Dalam 37 minggu sebuah kehidupan terbentuk dalam rahim Hyuuga Hinata, yang sekarang lebih tepat untuk dipanggil sebagai Uzumaki Hinata. Ia terduduk melihat kosong kearah jendela, entah apa yang merasukinya tapi sebenarnya ini sudah terlalu larut dan Hinata masih saja terjaga. Ia bilang pada suaminya, Naruto. kalau ia tidak ingin diganggu dan hanya ingin sendirian saja, namun kekhawatiran Naruto tak dapat dibantah. Naruto terus memperhatikan Hinata sembari bersembunyi, mematung dibalik dinding yang memisahkan ruangan antara Naruto dan Hinata."Naruto.." ujar Hinata pelan tapi terdengar.
Naruto terkejut, tapi ia langsung menghampiri Hinata "ada apa?" tanya Naruto, Hinata lalu menarik tangan suaminya gemetar.
"perasaanku tidak enak" ungkap Hinata "aku ingin kau membawaku kerumah sakit malam ini juga" tambahnya.
Naruto hanya mengangguk dan menuntun istrinya untuk berdiri.
"Sebenarnya... hari ini aku sangat takut, aku tidak ingin kau melihatku yang benar benar ketakutan, tapi aku tau, daritadi kau memperhatikanku kan? meski bersekat, aku tau.." ujar Hinata
"Hinata, kau bicara apa? aku tidak mengerti.."
"kau itu memang bodoh ya!!!" Hinata meninggikan suaranya - air matanya hanya diam dipelupuk.
"kenapa kau malah marah?"
"leher rahimnya menipis sampai 10 cm!"
Naruto menatap.
ia lalu memindahkan pandangannya kearah istrinya yang sedikit menangis. Meski tanpa ekspresi, Naruto dengan sigap mengangkat tubuh Hinata, membawanya berlari, kearah rumah sakit, sesampainya dirumah sakit ia masih saja berlari-lari lalu memindahkan istrinya itu pada kursi roda yang dengan sigap juga disiapkan.
~~~
Dalam ruang bersalin yang sepi di malam hari, Hinata duduk, diam menunggu waktu yang benar-benar tepat untuk bersalin.
ia terus bertahan- dan bertahan melawan kontraksi hebat yang mengguncang tubuhnya.
diam dan terus diam, melawan adrenalin yang memacu jantungnya untuk berdetak.
ia tidak berani meluapkan apa yang sedang ia rasakan pada suaminya, ia tidak ingin terlihat lemah-tidak ingin membuat suaminya khawatir.
Namun, perasaan Hinata tidak dapat disembunyikan, meskipun sekecil apapun, Naruto tetap tau apa yang sedang mengguncang istrinya
~~~
Dalam desahan nafasnya, Hinata terus mengerang menahan sakit, mengeluarkan anak pertamanya. Tangannya terus mengepal menggenggam erat, tangan tangan kekar suaminya.
"ahhh...!!" ia berteriak sekeras kerasnya dan benar benar nyaring. Mungkin menurut Hinata itu adalah cara yang paling tepat untuk menghilangkan rasa sakit saat bayinya mencoba keluar. Ia mencoba dan terus mencoba menarik nafas di sela sela desahan nafasnya yang berantakan, keringat dingin terus mengucur membanjiri wajah dan dada Hinata.
Sepersekian detik setelahnya ia merasa aneh, ia melihat seakan akan udara disekitarnya itu tak bening lagi, ia melihat udara disekitarnya bewarna bening kekuningan, rasanya... rasanya seperti didalam mimpi! Lelah dan mulai tidak fokus, atmosfer yang seperti ini membuatnya mengantuk, matanya berat sekali.
Teriakan seperti "jangan tidur Hinata!" "bertahanlah!" "tetaplah terjaga!" "bangun!bangun!", itu semua membuatnya agak jengkel 'aku tidak akan tidur kok! Aku hanya ingin menutup mata sebentar... saja' hatinya berbicara.
Matanya terbuka lalu tertutup, terbuka lalu tertutup lagi, terus berulang seperti itu hingga akhirnya ia merasa nyaman dengan menutup mata, teriakan orang orang disekitarnya terdengar samar, sayup sayup suara itu berkoar. Hinata mendengar, namun tak paham maksudnya.
Sampai ia sadar, bayinya perlu keluar, belum saatnya ia beristirahat.
Dengan sekuat tenaga ia melawan kantuknya dan kembali terjaga, ia kemudian menarik nafas membiarkan dirinya tenang. Sepersekian detik kemudian, ia kembali mengerang mendorong bayinya keluar. Perih... perih.. bahkan mungkin lebih perih dibanding saat melawan Pain waktu itu, kulitmu terasa dikuliti.
2 jam berlalu,Hinata menghembuskan nafas dan suara tangisan yang nyaring pun terdengar. Akhirnya... bayi Hinata sudah lahir, sudut mata Hinata berair. dari pelupuk, air mata itu jatuh melewati tulang pelipis dan berakhir menetes didaun telinga. Akhirnya... waktu yang tepat untuk ber-istirahat.
Seorang perawat membawa bayi Hinata kepadanya. Ah..bukan!bukan perawat! Itu... Sakura!~.
Hinata tersenyum dan menjulur julurkan tangannya.
Bayi itu lalu disimpan Sakura disamping Hinata, Hinata memiringkan badannya menatap bayi itu lalu memeluknya. Ia melihat bayinya menangis dan iapun ikut menangis, tiba tiba tangan Naruto menyeka airmata Hinata. Namun pandangan Hinata tetap tertuju pada bayinya "akhirnya kita bisa bertemu juga yah!" ujar Hinata pada bayinya. Namun bayinya tetap menangis "kenapa nak? Kenapa kau menangis? Kau seperti yang sudah tau kalau kehidupan itu akan sangat menyakitkan.. kau seakan akan sudah tau semua yang ada dibumi ini sehingga kau menangis nak... tapi tidak! Jangan menangis sayang... kau sesungguhnya belum tau, kau belum tau apa apa sama sekali.. jangan suka sok tau seperti ayahmu yang cerewet itu sayang... nanti kau akan mempunyai teman teman dan ibu juga ayah yang sangat menyayagimu, jadi jangan tampakan tangisan yang membuat ibumu terpukul" untaian kata kata yang begitu lembut itu keluar dari bibir Hinata yang benar benar melemah, air matanya tak berhenti menangis, ia terus menciumi anaknya yang baru saja lahir. Tiba tiba tangan tangan kekar Naruto mengangkat dan menggendong bayinya lembut "kau mau bawa kemana bayiku?" tanya Hinata.
Naruto tersenyum hangat "tidak kemana mana kok! Bayi kita masih terlalu renta, biarkan para perawat duu yang mengurusinya" jawab Naruto
"tapi.."
"Hinata.. kau sudah terlalu lama terjaga, jadi kau harus tidur dulu, bayimu menangis karna ia kasihan melihatmu kelelahan"
"benarkah?"
"iya, makannya kau harus tidur supaya kala nanti waktunya kau akan menetek bayi ini, bayi ini tidak menangis lagi karna dia tau kalau kau sudah benar benar kembali kuat"
"begitukah?"
"iya..!"
Hinata tertawa.. dan Naruto pergi membawa anaknya sambil tersenyum akan kepolosan istrinya itu.
~~~
Saat Naruto kembali ia melihat istrinya yang tengah terlelap, ia menghampiri istrinya itu lalu mengusap pipi Hinata lembut, dan secara tiba tiba Hinata menarik tangan Naruto, hingga tubuh Naruto condong kearah Hinata, saat wajah Hinata dan Naruto berdekatan Hinata langsung memeluk dan mencium bibir Naruto, setelahnya ia menangis dan sampai tertidur dalam pelukan Naruto.
-end
KAMU SEDANG MEMBACA
beautiful mommy
Short Storyone shoot story # 19 himawari # 362 oneshoot dari 2.7K cerita # 961 story # 82 ending # 388 hinata # 945 angst # 84 boruto # 390 naruhina # 422 bad # 70 konoha # 920 marriage # 699 wedding