Nadia POV
Suara jam alarm membangunku dari mimpi yang bahkan sama sekali sudah tak kuingat. Huh..Padahal mataku masih terasa berat dan rasanya ingin kembali ke kasurku yang empuk ini. Tapi,aku langsung teringat bahwa hari ini adalah hari pertamaku akan menjalani MOS selama tiga hari di sekolah baruku yang selama ini sudah lama kuidam - idamkan.
Bagaimana tidak?SMA-ku ini adalah sekolah favorit yang juga memiliki fasilitas yang sangat memukau saat melihatnya.Namun sebenarnya alasan kenapa aku sangat ingin bersekolah disana karena..
Tiba - tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Nadia."Nadia,bangun nak..Ini sudah hampir jam setengah enam,nanti bisa-bisa kamu telat.Mama sudah siapkan sarapan di bawah." Terdengar suara Mama Nadia yang setelah itu tak terdengar lagi, yang terdengar hanyalah suara injakan kaki yang semakin lama menjauh.
Akhirnya aku beranjak dari kasur kesayanganku dan buru - buru mandi. Kurang lebih 20 menitan aku sudah berpakaian rapi dan menyadari bahwa hari ini adalah hari pertama kali aku memakai seragam baru dan berangkat ke sekolah baru yang terasa sangat asing bagiku. Namun apa boleh buat? Toh siap ga siap tetep aja sekarang umurku sudah 15 tahun,itu artinya yaa aku harus melanjutkan pendidikanku ke jenjang menengah atas. Akhirnya setelah bercermin sebentar sambil menguncir rambutku dengan rapi dan tak lupa merapikan poni yang hampir menutupi dahiku. Aku langsung mengambil tas dan memindahkannya ke punggungku dan bergegas menuju ruang makan.
Sesampainya diruang makan aku langsung disambut oleh Arsen,adikku.Yap! Perbedaan umurku dengannya berkisar 2 tahun lebih.
Tapi sikapnya?Ugh,pokoknya nyebelin pake bangett! Namun,mendengar informasi dari teman - teman sekolahnya yang pernah datang kerumah,katanya sih sifat Arsen itu di sekolah sangat introvert (alias pendiam). Tapi tetep aja entah kenapa menurutku itu sangat mustahil!
"Tumben udah bangun kak,biasa juga masih molor. Aduh.." Arsen langsung meringis saat aku dengan sengaja menginjak kakinya.
"Enak aja!" Tegasku sambil menatap tajam kearah Arsen yang sibuk melanjutkan aksi makannya.
"Kalian ini masih pagi sudah berantem,gimana kalo mama sama papa gaada dirumah coba?Mungkin kalian udah kayak Tom & Jerry kali ya.." aku dan Arsen berbarengan menjawab perkataannya barusan.
"Mama!"
"Mama!"
Mendengar perkataan yang kami ucapkan sama sekaligus berbarengan,aku hanya bisa menggerutu sambil mulai memakan sesuap demi sesuap nasi goreng yang berada di hadapanku.
"Kak,nanti kamu bareng aja sama papa aja ke sma barumu." Ucap Papa sambil kembali menyesap secangkir kopi miliknya.
Tiba - tiba saja Arsen langsung menjawab seperti tidak setuju.
"Tapi Pa,sekolah Kakak kan ngga searah dengan kita." Ucap Arsen sambil mengerutkan dahinya, arah matanya fokus menuju Papa. Seakan meminta alasan.
'Memangnya kenapa kalo ga searah?Masalah buat lo?Lagian yang nyetir itu kan Papa bukan dia!' Ungkap Nadia dalam hati walaupun sebenarnya saat ini juga ia ingin sekali menge-plak kepala adiknya itu!
Memang sih,sebelumnya saat aku masih belajar di SMP, aku selalu naik bus sekolah menuju sekolahku dikarenakan jarak dari rumah ke sekolahku cukup dekat. Tidak seperti Arsen yang sekolahnya lumayan jauh. Kenapa sekolah kami berbeda?Karna SMP Arsen itu termasuk SMP terfavorit se-Jakarta. Berbeda dengan SMP-ku yang biasa saja. Aku akui memang IQ yang dimiliki Arsen lebih tinggi diatas IQ-ku. Miris memang! Karna itulah aku berusaha mati -matian agar dapat masuk ke SMA favorit yang sudah sejak lama kuincar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagine About Love
أدب المراهقينBerawal dari Nara Devaldo,lelaki yang most wanted girls karna terkenal akan ketampanannya dan sikap dinginnya terhadap siapapun kecuali terhadap sosok gadis adik kelasnya,Nadia Berlianna. Namun,Nadia selalu mengacuhkan perasaan Nara terhadapnya karn...