DUK...DUK...
Suara langkah terburu-buru terdengar menghebohkan dari arah luar kamar milik seorang pria. Tidak lama kemudian diikuti suara pintu yang terjeblak dengan keras membentur dinding.
BRUAKK!
Getaran dari efek bantingan hampir menjatuhkan lukisan yang ada di dekat pintu malang itu.
"Hestu, tolong aku! Kau harus membantuku!" seru suara seorang gadis dengan nada sangat cepat.
Seorang pria yang bernama Hestu, nampaknya tidak terganggu sama sekali akan keributan tersebut. Dia malah asik menunduk mengerjakan sesuatu di layar komputernya, tanpa memedulikan gadis yang memanggilnya tadi.
"Hestu...!" panggil gadis itu sekali lagi.
Hestu yang sedang mengerjakan pekerjaan dari kantor lalu mengangkat kepalanya. Mata tajamnya melihat sesosok wanita tetangga rumahnya yang sudah sangat dikenal dalam separuh hidupnya itu berdiri dengan nafas terengah seakan habis berlari. Dia cukup heran ada apa dengan dengan gadis ini hingga datang terburu-buru seperti dikejar hantu. Hestu meneliti dari atas ke bawah pakaian yang dikenakan oleh si pelaku pengganggu ketenangannya.
"Tisha, ada apa malam begini, kenapa kamu berpakaian seperti itu?" Dahi Hestu berkerut dalam. Tisha nama wanita ini berdandan layaknya seorang wanita muda pada umumnya. Tapi bukan berarti Tisha tidak pernah berpakaian wanita tapi kali ini dia berdandan sangat cantik dan berbeda dari biasanya. Dengan dress panjang berbahan lace berwarna merah fanta sebatas mata kaki, dan make up yang agak spesial dari biasanya.
Tisha mengangkat gaun panjangnya sambil melangkah lebar menuju ke meja lesehan yang di tempati Hestu bersama komputernya. "Tolong aku. Aku akan dinikahkan nenek dan kakekku dengan orang yang sama sekali tidak aku kenal. Begitu bertemu aku semakin tidak suka. Jadi kau harus membantuku. Please. Hestu."
Hestu melepaskan kacamatanya, "Bantuan apa?"
"Menikahlah denganku. Dengan begitu nenek dan kakekku tidak akan memaksaku untuk menikahi pria orang lain."
"Ha?" Hestu menaikan alisnya. "Kamu tidak bercanda kan?"
"Hestu, aku sungguh-sungguh. Lagipula kakek dan nenek sudah menganggapmu sebagai cucu mereka sendiri. Aku tidak mau menikah dengan orang yang sama sekali tidak aku kenal." Airmata mulai menggenang di mata Tisha bersiap mulai menangis. Manjanya sedang kumat
"Nenek, aku belum mau menikah. Aku masih ingin bebas." Tisha melipat tangannya didada tanda protes.
"Dasar anak manja, usiamu sudah cukup, Tisha. Lagipula apa kamu tidak kasihan dengan kakekmu yang sudah mau pensiun?" tanya Sang Nenek.
"Paman kan ada bisa gantikan kakek."
"Tapi pamanmu menolak." sahut Neneknya Tisha. Wanita itu walau sudah berumur tapi ketegasannya tidak ada yang bisa mengalahkannya. "Besok pergi sama nenek untuk menemui calonmu, mengerti!"
"Hestu..." rengek Tisha.
Hestu menghela napas, dia sendiri agak kaget dengan permintaan Tisha. Dia sendiri sudah sangat mengenal sifat Tisha semenjak gadis itu masih kecil, bahkan mereka bertetangga dekat. Rumah Tisha dan orang tuanya Hestu persis berhadapan langsung . Usia mereka berbeda 7 tahun. Saat ini Tisha berusia 23 dan Hestu 30 tahun. Hestu bisa dikatakan seperti pengasuhnya gadis ini. Tisha sangat manja kepadanya, tidak ada yang bisa membuat gadis itu patuh kecuali Hestu. Sedangkan orang tua Tisha sendiri sudah meninggal dunia dalam kecelakaan mobil, ketika gadis itu baru berusia 2 tahun.