3. To Be A Partner

27 2 0
                                    

Untungnya disaat mereka sampai di kelas,belum terlihat Pak Ali yang seharusnya telah mengajar pelajaran fisika di kelas mereka.

"Pelan-pelan Nad." Ucapnya sambil menopang Nadia yang masih terlihat pucat.

"Nadia lo kenapa?" Tanya Via,selaku wakil ketua kelas yang duduk tepat didepan Nadia.

"Tadi gue liat dia pingsan." Jawab Anita yang duduk sebelahan dengan Via.

"Kok bisa?" Tanyanya yang terlihat semakin penasaran dengan keadaan Nadia.

"Biasalah,apalagi kalo bukan gara - gara hukuman kakak kelas yang kejam itu.." Ujar Amel yang membukakan botol minum lalu memberikkannya kepada Nadia.

"Thanks Mel." Seraya menerima botol minuman itu lalu meneguknya dengan perlahan.

Kemudian pintu kelas pun terbuka, dan muncullah sosok Pak Ali yang sibuk membawa ricia beberapa alat yang biasa ia gunakan untuk mengajar. Setelah jam pelajaran itu selesai dan bel pun berbunyi, Amel dan Nadia segera merapikan alat tulisnya masing - masing lalu bergegas untuk pulang.

Baru saja Nadia keluar dari pintu kelas, tak sengaja matanya menangkap seseorang yang sedang berdiri sambil menyandarkan punggung ke dinding. Alisnya pun mengerut ketika mengetahui bahwa seseorang itu yang tak lain adalah Nara.

'Lo lagi lo lagi! Kelar deh hidup gue ketemu elo terus'

Wajah Nara yang sedari tadi menatap ke bawah, kemudian mengangkat wajahnya dan langsung bertatapan dengan Nadia yang sedari tadi memperhatikkannya. Seulas senyum muncul di bibirnya, tak menunggu lama ia pun melangkah kearah Nadia.

Ia pun terkejut melihat cowok yang tak jauh di depannya itu makin mendekat kearahnya. Tiba - tiba detak jantungnya berpacu lebih cepat dari sebelumnya. Tanpa aba - aba, tangan Nadia terkepal dengan sangat kuat sampai - sampai ia merasakan bahwa sekarang telapak tangan terasa mulai basah karena berkeringat.

'Apa yang dia lakukan sehingga membuat gue jadi seperti ini?!'

Perlahan namun pasti langkah kaki Nara tertuju padanya. Disertai senyuman tipis milik cowok itu. Suasana terasa mencekam ditambah lagi dengan suasana sekolah yang sudah lumayan sepi.

Namun ia masih berfikir positif mengenai cowok itu,bisa jadi cowok itu cuma numpang lewat di hadapannya. Lagipula untuk apa cowok itu menunggu di depan kelasnya hanya untuk menemuinya?Sungguh tidak masuk akal bukan?

Akhirnya Nadia pun memberanikan dirinya untuk melanjutkan langkah kakinya yang sebelumnya sempat terhentikan oleh cowok gajelas seperti itu. Langkahnya terlihat sedikit tergesa - gesa karena baru saja melihat cowok itu. Sampai akhirnya ia pun berhasil melewati tubuh Nara yang tadinya berada di hadapannya.

Hiufftt..

"Lo kenapa?Grogi ngeliat cowok ganteng kayak gue?" usil Nara dalam batinnya.

Saat mendengar ucapan itu, matanya sempat terpejam beberapa saat lalu kemudian membukanya kembali. Senyuman tipis muncul di bibirnya.

'Sumpah ni cowok bener - bener kepedean level tinggi!'

Setelah mendengar ucapan itu, ia pun membalikkan tubuhnya dan menatap tajam kearah cowok menyebalkan itu.

"Lo ngomong sama gue kak?" Tanya Nadia dengan wajah seperti tidak mengerti sama sekali dengan ucapan Nara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Imagine About LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang