Sofia merenggangkan otot-otot tangannya sambil memejamkan kedua mata dan mengerang tertahan. Cewek itu kemudian menarik napas panjang lantas menopang dagu dengan sebelah tangan, kemudian menatap meja di hadapannya dengan tatapan menerawang. Kejadian tadi pagi di koridor kampus masih menari-nari di benaknya. Bagaimana Erzan menolongnya saat dia bertabrakan dengan mahasiswa lain dan jatuh ke lantai. Apalagi, Erzan menjadikan dirinya sendiri sebagai alas bagi Sofia, supaya cewek itu tidak membentur kerasnya lantai.
Kadang, Sofia berpikir, mungkin saja Erzan memiliki kepribadian ganda. Di satu sisi, Erzan menampakkan dirinya yang menyebalkan. Di sisi lain, cowok itu akan menjelma menjadi cowok super gentle yang siap menolong siapa saja, terlebih kaum cewek. Di kesempatan lain, Erzan akan berubah menjadi sosok dingin yang tidak terjamah dan membuat Sofia ketakutan, walau cewek itu menyembunyikannya dengan sangat baik di dalam hati.
Semua teman-teman Sofia sudah keluar kelas, karenanya dia memutuskan untuk berdiam diri di ruangan ini sendirian. Meskipun tinggal mengurus skripsi, ada kalanya Sofia menyembunyikan diri di ruangan kelasnya, yang dipakai oleh teman-teman seperjuangannya namun masih harus menyelesaikan beberapa mata kuliah itu, untuk menjernihkan otak guna mengerjakan skripsi nantinya. Seperti saat ini. Lexna biasanya ikut bergabung dengan dirinya, namun hari ini, sahabatnya itu sudah berjanji akan menemani Redhiza ke suatu tempat. Sofia dan Lexna memang lebih sering menghabiskan waktu di kampus setiap harinya untuk mengerjakan skripsi mereka, daripada mengerjakannya di rumah.
"Tenang... akhirnya, gue dapat ketenangan," gumam Sofia pelan. Cewek itu menarik napas panjang—lagi, dan menulis sesuatu dengan sebelah tangannya yang bebas di atas buku tulisnya. Pikirannya mendadak bercabang dan Sofia yakin, dia tidak bisa berkonsentrasi dengan skripsinya hari ini. "Biasanya kalau suasana mendadak tenang, terlalu tenang, pertanda bakal ada angin ribut."
Ucapan yang langsung menjadi kenyataan.
Terdengar suara langkah mendekat, membuat Sofia mengerutkan kening dan menegakkan punggung. Cewek itu menoleh, lalu terpaku. Di sana, Kio sedang mendekat ke arahnya. Cowok itu menatapnya datar, terkesan dingin. Sofia ingin bangkit dan kabur, tapi tubuhnya seakan tidak berfungsi dengan baik. Dia malah mematung dan tidak tahu harus berbuat apa.
"Tadi pagi, gue liat kejadian menarik di koridor," kata Kio dengan nada yang sulit ditebak. Cowok itu kemudian berdiri tepat di depan Sofia yang masih duduk, lalu membungkuk dan mengurung cewek itu dengan cara merentangkan kedua tangannya di masing-masing lengan kursi. "Benar-benar heroik, kan, cowok tercinta lo itu? Hmm?"
Sofia menelan ludah dan berusaha menentang tatapan Kio. Kalau pada akhirnya dia tahu akan seperti ini, mungkin lebih baik jika dulu Sofia berharap mobil itu menabraknya saja, daripada harus diselamatkan oleh Kio yang tahu-tahu saja berubah menjadi brengsek seperti sekarang.
"Apa gue dilarang bermesraan sama pacar gue sendiri?" tanya Sofia dengan nada yang dibuat sedingin mungkin, walau dia sadar sepenuhnya jika suaranya terdengar terbata. "Salah kalau dia nolong gue? Gue pacarnya dan wajar kalau dia nggak mau sesuatu yang buruk terjadi sama gue."
"Gue bisa jauh lebih romantis daripada itu, Sofia," balas Kio. Sebelah tangannya terulur, menyentuh pipi Sofia, membuat cewek itu tersentak dan ingin menepis tangan kurang ajar tersebut. Tapi, lagi-lagi, dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Dia... takut. Dia benar-benar takut pada sosok Kio yang sekarang. Kio sangat berbeda dengan sosoknya yang hangat dan lembut dulu.
Kio yang sekarang terlihat seperti seorang psycho!
"Putusin dia dan jadi pacar gue, Sofia," bisik Kio. Cowok itu memajukan wajahnya dan menatap manik cokelat milik Sofia. Dia tersenyum, dingin dan misterius. Rasanya Sofia sudah ingin menangis, tapi dia menahan diri. Dia tidak boleh terlihat lemah. Dia tidak boleh cengeng. Dia tidak boleh... tidak boleh....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hell's Contract
RomanceAwalnya, Sofia tidak sengaja mengucapkan kebohongan itu, di saat seorang cowok bernama Kio selalu saja mengejar dirinya. Padahal, Sofia sudah mengatakan pada Kio bahwa dia tidak memiliki perasaan apa pun untuk cowok tersebut. Kebohongan Sofia terpak...