Hari ini Fauzan dan istrinya kembali dari second honeymoon-nya. Tanpa membuang waktu, Fauzan segera berlari menuju kamar adik bungsunya. Ia tahu kalau adiknya tersebut masih memendam amarah terhadapnya.
"Da..., Nada.. Bukain pintunya, Dek. Abang mau bicara." Fauzan memanggil setengah berteriak sambil mengetuk pintu kamar Nada. Sella, sang istri ikut menyusul Fauzan. Dilihatnya sang suami masih berusaha membujuk adik iparnya untuk membuka pintu.
"Kamu sih, Mas. Udah tahu Nada kalau ngambek susah ngebujuknya. Masih aja kamu suka cari masalah sama dia," tegurnya.
"Jangan bawel dulu deh, Yank. Bantuin aku bujuk Nada dulu ini."
Fauzan masih terus berusaha mengetuk pintu kamar dan meneriakkan nama Nada. Namun tak ada tanda-tanda pintu itu akan dibuka. Bahkan sahutan dari dalam kamar pun tak terdengar.
"Nada ada di dalam kan?" tanya Fauzan setengah frustrasi. Sejujurnya ia masih lelah akibat perjalanan panjang via udara yang baru saja ia tempuh bersama sang istri. Namun bukannya beristirahat nyaman di kasur, Fauzan punya satu tugas penting yang harus diselesaikan hari itu juga. Yaitu membujuk adik bungsunya yang sedang merajuk akibat kesalahan Fauzan sendiri.
"Nada di dalam, Mas. Tadi aku udah nanya ke Bi Anum. Katanya Nada udah di rumah dari jam enam tadi. Mungkin udah tidur, Mas.."
"Nggak mungkin Nada tidur jam segini. Nada biasa tidur malam. Jangan-jangan..."
"Jangan-jangan apa, Mas?" tanya Sella yang khawatir. "Jangan bikin takut, Mas!"
"Aku dobrak aja, ya. Aku takut Nada kenapa-kenapa."
Tanpa menunggu jawaban Sella, Fauzan mendobrak pintu kamar Nada. Dan betapa kagetnya mereka melihat apa yang ia dapati saat pintu berhasil terbuka. Nada yang asyik memangku laptopnya sambil memakai earphone di telinganya.
"Kenapa, Bang? Kok didobrak pintunya?" tanya Nada sambil melepas earphone-nya.
"Astaghfirullah, Da." Fauzan terduduk lemas di lantai. Lega melihat adiknya baik-baik saja, tetapi juga merasa kesal karena sang adik sudah membuatnya berpikir yang aneh-aneh karena tak menjawab panggilannya tadi. "Abang udah ketuk pintu kamar kamu dari tadi. Bahkan sampe Abang gedor, tapi nggak ada sahutan dari dalam. Abang khawatir, takut kamu kenapa-kenapa. Ya terpaksa Abang dobrak pintunya. Eh ternyata kamu malah asyik sama laptopmu itu. Pake earphone pula, pantes kamu nggak dengar Abang gedor-gedor pintu dari tadi."
"Maaf, Bang," sesal Nada. "Tapi aku masih marah lho sama Bang Fauzan." Ia lalu berjalan meletakkan laptopnya ke atas nakas samping tempat tidurnya.
"Abang minta maaf sama kamu, Dek. Abang benar-benar lupa bilang ke sekretaris Abang buat bantuin kamu. Sumpah, Dek, bukan Abang sengaja. Kamu juga sih nggak ngingatin Abang."
"Kok malah aku yang Abang salahkan?" protes Nada tak terima.
"Astaga, Dek. Bukan gitu maksud Abang."
"Ya udah lah, Bang. Nada mau tidur dulu. Ngantuk. Masalah itu ntar aja dibahas kalau Bunda udah pulang."
Orang tua Nada sedang berada di luar negeri, memenuhi undangan dari salah seorang klien kenalan ayah Nada. Perihal mengapa Fauzan harus menyelesaikan masalah dengan sang adik hari ini juga, karena Fauzan takut masalahnya dan Nada sampai ke telinga bunda mereka. Urusannya bakal tambah panjang jika ibunda ratu sampai tahu putranya tak menepati janji. Apalagi karena bantuan ibunya dalam membujuk Nada, ia bisa pergi berdua dengan istrinya.
"Yaah.., Dek. Kok malah nunggu Bunda pulang. Abang pasti kena jewer abis-abisan sama Bunda. Kita bahas sekarang aja ya. Kamu mau maafin Abang kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
With You (New Version)
RomanceLIMA PART TERSISA Nada Fahira Zalfa "Mungkin memang bukan kamu orang yang ditakdirkan untukku. Tapi aku belum bisa melihat dia yang setia mencintaiku.." Arkhan Said Ramadhan "Maafkan kebodohanku yang melepaskan wanita sebaikmu. Hingga aku tak bisa m...