berjalan mendekati Mila. Mendadak perasaan takut mendominasi reaksi tubuhnya. Mila menggeleng dan memanjangkan leher, mencari celah untuk segera beranjak dari situasi yang sangat tidak aku inginkan.

Terlambat.

Laki-laki jangkung ini terlebih dahulu sudah berada di hadapan Mila. Ia mulai menggeser tubuhnya lebih rapat ke arah Mila. Lalu, ia tersenyum liar. Tangannya terangkat dan hinggap di pundak Mila. Bobotnya berat sekali juga menakutkan. Mila mencoba melepaskan diri, tetapi cengkraman laki-laki itu cukup ketat.

"Apa kau tertarik tentangku, Mila?" Tanya laki-laki itu dengan senyum sinisnya.

Tubuh Mila semakin menengang. 'Dari mana laki-laki ini tahu nama gue,' batin Mila berteriak.

"Si-siapa kau? lepaskan!" Ucap Mila sambil berusaha keras melepskan cengkraman pria itu.

"Aku tahu, kau selalu memandangiku dari kejauhan. Aku yakin kau tertarik denganku," balasnya santai.

"Pergi kau! Jangan mendekat, atau kau akan tau akibatnya," ucap mila sambil bergerak menjauh.

"Kau mengancamku rupanya, baiklah kita liat siapa yang akan tau akibatnya."

Laki-laki itu semakin mendekat ke arah mila dan tanpa mila sadari laki-laki tersebut mengeluarkan sebuah botol berbetuk parfum dengan cepat lelaki tersebut menyemprotkan ke arah mila.

Mila tidak bisa menghindar lagi, kini mila sudah tidak bernyawa. Tanpa lelaki itu sadari ada orang yang menggeram kesal karna salah satu anggotanya mati terbunuh karna conta yang tak terbalaskan.

"Sekarang kau tau, siapa yang akan menerimanya," ujarnya dengan meninggalkan kode kode rahasia yang menunjukan identitasnya.

Setelah merasa puas, laki-laki bertubuh jangkung tersebut pergi, merasa aman akhirnya ia membuka topeng yang ada di wajahnya. Ia memakai topeng mirip wajah manusia yang di-desain secara khusus untuk menutupi identitas sesungguhnya laki-laki tersebut.

"Akhirnya gue terlepas dari topeng sialan ini," gerutunya.

***

Peta itu masih tersembunyi sangat rapi, di dalam sebuah peti kayu yang diyakini tempat teraman di dalam suatu ruang rahasia keturunan Daley. Tidak ada yang mengetahuinya, kecuali satu orang, Benhard. Tempat itu sedang di renovasi, setelah beberapa dekade dibiarkan kosong. Beberapa perabotan yang sudah tidak layak masih ada di sana.

Berbagai kalangan sering kali menyodok-nyodok kediaman keturunan Daley yang lama, berharap menemukan peta tersebut. Tapi mereka tak menemukan apa-apa. Alasan itulah membuat mereka murka, membabi buta membunuh setiap keturunan Daley, habis tak tersisa.

Daley Orland, satu-satunya keturunan yang tersisa pada abad ke-21 ini masih berada dalam posisi yang aman dari kejaran para pembunuh yang sudah menjadi targetnya. Satu per satu akan berakhir dengan cara yang mengenaskan. Daley hidup bersama Ibundanya juga neneknya yang sakit-sakitan.

Bukannya Daley tidak tahu, kelompok pembunuh itu masih terus mencari celah untuk mendapatkan peta yang menunjukkan pulau rahasia milik keluarga Daley. Menurut laporan dari orang kepercayaannya, kelompok tersebut telah menyusun rencana untuk membunuh Ibundanya sebagai target selanjutnya. Boleh jadi, mereka meyakini Ibundanya adalah satu-satunya orang yang mengetahui keberadaan peta tersebut hanya karena Ibunda Daley orang yang terkasih Ayahnya, tempat teraman menyimpan rahasia dan berkeluh kesah.

The PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang