"Hidung gw kurang mancung. Muka gw terlalu bulet. Senyum gw udah bagus belum sih?" Gumam gw depan cermin.
Sekarang, gw lagi eksperimen sama muka gw. Mata gw disipitin, pipi ditarik-tarik, senyum selebar mungkin, untuk mencari momen imut yang akan muncul di cermin.
Iya sih sakit, iya sih perjuangannya berat, tapi itulah cara gw mencari kepercayaan diri. Kalo gw belum bisa menemukan momen imut, gw gak akan berani keluar rumah dengan alasan apapun, apalagi kalo mau sekolah.
"GIANNA AYO TURUN CEPETAN UDAH JAM BERAPA INI MAU SEKOLAH KAPAN SIH!?" Teriak mama gw yang bunyinya udah kayak terompet sangkakala.
"Ya mam, bentar lagi, lagi nyari kaos kaki." Karena saking takutnya kiamat akan datang gw beranjak dari tempat gw berdiri, ngambil tas, ngambil payung, ngambil segala macem, taruh pulpen di kantung dan turun ke lantai bawah menginjak setiap anak tangga yang ada.
Bahaya kalo kelewat satu anak tangga aja bisa menimbulkan serangan jantung kecil, kanker kandungan, gangguan paru-paru, dll.
○○○○○
Setelah melewati perjalanan kecil di atas tanah bumi yang luas ini menggunakan benda berjalan yang memiliki dua kaki yang berputar, gw sekarang berada di depan gerbang sekolah.
Gw kecup tangan sang pengendara yaitu mama gw dan dia membayar gw dengan beberapa lembar kertas bergambar wajah dengan tulisan dan angka.
Kok supirnya yang bayar? Iya, ia membayar gw biar gw bisa membeli tenaga untuk digunakan gw agar bisa belajar giat dengan harapan supaya kelak di masa depan gw bisa mengembalikan lembaran-lembaran kertas itu kepada orang yang telah menjadi pengendara gw selama ini. Kalo nggak ngerti, lembaran-lembaran kertas itu disebutnya 'uang jajan'.
Dan inilah saatnya gw melangkahkan kedua kaki gw melewati pembatas antara dunia luar dan dunia pendidikan, gerbang sekolah.
Tap tap tap tap tap
"Pagi." Ucap gw memasuki ruang kelas yang hening dengan suara yang hampir tidak terdengar.
Di kelas cuma baru beberapa yang masuk, dan yang merasakan kehadiran gw cuma beberapa dan mereka cuma sekedar nengok ke pintu kelas.
'Yah kawan-kawan gw belum dateng' Batin gw. Gw jelajahi tas gw dengan satu tangan, dan mendapat harta karun berupa kertas yang berjudul PR MATEMATIKA.
'Sambil nunggu kerjain deuh, banyak soal yang masih suci nih' Lalu mengambil pulpen dari kantung.
Lalu gw merasakan ada sosok orang yang baru saja memasuki kelas. Samantha.
'Dia udah ngerjain matematika belum ya? Pengen liat'. Batin gw. Tadi ny gw pengen manggil dia, tapi ngeliat mukanya yang nggak berekspresi gw jadi gak berani.
Samantha menghampiri kursinya sembari meletakkan tas nya. Dan berjalan menghampiri gw.
"Lo udah belum." Itu kalimat pertama yang keluar dari sepasang bibirnya yang datar. Sebenarnya itu kalimat pertanyaan, tapi nadanya hampir kayak ngomong biasa.
"Apanya yang udah?" Gw jawab.
"Matematika."
"Ada yang udah ada yang belum. Udah belum? Boleh liat ga?"
Dia pergi meninggalkan gw ke tempat tas nya berada. Menjelajahi tasnya dengan dua tangan, dan mengambil PR Matematika nya. Lalu dia kembali menaruhnya di meja gw. "Liat sebentar ya, nggak lama kok."
Dibalas dengan anggukan pelan
"Liat nggak Lindsay kemana?" Tanya Samantha memulai percakapan. "Belum masuk kali?" Jawab gw tanpa melihat mukanya.
"Tas nya udah ada tuh."
"Berarti udah masuk dong."
"Tapi dia dimana?"
"Nggak tau. Biasanya kemana?"
"Kemaren malem gw ditolak ama kakak kelas lu tehh."
Curcol nih? Batin gw. Gw lagi males ngedengerin curhat orang sekarang, nggak tau kenapa ngga mau ngapa-ngapain aja.
"Ohh gitu."
"Kemaren pas sore gw invite bbm nya. Malem nya baru di acc. Terus gw chat sebentar ama dia. Gw tanyain, jomblo kak? Ya. Ada yang disuka? Belum. Kalo sama aku mau nggak kak ;) ? Langsung di dc gw."
"Buru-buru amat nembaknya."
"Lu pernah nembak cowo?"
"Nggak. Kalo ditembak sih iya."
"Masa sih?"
"Iya."
"Masa?
"IYA!!" Bentak gw nggak sengaja mencoret PR Matematika.
"Lu terima?"
"Cuma dua."
"Emang lu ditembak berapa kali?"
"Entah, lebih dari dua pokoknya, 4-5 kali."
"Lu sendiri ga pernah sama sekali?"
"Nggak."
"Gianna, ada banyak cowok yang nyatain perasaan sama lu, tapi lu nggak nyatain perasaan ke siapa-siapa gitu? Emang lu nggak suka sama siapa-siapa? Emang lu nggak suka sama cowok?"
"Ck, apaan sih."
Itulah akhir dari part satu.
Sampai jumpa di part kedua.
Kiss bye :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Bæless
Teen FictionSi G yang masih belia ini mengaku masih berstatus jomblo dan belum mempunyai REAL LOVE STORY yang sudah dimiliki teman-teman yang satu sekolah dengannya. Karena ini, dia pernah disebut Lesbian oleh teman-temannya, padahal mereka tidak tahu bagaimana...