Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir

9

14.8K 895 43
                                    

Di bagian Utara, hujan baru saja tiba. Meskipun tidak semenggigit cuaca di Alsace, tetap saja Vanessa merasa menggigil ketika air hujan menyipratinya. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam ketika Vanessa sampai di depan rumah Gilbert. Ia menyimpan payung yang digunakannya di teras.

Vanessa menekan bel karena rumah tersebut hanya memiliki dua kunci. Satu dibawa oleh Gilbert, sementara satunya lagi diserahkan kepada Paula ketika dirinya pergi ke Bas-Rhin.

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah pria itu. Gilbert. Suaminya.

"Ya, Tuhan! Aku juga sangat merindukanmu, kau—" Perkataan Vanessa terhenti saat ia menyadari Gilbert memandangnya tanpa ekspresi, alih-alih menyambutnya dengan hangat, pria itu malah menatapnya dengan sorot dingin yang membuat bulu kuduknya seketika merinding.

Senyum yang semula menghiasi bibir Vanessa, kini menghilang seiring aura kelam yang membuat nyalinya gentar.

"Masuk!" titahnya.

Vanessa masih bergeming di pijakannya, ia bahkan nyaris tak mendengar apa yang diperintahkan Gilbert barusan.

"KUBILANG MASUK!" sentaknya keras.

Vanessa terperanjat kaget. Ia mengerjapkan kelopak mata berulang kali, terkejut bukan main dengan suara bariton yang meneriakinya itu.

Merasa takut pada suaminya, Vanessa memilih patuh. Ia melangkah melewati Gilbert sembari memeluk tubuhnya sendiri. Sedetik kemudian, pintu di belakangnya terbanting keras. Vanessa berjengit, ia melihat Gilbert yang tengah berdiri murka di hadapannya.

"Jadi, ini kelakuanmu selama aku pergi, hah?" tanyanya tanpa berusaha menurunkan intonasi suaranya.

Manik biru kehijauan milik pria itu kini terlihat lebih pekat dari yang Vanessa ingat terakhir kali.

"Aku ...." Vanessa terbungkam, merasa tak berdaya sekadar mengajukan pembelaan.

Vanessa ingin melarikan diri dari sana, namun tak bisa. Ia bahkan sudah kehilangan nyali untuk berkata-kata sejak dirinya masuk ke rumah ini lagi. Alhasil, Vanessa hanya bisa menunduk, menghindari tatapan Gilbert yang menusuk.

Gilbert mencengkeram bahu Vanessa kuat hingga nyaris meremukan tulang belikatnya. Vanessa meringis sakit.

"Tatap aku, Miss Leibert!" perintahnya mencebik.

Vanessa mengangkat wajah, menilik Gilbert dengan skeptis. Ia merasakan tubuhnya gemetaran dan ia tahu itu tidak ada kaitannya dengan suhu udara malam ini. "Gilbert ... sakit," lirihnya.

Namun, Gilbert tak menghiraukan ucapan gadis itu. "Apa kau tak bisa menghormatiku sebagai suamimu?"

"A-aku ... k-kau, kau bilang aku tak bisa memilikimu, a-apa aku tetap menjadi istrimu ... dan a-apa kau suamiku?" sahut Vanessa berantakan. Jantungnya mengentak cepat, tetapi bukan dengan cara yang menyenangkan seperti biasa.

"Persetan! Aku sudah menikahimu! Meskipun aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai istriku, kau harus tetap menghormatiku. Kau milikku, ingat? Kau milikku." Gilbert melepaskan cengkeraman tangannya di bahu gadis itu. "Jangan sekali-kali lagi keluar dari rumah ini tanpa seizinku, mengerti?"

Vanessa belum sempat menjawab ketika Gilbert menarik lengannya. Menggiringnya ke kamar yang sering ditempati gadis itu dan melemparkannya secara kasar. Tubuhnya terempas begitu saja di bawah lantai. Lalu, Gilbert menutup pintu kamar tersebut dan menguncinya dari luar. "Aku akan menghukummu sampai kau paham dengan semua perkataanku tadi."

"Gilbert—"

"Jangan pernah memanggilku seperti itu lagi!" Gilbert menggertakkan giginya, menegah kebencian yang sudah mengerat. "Aku takkan membiarkanmu melakukannya. Kau harus memiliki sopan santun ketika tinggal bersamaku, Nona!"

icon lock

Tunjukkan dukunganmu kepada wrenn, dan lanjutkan membaca cerita ini

oleh wrenn
@griffonner_
Ketika hidup yang Vanessa jalani terlalu sulit, lamaran Gilbert teras...
Beli bab baru cerita atau seluruh cerita. Yang mana pun itu, Koinmu untuk cerita yang kamu sukai dapat mendukung penulis secara finansial.

Cerita ini memiliki 41 bab yang tersisa

Lihat bagaimana Koin mendukung penulis favoritmu seperti @griffonner_.
SURVIVRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang