Part 1. Gray

2.6K 294 27
                                    

Gray
Mencerminkan keamanan, kepandaian, tenang dan serius, kesederhanaan, kedewasaaan, konservatif, praktis, kesedihan, bosan, profesional, kualitas, diam, tenang.

Hai! Dilanjut nih, setelah sekian bulan hiatus hehehe moga belum lupa sama cerita ini. Sedikit dulu ya, soalnya masih dalam tahap membangun mood dan mencari mas Ilham hihi. Enjoy.

Duk! Duk! Duk!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duk! Duk! Duk!

"Tisha, buka pintu toiletnya! Ayo kita pulang!"

"Tidak mau! Aku mau pulang bersama Hestu pokoknya!" teriak Tisha dari dalam toilet. Dia membersihkan airmatanya dengan tissue toilet. Yup, hari ini adalah hari pernikahannya dengan Hestu, setelah lelaki itu bersedia menerima permintaannya. Moment yang sudah di tunggu-tunggu Tisha sejak masih anak-anak. Dia masih ingin menikmati saat- saat ini dengan bahagia. So perfect moment. Namun, neneknya yang keras kepala itu melarangnya ikut pulang bersama Hestu.

Duk! Duk!

Gedoran pintu semakin tidak sabar dari arah luar membuat Tisha berjengit.

"Tisha jangan manja! Kalian belum boleh tinggal bersama untuk saat ini, status kalian jangan ketahuan karyawan lain. Kamu tahu kan peraturan perusahaan, melarang suami istri bekerja dalam satu kantor. Kamu mau Hestu di pecat dari pekerjaannya?" suara lantang Nenek Tisha mulai hilang kesabarannya.

Tisha berdecak kesal. "Nenek kan Direkturnya masa nggak bisa kasih pengeculian, kalau begitu aku saja yang berhenti kerja. Jangan Hestu yang di pecat!"

"Tidak bisa. Peraturan tetap peraturan, meskipun kamu cucu nenek sekalipun, harus mematuhinya." Tegas sang nenek.

"Sudah... sudah... coba kau bujuk istrimu itu, Hestu." Kakeknya Tisha menengahi, begitu dia melihat Hestu menyusul Tisha. Lelaki tua itu sangat menyayangi Tisha yang merupakan cucu satu-satunya. Dia menginginkan lelaki terbaik yang bisa menjaga dan menangani sifat manja Tisha. Dari awal dia memang menginginkan Hestu yang menjadi suami Tisha, tapi sang istri menolak ide tersebut malah menjodohkannya dengan lelaki lain. Tapi syukurlah Tisha satu pemikiran dengannya, jadi dia bisa tenang sekarang.

"Ehemm..." Hestu membersihkan tenggorokannya. "Tisha...ini aku, ayo buka pintu toiletnya. Kita bicara du... lu. "

Belum selesai Hestu berkata, tiba-tiba saja pintu toilet terbuka lebar dan Tisha langsung keluar dan menghambur memeluk Hestu.

"Aku mau pulang ke rumahmu, masa nenek tidak mengijinkan? Aku sudah sah menjadi istrimu, Hestu" Tisha mendongak untuk melihat wajah tenang dan lembut, lelaki yang sudah dikaguminya sejak dulu.

Pesta pernikahan mereka di langsungkan sederhana saja. Hanya keluarga Tisha serta Ayah dan kakak perempuan Hestu yang menyaksikan. Secara agama dan hukum mereka sudah resmi, hanya saja tidak ada resepsi, karena pernikahan mereka di rahasiakan sampai menunggu waktu yang siap. Pernikahan itu pun hanya di lakukan di masjid terdekat dengan rumah Tisha, karena reputasi Tisha yang merupakan pewaris perusahan, tentu saja pernikahan dengan salah satu karyawan biasa pasti akan menjadi gosip panas yang akan menyebar cepat menyangkut Hestu. Sebagai wakil kepala HRD yang juga perusahaan milik keluarga Tisha, Hestu harus menjadi bahan contoh bagi karyawan lainnya.

Dear YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang