"Eomma menyayangimu, Myun. Juga adikmu. Kau tidak sendirian menghadapi kehidupan ini"
Aku menghindari tatapan matanya. Sekuat tenaga kutahan air mata yang siap meluncur kapan saja dari mataku. Aku tahu aku lemah, aku menyayangi Ibuku, tapi rasa kesal, marah, kecewa karena sikapnya dulu yang seolah-olah ingin meninggalkan kami dan hanya berduka dengan dirinya sendiri membuat rasa sayangku kalah dengan rasa marahku.
"Sudahlah Eomma, ini bukan saat yang tepat untuk membahas hal seperti itu"
Aku meninggalkan Ibuku yang memandangku dengan tatapan terluka. Kugandeng lengan Baekhyun dan kami bergegas menyusul anak-anak lain berjalan menuju alun-alun di depan gedung Walikota Distrik 6. Telapak tangan Baekhyun terasa basah karena gugup. Ia menggigiti bibirnya sendiri menahan kegugupannya. Aku sendiri juga melangkah dengan pelan seolah ada beban 100kg yang kupanggul di bahuku.
Setibanya di gedung Walikota, alun-alun sudah penuh oleh anak-anak Distrik 6. Kami digiring oleh para Penjaga Perdamaian untuk berbaris sesuai dengan kelompok umur kami. Tanganku terpaksa melepaskan genggaman pada Baekhyun. Aku berbaris di kelompok anak-anak berusia 16 tahun, di sebelah kananku kelompok anak-anak berusia 15 tahun. Kucari-cari keberadaan Chanyeol dan ternyata ia juga sedang mencuri pandang menoleh ke arah barisanku. Kami saling menganggukan kepala dan memandang lurus ke depan setelahnya.
Di depan gedung Walikota sudah didirikan panggung kecil yang dilapisi karpet merah. Kurasa karpet tersebut sudah dipakai sebanyak 59 kali, sejumlah dengan Hunger Games yang sudah diselenggarakan. Walikota, Mr. Choi, duduk di kursi kayu biasa dan memakai kemeja kotak-kotak yang biasa ia gunakan saat sedang bertugas di kantornya. Sepertinya menjadi walikota di Distrik 6 tidak membuatnya kaya. Dan di sebelahnya, Sunny, wanita berusia 30 tahunan dari SM yang bertugas membacakan nama-nama peserta dari Distrik 6, duduk dengan potongan rambutnya yang selalu berganti setiap tahun. Untunglah tahun ini tidak seheboh biasanya, rambutnya di potong ala bob seleher dengan warna kuning mengkilat, mungkin ia ingin menyesuaikan rambutnya dengan namanya.
Sunny berdiri dari duduknya dan melangkah menuju mic yang sudah didirikan di bagian tengah panggung. Aku berkali-kali mengucap dalam hati "Jangan Baekhyun, Jangan Baekhyun, Jangan Baekhyun". Aku menatap sekitar dengan cemas mencari-cari keberadaan Baekhyun, namun tinggi anak-anak lain membatasi penglihatanku. Akhirnya aku pasrah dan kembali menatap ke depan.
Setelah membacakan sejarah SM dan Distrik yang menghabiskan waktu 15 menit dan membacakan pasal-pasal tentang kebijakan Hunger Games yang menurutku tidak ada bijaknya sama sekali, dua buah kotak kaca besar berukuran 1 x 2 meter dinaikkan ke atas panggung ke dekat Sunny.
"Seperti biasa, ladies first!" ucap Sunny dengan suaranya yang memuakkan.
Tanpa sadar aku menggigit bagian dalam bibirku sendiri menahan gugup. Tangan Sunny masuk ke dalam kotak kaca nama anak perempuan, mengaduk-aduk isinya sebentar dan menarik sebuah gulungan. Dibukanya kertas itu dan ia membacakan nama yang tertulis keras-keras,
"Kim Baekhyun!"
Langit serasa runtuh di atasku. Aku panik. Aku lari keluar barisanku, berlari ke arah barisan Baekhyun. Tapi terlambat, dua orang Penjaga Perdamaian sudah menggiring Baekhyun berjalan ke arah panggung. Aku lari, aku harus mengejarnya!
"Baekhyun!!!"
"Baekhyun!!!"
Aku lari mendahului Baekhyun dan para Penjaga Perdamaian sialan itu, aku menaiki tangga panggung dan berteriak lantang pada Sunny.
"Aku mengajukan diri!"
Aku yakin seluruh pandangan sedang terpusat padaku. Wajahku yang memerah menahan tangis, kemarahan dan keputusasaan. Nafasku terengah-engah menahan emosiku.
"Wah, akhirnya ada yang mengajukan diri dari Distrik 6! Siapa namamu manis?" suara Sunny yang seperti tikus terjepit membuatku ingin menutup telinga rapat-rapat.
"Kim Joonmyun" jawabku singkat.
"Ah, yang tadi itu adikmu ya? Baiklah beri tepuk tangan untuk gadis pemberani kita!" kata Sunny ke arah penduduk Distrik 6.
Hanya keheningan yang menyambutnya, penduduk Distrik 6 tidak ada yang berselera untuk memberikan tepuk tangan. Wajah-wajah mereka seolah mengasihani diriku dan memang aku menyadari nyawaku mungkin hanya akan tinggal hitungan hari. Akhirnya Sunny yang tidak mendapatkan respon, beralih memasukkan tangannya ke kotak kaca nama anak laki-laki.
"Wu Yi Fan!"
Seorang anak laki-laki digiring naik ke atas panggung dan diarahkan untuk berdiri di sebelahku. Kutatap wajahnya sekilas, Wu Yi Fan. Teman sekelasku yang orang tuanya memiliki toko ayam goreng. Pikiranku melayang pada ingatan lima tahun yang lalu.
Saat itu aku nyaris mati kelaparan, aku berjalan dengan tidak bersemangat ke sekolah. Kemarin aku hanya makan beberapa butir kentang rebus yang hampir busuk saat pagi hari berdua dengan Baekhyun dan belum makan lagi sejak saat itu. Saat itu Baekhyun belum bersekolah.
Bel tanda istirahat berbunyi, anak-anak mengeluarkan kotak bekal mereka dan memakannya dengan duduk di luar kelas. Anak-anak yang orangtuanya memiliki toko biasanya membawa bekal makanan sisa dagangan orangtua mereka, sedangkan yang bukan pedagang membawa nasi dengan sedikit lauk ataupun ada yang hanya membawa rebusan umbi-umbian.
Aku yang memang tidak biasa bergaul dengan anak-anak lain hanya duduk di sudut dan menatap mereka makan. Karena sudah tidak kuat dengan rasa lapar, aku menyembunyikan wajahku diantara kedua kakiku yang kutekuk. Kuusahakan untuk memejamkan mata dan tidur. Tapi kudengar suara langkah kaki mendekat kearahku dan duduk disebelahku. Kuangkat wajahku dan anak laki-laki itu menaruh sebuah kotak makan di pahaku.
"Makanlah" hanya itu yang ia katakan sebelum ia sendiri memakan bekalnya.
Aku membuka kotaknya dan sangat kaget melihat isinya nasi, ayam goreng dan acar timun. Kurasa mataku berbinar saat itu dan langsung melahapnya tanpa mengucapkan terima kasih. Saat sadar, Yifan sudah tidak ada di sebelahku. Aku menyisakan setengah porsi makanan itu untuk Baekhyun dan tak sabar menunggu bel pulang.
Keesokkan harinya, aku ingin mengucapkan terimakasih pada Yifan. Tapi rasanya lidahku kelu setiap bertemu dengannya, lagipula ia selalu duduk berkerumun dengan teman-temannya. Namun, sejak saat itu, di kolong mejaku selalu ada kotak bekal yang berisi sama. Dan aku yakin itu dari Yifan. Aku selalu membawanya pulang dan memberikan setengahnya untuk Baekhyun, kuletakkan kotak yang sudah kucuci di kolong mejaku keesokkan harinya dan menukarnya dengan kotak yang baru. Begitu setiap hari sampai ibuku normal lagi dan membawakan bekal untukku ke sekolah seperti biasa, Yifan tidak membawakanku bekal lagi.
Seusai upacara pemungutan, kami digiring oleh tiga orang Penjaga Perdamaian menuju ruang tamu gedung Walikota. Kami akan diberikan kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal pada keluarga kami untuk terakhir kalinya. Aku dan Yifan diberikan ruang terpisah untuk bertemu keluarga. Aku duduk di sebuah sofa berwarna coklat dan menyusun kata-kata apa yang akan aku katakan pada Baekhyun dan Ibuku. Pintu menguak terbuka, Baekhyun dan Ibuku masuk.
Baekhyun segera berlari memelukku, Ibuku pun memelukku juga. Mereka berdua menangis, akupun ingin ikut menangis, tapi aku harus kuat untuk mereka. Ibuku mengelus punggungku dan Baekhyun menangis sesenggukkan. Waktu kami tak banyak, aku hanya punya waktu lima menit tiap kunjungan. Ku tarik diriku untuk melepaskan diri dari pelukkan mereka. Kutatap wajah mereka lekat-lekat.
"Dengarkan aku Baekhyun, kau tidak boleh nakal dan berusahalah menjual hasil kebun kita untuk dijual pada pemilik toko roti. Eomma, kau harus sadar! Jangan biarkan Baekhyun sendirian! Karena tidak ada aku untuk merawat kalian nanti"
Tanpa sadar aku berkata dengan nada keras pada Ibuku. Aku tahu itu tidak boleh, tapi aku tak ingin Eomma menelantarkan Baekhyun saat aku tak ada. Tak terasa waktu lima menitku habis dan Penjaga Perdamaian menarik adik dan Ibuku keluar. Aku duduk terdiam lagi di sofa, siapa yang akan mengunjungiku selanjutnya, dan ternyata Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hunger Games: remake EXO version
FanfictionThe Hunger Games: remake EXO vers Casts : Kim Joonmyun GS as Katniss (16) Wu Yi Fan as Peeta (16) Park Chanyeol as Gale (15) Kim Baekhyun GS as Prim (12) and other artists Genre : Romance, Action, Sci-fi, Family Rate : T Summary : Antara cinta dan...