Part 14

40.9K 2.8K 22
                                    


"Hei.. nona, bangunlah. Apa yang kau lakukan disini?" Aku terbangun karna suara menganggu itu. perlahan aku mengerjapkan mataku dan membukanya, hal pertama yang kulihat adalah seorang pria tampan bahkan sangat tampan.

"memperhatikanku huh?" Ujarnya dengan senyum jahil.

Aku menunduk malu, terdengar suara tawa yang mengisi gubuk usang ini Yang pastinya milik pria itu. Suara tawanya bahkan sangat merdu.

"Nona, apa kau tinggal digubuk ini?"

Aku menggeleng, "tidak, aku menemukan gubuk ini semalam, saat mencoba mencari jalan untuk keluar dari hutan ini. Dan kalau boleh tahu siapa kau?"

Dia tersenyum seraya memperkenalkan dirinya,

"namaku Peter nona, Peterson McCowell. Ini sudah siang nona, kalau kau tidak keberatan aku akan mengantarmu keluar dari hutan ini. Tidak baik seorang gadis berlama-lama dihutan seperti ini."

Awalnya aku ragu, haruskah aku ikut dengan pria Yang baru saja kukenal? Tapi aku merasa tidal punya pilihan lain, daripada kembali ke rumah Shawn.

Aku mengangguk dan mengikutinya keluar dari gubuk ini.

"Apa kau penduduk disekitar sini tuan?" Ia menggeleng.

"bukan, aku dari kota sebelah, dan tolong nona, panggil aku Peter saja, karna kurasa umur kita tidak terpaut begitu jauh."

Aku tersenyum. "Ya kau mungkin benar Peter. Dan kau juga jangan panggil aku nona. Namaku Ashley Keana."

aku tidak akan mengatakan pada siapapun lagi tentang marga keluargaku. Maafkan aku Papa.

"Baiklah Ashley."

setelah mengatakan itu perjalanan kami hanya diisi suara deru nafas masing-masing dan kicauan para burung yang bertengger dipohon maupun yang sedang asik terbang kesana kemari.

"Nah, kita sudah keluar dari hutan, dimana rumahmu Ashley? Aku akan mengantarmu." Peter menatapku.

Sekarang aku yang kebingungan dimana aku akan tinggal? Dirumahku? aku takut Shawn akan menemukanku disana. setelah berpikir cukup lama akhirnya aku memilih untuk mengatakan,

"Aku tidak punya rumah Peter, semuanya sudah hangus terbakar." ucapku dengan wajah memelas,

Bisa kulihat binar dimata Peter meredup, sepertinya dia merasa kasihan padaku.

"baiklah, daripada kau tinggal dijalanan lebih baik kau ikut bersamaku. tinggalah bersamaku Ash, aku mungkin bukan orang kaya tapi setidaknya rumahku masih bisa menampungmu." senyum hangat yang diberikan pria ini seperti sebuah senyum yang tulus.

Ah baik sekali pria ini, tapi aku tetap harus waspada, aku hanya mengangguk padanya. Dia membawaku menuju mobil yang terparkir dekat peternakan seberang hutan tadi. Setelah membukakan pintu mobilnya untukku, dia memutari kap mobil dan duduk dikursi pengemudi.

Lagi-lagi perjalanan kami hening, awkward moment. "Ash, maaf kalau aku agak lancang, tapi aku penasaran kenapa kau bisa berada dihutan itu sendirian?"

"Ada hal yang tidak bisa kuceritakan sekarang Peter." jawabku lesu.

Peter mengangguk maklum. "Aku mengerti, kau belum sepenuhnya percaya padaku. tapi kau harus tahu Ash, aku sama sekali tidak ada maksud jahat padamu." dan aku mendengar nada ketulusan disuaranya.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, kami berhenti disebuah rumah megah. Peter menggandeng tanganku memasuki rumahnya.

Apanya yang bukan orang kaya? Ini bahkan lebih besar dari rumah shawn.

"rumah yang indah Peter." ia tersenyum entah untuk keberapa kalinya.

"Terima kasih Ash, ayo kutunjukan kamarmu." aku mengikutinya dari belakang.

Kamarku ada dilantai 2 berseberangan dengan kamar Peter. kamar ini indah sekali, ada hiasan bunga Edellwis di dindingnya. kamar ini seperti memang didesain untuk anak perempuan. Peter meninggalkanku seorang diri karena dia bilang ada urusan mendadak. Aku berbaring diatas kasur dan tanpa sadar jatuh tertidur.

Tok tok tok

"Waktunya makan malam Ash." teriak Peter dari luar pintu. Aku membuka pintu kamarku dan melihat wajah Peter yang sudah lebih segar dan pakaiannya sudah berganti.

Ia melihatku dari atas sampai bawah. "kau tidak mandi?" Aku menggeleng polos, ia berdecak geli sambil sesekali terkekeh.

tanpa permisi ia masuk kedalam kamar-yang-kutumpangi dan membuka lemari pakaian yang ternyata penuh dengan pakaian wanita, sangat cantik dan semuanya bermerk. Lagi-lagi aku dibuat tercengang oleh Peter.

"Pilihlah yang kau suka, ini milikmu sekarang."

Aku menjadi tidak enak hati pada pemilik kamar ini. "aku tidak enak memakainya Pet, pakaian ini terlihat mahal." entah apa yang lucu dari perkataanku tapi Peter terbahak.

"Pakailah Ash, ini milik adikku yang sudah tinggal dirumahnya sendiri. Jadi kamar ini tidak ada yang menempati dan semua barangnya memang ditinggalkan disini."

Aku mengangguk malu dan menunduk. Entah kenapa aku ini sangat penurut.

"mandilah. Aku akan menunggumu diruang makan." ujarnya langsung keluar dari kamar.

Saat suara hentakan sepatunya mulai menghilang aku terduduk dikasur empuk itu, memikirkan semua hal yang terjadi padaku dua bulan ini. perubahan penampilanku, pertemuanku dengan Shawn, rasa ini, perlakuan Shawn, dan sekarang. Pertemuanku dengan Peter. Apa maksud dari semua ini?

"Sebenarnya apa yang terjadi padaku?" Aku mengacak rambutku frustasi dan langsung berlalu memasuki kamar mandi, tidak baik membiarkan orang menunggu terlalu lama.

*********

"APA?! KALIAN TIDAK MENEMUKANNYA? CARI LAGI LUNA KALIAN! DASAR TIDAK BERGUNA! CARI DIA SAMPAI DAPAT ATAU KUBUNUH KALIAN!" teriak Shawn dengan murka. Wajahnya memerah, urat dilehernya menonjol menandakan amarahnya sedang ada ditingkat paling tinggi.

"Untuk apa kau masih mencarinya Shawn? Kau yang membuatnya pergi." Bastian melipat kedua lengannya didepan dada, menatap Shawn remeh.

Shawn terduduk dikursinya dan menangis, seorang Shawn menangis umtuk pertama kalinya karna seorang wanita.

"ak..aku tidak bermaksud seperti itu Bas, aku tahu aku bodoh. Entah kenapa aku meninggalkan Ashley dan membiarkannya melihat kejadian itu, aku yang bodoh Bas." Bastian tertawa mengejek.

"kau melakukan kesalahan besar kak, kau menyakiti wanita sepolos dan sebaik Ashley."

"Ashley..Ashley.. Ashley, kenapa hanya wanita itu yang kalian pikirkan? Bahkan seluruh pack ini ikut mencarinya. Bukankah sudah kubilang ia mungkin sudah mati dibunuh rogue."

Bastian yang geram mendengarnya maju dan berdiri tepat dihadapan Angel yang baru saja masuk kedalam percakapan pribadinya dengan Shawn.

"Diam dan jaga perkataanmu, Ashley masih hidup dan kami akan menemukannya."ucap Bastian penuh penekanan. Angel terlihat takut tapi ia menutupi ketakutannya dengan senyum angkuh.

"we will see Bastian,"

*****************

Ini dia!!

Buat yang belum bisa baca revisiannya, coba hapus story ini dari library kalian dan masukin lagi.

😍😍😍😍😍

My Nerd mate (DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang