Distrik 6 – 06.30 am 19/10/2221
Aku terbangun dan merasakan udara dingin menyengat kulitku. Saat ini masih pertengahan Oktober, tapi rasanya seperti sudah bulan Desember. Aku mendudukkan diriku dengan malas dan menatap kalendar yang tergantung di dinding kusam kamar tidurku. Dalam keremangan cahaya, aku berusaha melihat tanggal yang tertera. Tanggal 19 September. Hari ini adalah Hari Pemungutan. Dan aku menghela nafasku keras-keras sampai adik perempuanku satu-satunya, Baekhyun, terbangun. Ia menggeliat dan menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya.
"Selamat pagi, Joonmyun!" katanya sambil tersenyum cerah seolah hari ini adalah hari yang sama seperti hari biasa.
"Pagi adikku, Baekhyun" balasku sambil ikut tersenyum.
Namun tentu saja dia langsung tahu bahwa aku hanya berusaha tersenyum. Baekhyun bangkit dari posisi tidurnya dan memelukku erat dari samping sambil mengelus punggungku.
"Tenang saja, semua akan baik-baik saja. Aku percaya nasib baik ada di tangan kita" katanya berusaha menguatkan hatiku.
Aku hanya membalas perkataanya dengan mengelus tangannya yang memelukku. Bagaimana aku tidak resah, tahun ini Baekhyun sudah mendaftar untuk Hari Pemungutan. Itu artinya hari ini akan ada kertas berisi namanya diantara kertas-kertas sialan itu.
Hari Pemungutan adalah hari dimana nama anak-anak yang berusia 12 sampai 17 tahun akan diundi dan dipilih untuk bermain dalam permainan yang dibuat oleh SM, Hunger Games. SM adalah nama pemerintahan yang menaungi distrik-distrik kami yang terdiri dari 6 distrik. Setiap distrik hidup saling terpisah dan satu-satunya akses untuk dapat bepergian antar distrik adalah dengan naik kereta api yang tiketnya sangat mahal.
Tidak ada penduduk yang kaya di distrik. Yang hidup bermewah-mewah hanyalah penduduk SM. Kami, penduduk distrik, harus mematuhi setiap peraturan yang diberikan oleh SM dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan penduduk SM. Termasuk menjadi penghibur penduduk SM dengan cara mengikuti ajang Hunger Games.
Hunger Games diadakan setiap tahun. Permainan ini dibentuk 59 tahun yang lalu, SM mengatakannya sebagai pengenang tragedi pemberontakan yang terjadi 59 tahun silam sekaligus sebagai peringatan bagi para penduduk distrik agar tidak mencoba-coba lagi untuk memulai pemberontakan.
Baekhyun sudah melepas pelukannya padaku dan sedang bermain dengan kucing kesayangannnya, Creamy. Baekhyun menamakannya demikian karena kucingnya berwarna putih seperti krim yang ada di kue dalam pernikahan. Aku tak terlalu suka hewan yang pemalas itu. Aku lebih memilih menghabiskan waktuku dengan berburu di hutan. Menghabiskan waktu berjam-jam memanah hewan buruan sebanyak-banyaknya membawa kepuasaan tersendiri untukku. Bergegas aku menyambar busur dan panahku yang tergantung di dekat pintu dan memasang sepatu boot.
"Aku akan kembali dengan kalkun gemuk untuk makan malam kita, aku janji hanya berburu sampai jam 9" kataku cepat-cepat pada Baekhyun.
"Ne, akan aku sampaikan pada eomma" sahutnya sambil mengelus Creamy.
Aku bergegas keluar rumah dan berjalan lurus ke arah hutan yang terletak di belakang rumahku. Rumahku berada di pinggir distrik 6, dekat dengan Hutan Terlarang. Hutan Terlarang secara hukum merupakan kawasan yang dilarang untuk dimasuki oleh penduduk. Ada pagar besi tinggi yang memisahkan antara pemukiman penduduk dengan area hutan. Terkadang pagar itu dialiri oleh listrik, namun itu sangat jarang terjadi. Mungkin para Penjaga Perdamaian, sebutan untuk penjaga keamanan disini, merasa bahwa memasang listrik disini hanya menghabis-habiskan uang.
Aku merangkak memasuki celah yang biasa aku lewati untuk berburu. Kudorong busur dan anak panahku lebih dulu melewati celah pagar, lalu aku merangkak memasukinya. Setelah berhasil melalui celah pagar, kukibaskan debu dari tanah kering yang menempel di baju dan celanaku, dan berjalan semakin jauh ke dalam hutan.
Setelah berjalan selama 15 menit, aku tiba di dekat aliran sungai yang biasa kujadikan tempat beristirahat dan membersihkan hasil buruanku. Kutatap sekeliling mencari keberadaan teman favoritku, Chanyeol, namun nihil. Lalu kuputuskan untuk beristirahat dan duduk di atas sebuah batu besar ber-permukaan datar yang sering kududuki.
Tiba-tiba sepasang telapak tangan lebar menutup kedua mataku dari arah belakang. Tercium aroma maskulin dari pemilik tangan tersebut.
"Kau terlambat, Chanyeol" kataku sambil menurunkan tangannya dari mataku.
"Hahaha, kau selalu tak pernah terkejut" katanya sambil tertawa.
Park Chanyeol, pemuda berusia 15 tahun namun memiliki postur tubuh yang tinggi menjulang, dada yang bidang dan menjalani hidup yang pahit yang membuatnya terlihat 3 tahun lebih tua dari usia sebenarnya. Tapi ia tetap terlihat tampan untuk ukuran penduduk distrik. Kurasa ia lebih cocok tinggal di SM.
Kami bertemu lima tahun yang lalu, saat aku masih merupakan gadis polos berusia sebelas tahun yang berusaha mencari sumber makanan di hutan. Aku tidak pandai berteman namun entah bagaimana awalnya aku lupa, saat ini kami sudah menjadi teman sekaligus partner berburu yang tidak terpisahkan.
"Aku berburu di sebelah barat sejak tadi, kau yang terlambat"
Ia mengangkat dua ekor kalkun liar yang sudah dikuliti dan sekaleng besar kerang darat yang ia temukan di sungai. Aku memandang iri pada hasil buruannya. Ia mengerti arti tatapanku dan terkekeh kecil.
"Hei, jangan berwajah muram begitu. Kalkun ini memang sengaja Kukuliti untukmu, anggap saja sebagai penangkal ketidak beruntungan kita di Hari Pemungutan"
Chanyeol menyerahkan salah satu kalkun liar yang sudah dikuliti padaku. Kubayangkan makan malam nanti akan tersedia kalkun panggang di meja makan.
"Lalu, kerangnya?" tanyaku menatap lapar pada isi kaleng yang dibawa Chanyeol.
"Tentu saja sarapan kita!" Chanyeol menunjukkan senyum lima jarinya yang sangat jarang ia keluarkan.
Aku memekik kegirangan, lalu kami duduk di batu berpermukaan datar yang tadi kududuki. Chanyeol mengeluarkan ranting-ranting pohon yang ia simpan di tas berburunya dan membuat api untuk merebus kerang. Aku mengisi kaleng yang Chanyeol bawa dengan air dari sungai yang sedingin es. Kami duduk berhimpitan di batu sementara menunggu kerang matang. Kugosokkan kedua telapak tanganku keras-keras, berharap gerakkanku dapat menghangatkan kedua telapak tanganku. Kurasakan Chanyeol juga melakukan gerakan yang sama di sampingku, tapi tiba-tiba kedua telapak tangan lebarnya menangkup kedua pipiku, mengalirkan kehangatan ke pipi dan wajahku. Pasti wajahku memerah saat ini. Ia terkekeh melihat ekspresiku.
"Hahahaha.." nah kan, tawanya meledak.
"Tanganmu bau amis" kataku ketus berusaha menutupi kegugupanku.
Tawa Chanyeol malah semakin kencang. Aku hanya mendengus sebal sambil mengaduk rebusan kerang darat di dalam kaleng dengan patahan ranting pohon. Air di dalam rebusan sudah mendidih. Dengan bantuan Chanyeol, kami berdua membuang air rebusan dan menyisakan kerang darat yang sudah terbuka dan mengepul mengeluarkan uap.
"Selamat makan!" kata Chanyeol riang sambil meniup-niup kerangnya.
Aku juga melakukan hal yang sama, meniup-niup cangkang kerang di tanganku sebelum mengorek isinya keluar dengan jariku. Kukunyah daging kerang yang lembut, rasa manis dan gurih langsung menyapa lidahku.
"Enak.." aku berkata, lebih kepada diriku sendiri.
Kulahap banyak-banyak kerang itu, sesaat aku lupa ini adalah tangkapan Chanyeol. Tapi Chanyeol hanya tersenyum melihat kelakuanku. Tiba-tiba ia mengatakan sesuatu yang membuatku nyaris mati tersedak.
"Menikahlah denganku, Myun. Lalu kita kabur dari sini"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hunger Games: remake EXO version
FanfictionThe Hunger Games: remake EXO vers Casts : Kim Joonmyun GS as Katniss (16) Wu Yi Fan as Peeta (16) Park Chanyeol as Gale (15) Kim Baekhyun GS as Prim (12) and other artists Genre : Romance, Action, Sci-fi, Family Rate : T Summary : Antara cinta dan...