●○ Tujuh ○●

4.4K 442 13
                                    


"Gaeul masuk rumah sakit sejak 2 hari lalu?"

"Apa ini semua karena aku? Karena dia menungguku terlalu lama?"

Jungkook bergumam, kepalanya terus saja mengingatkan dirinya tentang Gaeul.
Namja ini, benar-benar merasa bersalah pada gadis itu. Seandainya saat ini dia bisa berjalan dengan baik, mungkin akan dilakukannya untuk melangkahkan sepasang kakinya menuju kamar rawat Gaeul.

Namun, semua hanya dapat di'andai'kan saja. karena saat ini, Jungkook masih harus dirawat intensif. Sedikit perkembangan pada dirinya itu sangat berarti bagi para medis yang menangani penyakitnya. Saat ini Jungkook tidak dalam kondisi yang sangat lemah, ataupun sangat baik. kondisi tubuhnya biasa saja. Tetapi, kondisi jantung dalam tubuhnya bisa saja tidak stabil secara tiba-tiba. Seperti 2 hari lalu, hingga akhirnya Jungkook di ruang rawat rumah sakit ini.

"Jungkook-ssi?" panggil seorang perawat

"Ya?"

"Waktunya meminum obatmu" perawat itu tersenyum ramah, ditangannya terdapat nampan yang diatasnya ada 3 macam jenis obat dan segelas air putih.

Jungkook mengambil obatnya, lalu meminumnya. Setelah itu, ia membuka mulutnya. Memberitahukan kepada perawat kalau obatnya sudah benar-benar dia telan.

*

Sekali lagi, Gaeul meneteskan air matanya. Setelah mendengarkan penjelasan dari Nyonya Jeon tentang kondisi Jungkook yang tidak stabil dan dalam 3 hari kedepan adalah penentuan untuk Jeon Jungkook. Pasalnya, Jantung dalam tubuh Jungkook sudah tidak dapat berfungsi dengan baik. itu prediksi dari dokter yang menangani Jungkook.

Sekali lagi, hati Gaeul terasa begitu sesak. Ini bahkan lebih sesak dari yang dirasakannya saat pertama kali ia mengetahui Jungkook memiliki penyakit kelainan jantung.

"Dan sampai detik ini, kami ataupun pihak rumah sakit belum mendapatkan pendonor jantung untuk Jungkook" lanjut Nyonya Jeon, setelah membuang napas panjangnya

Gaeul menutup mulutnya, tangisannya semakin terisak. Nyonya Jeon tahu hal itu pasti menyakitkan untuk Gaeul. Bukan hanya untuk gadis itu, Nyonya Jeon selaku ibunya lebih merasakan perih dari pada Gaeul. Nyonya Jeon merengkuh Gaeul ke dalam pelukannya. Dia juga tak ingin jika karena hal ini, kondisi Gaeul semakin memburuk.

"Bibi... aku mencintai Jungkook bi, aku sangat mencintainya" Ucap Gaeul di sela-sela tangisnya yang begitu terisak. Entah apa yang ada dipikirannya, namun kata-kata itulah yang keluar dari bibirnya.

Nyonya Jeon mengelus punggung Gaeul, mencium puncak kepala gadis itu. Berharap gadis yang begitu ramah itu dapat dengan ikhlas menerima semua hal yang terjadi pada Jungkook.
.
.
.

Dua Hari Kemudian...

Nyonya Jeon sedang menunggu putranya, tangannya menggenggam tangan Jungkook yang tengah tertidur lelap. Derit pintu ruangan menyapu gendang telinga wanita paruh baya ini. Nyonya Jeon mengalihkan wajahnya kearah pintu, dilihatnya dokter yang menangani Jungkook.

"Selamat siang Nyonya Jeon" sapa dokter itu dengan ramah

"Selamat siang dok, apa kau ke sini untuk memeriksa kondisinya" Nyonya Jeon menatap sendu kepada Jungkook

Dokter itu tersenyum tipis,

"Aku memiliki kabar baik untukmu, bisa kau ikut denganku ke ruang kerja ku?" ucap dokter itu

.

"Kami sudah menemukan pendonor jantung yang cocok untuk putramu" ucap dokter itu

"Benarkah?" mata Nyonya Jeon berbinar

"Siapa orangnya dok? Siapa orang yang rela memberikan kehidupannya untuk anakku? Aku ingin menemuinya dan berterimakasih padanya" Kata Nyonya Jeon dengan begitu gembira

Hug Me Just One Time [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang