*note (foto disini hanya membantu agar mempermudah penggambaran lokasi, suasana, dsb. Tidak ada maksud apa-apa. Jadi difoto ini yang saya maksudkan adalah pantainya, suasana pantainya oke. Sekian)
-
-
-
-
-
Author Pov-
-
-
-Tukk..tukk..tukk.....
Suara benturan pulpen dan meja yang Nafisa timbulkan sedari tadi berhasil memecah konsentrasi Tisya, sahabatnya yang sejak tadi sedang sibuk menghapalkan beberapa bahan mata kuliahnya persiapan untuk ujian semester esok hari.Tisya menghela nafas kesal,
"Kamu kenapa sih Naf?"Nafisa menyangga dagunya
dengan kedua tangannya.
"Kamu tuh yang kenapa?" Balasnya.Tisya mengerutkan alisnya, "Kok malah jadi aku Naf?" Tanya Tisya tak mengerti apa maksud ucapan sahabatnya itu.
Nafisa memutar kedua bola matanya kesal, "Kenapa kamu dari tadi diem terus Tisya? Tumben banget, aku bosen tahu."
"Astagfirullah Naf, Duh kamu ini. Kita besok ujian Naf. Dan aku enggak boleh gagal di ujian kali ini. Kamu tahu kan? Kamu sendiri kenapa enggak belajar?"
Nafisa memanyunkan bibirnya, "iya deh iya deh dasar bawel. Bye, aku mau ke pantai ajalah, refreshing dulu haha."
Naf beranjak dari duduknya dan berlalu meninggalkan Tisya yang masih sibuk menghafal materi yang akan diujikan esok hari.
Nafisa Hafzara seorang mahasiswi jurusan sastra Bahasa indonesia, berusia 20 tahun. Nafisa gadis berhijab ini, memiliki paras yang sangat rupawan, dengan senyum manis yang selalu menghiasi wajah cantiknya. Serta lesung pipi yang tak lupa memperindahnya. Dua manik hazel yang selalu berbinar indah disetiap kedipan matanya.
Naf sedang menemani sahabatnya Tisyania ke perpustakaan favorit mereka. Perpustakaan yang bergaya klasik serta memiliki coffeeshop dan bakery ini sangat nyaman. Yang membuat nilai plus dari perpustakaan ini karna letaknya yang berdekatan sekali dengan Pantai. Dan karna memang Naf dan Tisya menyukai pantai, jadilah perpustakaan ini sebagai tempat tongkrongan favorit mereka.
Naf sebetulnya sama seperti Tisya harus belajar dan banyak membaca jurnal, karna besok adalah hari ujian akhir semester untuk semester ini. Tapi ia sudah membaca cukup lama beberapa jurnal-jurnal sastra di perpustakaan ini. Dan setelah bosan terlalu lama melihat tumpukkan buku-buku kalkulus di hadapan Tisya, yang sedari tadi hanya menggaruk-garuk kepalanya, kemudian mendesah kesal karna ia tak kunjung mengerti materi kuliahnya. Naf lebih memilih duduk menunggunya di pinggir pantai.
Suasan sore hari ini sungguh sejuk dan menenangkan, tidak terlalu ramai seperti biasanya. Hanya ada beberapa orang yang sedang bermain voli pantai, menemani anak mereka bermain air, dan beberapa kelompok anak-anak yang sedang berlarian menepuk balon-balon air yang dibuat oleh seorang pria tinggi.
Angin sore itu bertiup pelan, menyapu butir pasir di pesisir pantai. Serta suara ombak yang saling bertemu membaur menjadi satu menjadi harmoni merdu sore itu. Naf sesekali tersenyum melihat perkelahian kecil antara burung-burung camad yang sedang mencari ikan. Sungguh menyenangkan sekali berada di pantai pada sore hari begini. Dan akan semakin indah saat matahari tenggelam nanti.
Tapi entah kenapa sepertinya keindahan itu tak berlangsung cukup lama, karna tiba-tiba saja hujan turun. Tak seperti biasanya, langit masih terlihat cerah tetapi rintik hujan turun semakin banyak. Beberapa orang di pantai sudah berlarian mencari tempat untuk berteduh. Sudah tak ada lagi burung-burung camar yang berkelahi. Sudah tak ada lagi anak kecil yang bermain air dan balon mereka enggan terkena basahnya air hujan.
Tapi tidak dengan Naf, ia masih enggan melangkahkan kakinya. Menjauh dan mencari tempat berteduh seperti yang lain. Sampai akhirnya ia tak merasakan rintik hujan jatuh diatasnya lagi. Aneh, padahal didepan sana masih hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergilah, Karna Aku Mulai Mencintaimu
RomanceEntah darimana rasa itu datang menghampiri dan enggan untuk pergi. Rasa yang tumbuh dari pembicaraan serta perhatian yang sederhana. Mulanya kita hanya saling pandang dari kejauhan, terpaku sebentar tanpa mengeluarkan kata, menundukan pandangan dan...