Bab 4. Brown.

1.7K 222 25
                                    

Perlahan Hestu merangkum wajah cantik Tisha dengan kedua telapak tangannya yang kokoh. Mendekatkan wajahnya pada Tisha, perlahan namun penuh kelembutan Hestu mendaratkan ciuman di dahi Tisha. Cup!

"Puas?"

"Puas sekali." Tisha terkekeh, melingkarkan tangannya pada pinggang Hestu, meletakkan kepala di dada bidang itu. Telinganya dapat mendengarkan irama jantung Hestu yang berdegup pelan. Dengan ini dia bisa memaafkan segalanya, ucap Tisha dalam hati. "Terima kasih."

Hestu balas memeluk Tisha sambil mengelus pelan punggung Tisha.Syukurlah

"Wow ada tontonan menarik ya! Benarkan, Winda."

Sontak pelukan Hestu dan Tisha terlepas terkejut dengan suara yang menginterupsi keduanya. Jantung Tisha seakan melorot ke perut melihat siapa yang telah memergoki mereka saat ini.

Devan dan Winda!

"Kalian...? 

Song by : SOMETHING JUST LIKE THIS - Chainsmokers & Coldplay | Sam Tsui & KHS COVER 

Coklat (Brown ) adalah warna bumi, memberikan kesan hangat, nyaman dan aman. Selain itu, coklat juga memberikan kesan 'mutakhir' karena dekat dengan warna emas. Bisa di bayangkan kesan 'mahal' desain dengan kombinasi warna hitam dan coklat muda pastinya akan menghasilkan sebuah kolaborasi yang "wah". Dan tidak lupa, coklat juga bisa memberikan nuansa yang "dapat di andalkan" dan "kuat".

Brown: Safe, awake, superb, authoritative, and sweet.

"Kalian sepertinya sedang asyik, kalau begitu kami permisi dulu. Ayo, Winda kita pergi saja." Devan melangkah pergi di ikuti Winda yang sepertinya masih kebingungan.

"Eh tunggu!" Tisha berlari mengejar kedua pasangan tersebut.

"Ada apa? Kamu takut kalau kami akan membocorkan hubungan kalian?" Devan memiringkan kepalanya setengah mengejek juga. "tenang saja kami akan menjaga rahasia."

Tisha gelagapan, "Bukan... bukan itu, aku tadi hanya meminta nasehat dengan Pak Pradikta. Dia hanya menghiburku. Begini... aku punya masalah keluarga yang cukup pelik. Jadi aku minta nasehat beliau." Tisha masih berusaha menjelaskan agar Devan tidak curiga.

"Terserah kamu saja." Devan berbalik untuk pergi.

"Terus kenapa kamu bisa bersama Winda juga?" celetuk Tisha karena baru menyadari akan keanehan ini. Devan dan Winda? Kedua orang ini sama sekali tidak pernah terlihat bersama, dan sekarang mereka di tempat sepi berdua, sama dengan keadaannya saat ini.

"Bukan urusanmu. Devan yang memaksa untuk bicara denganku." Winda mendengus lalu pergi begitu saja.

Tisha tercenung apakah alasan tadi masuk akal. Apa mereka akan percaya? Tisha menepuk pipinya pelan untuk membuang pikiran buruk itu.

"Hampir saja." Hestu menjitak kepala Tisha pelan. "Lain kali lihat-lihat tempatnya dulu." Hestu melangkah meninggalkan Tisha di belakangnya.

Lain kali? Artinya akan ada ciuman selanjutnya? Pipi Tisha terasa hangat, pasti saat ini wajahnya sudah semerah tomat busuk.

*****

Hestu mengusap peluh yang menetes di dahinya dengan handuk kecil,  melepas handband yang melingkari pangkal lengannya. Hari ini dia bermain tenis dengan Rado, sahabat yang juga masih rekan kantor.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang