#4-You're Not Alone!

7.1K 685 27
                                    

Erzan membeku di tempatnya. Matanya terbelalak, menyaksikan bagaimana mobil itu akan segera menghantam tubuh mungil Sofia, sementara dia tidak bisa berbuat apa pun, selain duduk di tepi jalan dan menunggu detik-detik kematian cewek di depannya itu. Cewek yang bersedia menjadi budaknya, pesuruhnya, demi mendapatkan perlindungan darinya agar bisa menjadi pacar pura-pura untuk menjauhkan Kio dari sekitarnya.

Suaranya tercekat, lalu akhirnya keluar begitu saja. Meneriakkan nama Sofia dengan kecemasan yang bahkan dia sendiri tidak tahu datangnya darimana. Mungkin karena perasaan bersalah yang mulai hadir, akibat ucapannya di dalam kamar tadi hingga menyebabkan Sofia menangis dan berlari keluar rumah, atau bisa juga karena Sofia yang sudah mendorongnya hingga dia terselematkan dari bemper mobil yang akan menabrak tubuhnya hingga menghancurkan tulang-tulang di tubuhnya.

Yang kemudian, menyebabkan cewek itu dalam bahaya.

Nyaris. Benar-benar nyaris. Seumur hidupnya, Erzan tidak pernah sebahagia ini melihat kedatangan Redhiza. Bagaimana sahabatnya itu muncul di detik-detik terakhir, menerjang tubuh Sofia hingga keduanya terhempas ke tepi jalan, ke tempatnya berada. Erzan juga bisa melihat Lexna berada di ujung jalan lainnya, menatap kaget ke arah mereka dengan mulut yang ditutup oleh kedua tangan.

Lalu, mobil sialan itu bukannya berhenti, justru semakin tancap gas. Mungkin si pengendara takut jika ada korban dan dia tidak mau berurusan dengan polisi.

"Gue nggak pernah liat lo sebego ini sebelumnya." Redhiza bersuara, menyadarkan Erzan dari keterpakuannya. Cowok itu menatap Redhiza dengan tatapan tidak fokus, lalu beralih menatap Sofia yang tidak sadarkan diri. "Lo bisa nolong dia tadi."

"Gue... gue...." Erzan menjilati bibirnya yang terasa kering. Sisa-sisa ketakutan dan kecemasan itu masih ada, masih mengambil alih tubuh dan akal sehatnya. Tubuhnya bahkan masih gemetar, Redhiza bisa melihatnya. "Justru dia yang nolong gue, bahkan setelah gue mengucapkan kata-kata menyakitkan tadi."

"Kata-kata menyakitkan?"

"Gue benar-benar brengsek, Red... gue benar-benar cowok brengsek." Lalu, Erzan menunduk. Bahunya bergetar, kedua tangannya mengepal di atas paha. Tidak ada isak tangis, tapi Redhiza tahu Erzan benar-benar terguncang. Sahabatnya itu tidak akan pernah menitikkan air mata, karena merasa kaum Adam adalah kaum yang tidak boleh menangis.

Walau mereka terluka hingga nyaris mati karena luka tersebut. Baik fisik, terlebih batin.

"Udahlah," kata Redhiza kemudian, tidak tahan melihat kejatuhan Erzan. Sepertinya, Erzan begitu terpuruk dan terpukul. Masalahnya tidak pernah dia ceritakan dan Redhiza sendiri tidak mau memaksa. Kalau Erzan ada masalah juga dengan Sofia, biarlah kedua orang itu yang menyelesaikan. "Nggak usah depresi begitu. Lagian, Sofia juga nggak apa-apa."

Kepala Erzan terangkat dan dia kembali menatap Sofia. Wajah cewek itu memerah, kemungkinan karena demam yang sedang dideritanya. Tak lama, Lexna menghampiri, memanggil nama Sofia dan menggenggam erat tangan sahabatnya itu.

"Mau lo atau gue yang bawa Sofia ke rumah lo?" tanya Redhiza. Dia sendiri bisa merasakan suhu tubuh Sofia yang tinggi, dan angin saat ini sama sekali tidak baik untuk cewek itu.

"Biar... gue...." Erzan mengambil alih tubuh Sofia dan mengangkatnya tanpa kesulitan. Cowok itu sekali lagi menatap wajah Sofia, kemudian memejamkan kedua mata. Rasanya menyesakkan, entah kenapa. Kemudian, dia menunduk sedikit, mencium kening Sofia dan berbisik, "Please, be alright."

Lexna mengerjap dan berdeham. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa ketika melihat ketulusan di kedua mata Erzan barusan. Dia sudah mendengar cerita keseluruhan dari mulut Sofia, bahwa mereka berdua menjalin hubungan. Tentu saja hanya pura-pura, supaya cowok bernama Kio itu tidak menganggunya lagi.

The Hell's ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang