[1] Tristha si Pembunuh

16.7K 797 33
                                    

"Eh itu yang namanya Trishta?"

"Bukankah dia yang membunuh kedua orang tuanya?"

"Aku tidak percaya gadis cantik dan polos seperti dia adalah seorang pembunuh."

"Tega sekali dia membunuh kedua orang tuanya dan menjual organ tubuh mereka."

"Kita harus hati-hati, jangan menilai dari penampilan, mungkin saja orang tersebut adalah iblis yang terperangkap dalam tubuh malaikat seperti gadis cantik itu!"

Begitulah hujatan yang diberikan kepada gadis tinggi namun kurus ditambah berambut panjang bernama Tristha yang tengah berjalan menuju kantin kampusnya sambil membawa kue basah yang biasa dititipnya di kantin kampus.

"Bu, ini kue basahnya. Tristha titip ya!" Ucap Tristha pada ibu kantin.

"Iya neng. Ini uang hasil jualan kue yang kemarin!" Jawab ibu kantin tersebut sambil memberikan beberapa lembar uang dua puluh ribu kepada Tristha.

"Terimakasih, Bu." Balas Tristha kemudian pergi dari kantin menuju ruang kuliahnya.

Tristha Radinka Valerie adalah seorang mahasiswi semester 8 jurusan perguruan kimia di universitas yang ada di dekat rumahnya. Ia termasuk salah satu siswa jenius dan penerima beasiswa penuh selama berkuliah dikampusnya.

Dengan langkah pelan namun pasti, Tristha berjalan menuju kursi yang kosong dikelasnya. Berbagai macam respon diberikan oleh mahasiswa dan mahasiswi jurusan perguruan kimia tersebut. Ada yang menjauh, memberi jalan, menatap takut, meremehkan, benci, sinis, bahkan mencemooh secara langsung.

"Eh itu si pembunuh kenapa masih saja betah kuliah disini?"

"kenapa juga kampus menerima dan bahkan memberikan beasiswa penuh kepada seorang pembunuh seperti dia?"

"Iya, lebih baik beasiswa itu diberikan kepada aku yang notabene-nya senat mahasiswa yang berjasa untuk kampus ini."

"Hei pembunuh! pergilah ke neraka! seharusnya kau sekarang membusuk di penjara, tapi kenapa kau masih saja berkeliaran bebas?"

Berbagai kata-kata menyakitkan hati tersebut kembali didengar Tristha. Ia tetap berjalan menuju kursi kosong yang ada di belakang dan berusaha tidak peduli dengan perkataan teman-temannya.Namun, semakin ia mencoba untuk tidak peduli maka semakin sakit batinnya.

Jika saja bukan karena wasiat ibunya dan jika saja ia bukan orang yang bertanggung jawab, maka pasti sekarang ia sudah tenang di alam sana bersama orang tuanya.

Say You Love Me TooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang