PUTRI KELABU 2 -epilog-

2.3K 114 12
                                    

Vero menatap kesal pada pemuda di hadapannya yang dengan bodohnya menumpahkan segelas sampanye. pemuda itu sedikit gelagapan di bawah pandangan adik atasannya. Vero memutar bola matanya kemudian meraih tisu di dalam tasnya. Dengan cekatan ia membersihkan noda sampanye itu. wajah cantiknya masih mengeras.

Luna tersenyum manis menatap sosok cantik di hadapannya.

“Ibu pelinya cantik ya bunda…” bisik Rachel dalam gendongan Fabian. Luna tersenyum dan mengangguk mantap. Ia memang selalu menjadi gadis tercantik di matanya.

Keysa melongo menatap paparazzi yang berkerumun di depan hotel itu. astaga, kalau bos sampai tau… desisnya ngeri, namun kemudian senyumannya mengembang ketika melihat atasannya itu tersenyum lebar dengan buket di tangannya. Ternyata pria itu yang membuatnya murung selama ini? well, itu memang wajar. Ketampanan dan karismatiknya tentu mampu membuat gadis sedingin Valerinapun menangis. Tapi bagaimana dengan dokter tampan itu??

“Apa acaranya masih lama?’ Tanya Raka ditelinganya. Gadis cantik di sampingnya memutar bola matanya kesal. Acaranya baru saja di mulai dan pria ini sudah ingin pergi?? Yang benar saja??! Desis gadis bergaun cantik itu kesal.

***

Aku tersenyum manis menatap seluruh mata yang berbinar di ruangan ini. Aroma mawar dan lily menyeruak memenuhi udara. Aku tidak bisa menahan air mataku, namun ini adalah hariku. Mereka sudah seharusnya melihat senyumanku bukan tangisku.

Aku menatap orang-orang terkasihku penuh haru. Kakek, tante dan om Arya, -yang kini sudah resmi ku panggil mom dan dad-, bibi Mariana, paman Harry, Lily, Vero dan… Ben?? Aku memberikan tatapan nakal pada adik iparku yang begitu cantik dengan balutan gaun rancangannya sendiri.

Luna berjalan mendekatiku. Senyumannya begitu indah. Ia memelukku erat kemudian memeluk Raka. “Jaga dia selalu,” bisiknya sungguh-sungguh. Aku masih tidak mengerti, namun entah bagaimana aku bisa melihat tatapan tulus Luna. Selama ini aku selalu berpikir mengapa aku tidak bisa merelakan Raka untuk Luna seperti ia merelakan Raka untukku, dan Kirana selalu mengatakan bahwa itulah keajaiban yang dimiliki cinta sejati. Karena pada dasarnya, akulah jodoh yang digariskan untuk Raka, semudah itu.

“Ya, tentu,” ujar Raka. Aku tersenyum penuh haru. Fabian tersenyum padaku. Dan gadis kecil itu, Rachel kecil kami. Ia tersenyum manis, menggemaskan.

Kirana ikut menghampiriku. Mataku membulat ketika melihat gadis kecil di sampingnya. “Kikan?” tanyaku tidak percaya. Kemudian aku bisa melihat seringaian lebar sahabatku.

“Aku sudah belajar menjadi ibu yang baik selama ini,” ujarnya seraya melirik keluarga kecil Luna. Aku mendesis sarkatis. Astaga bocah kubis ini!!!

Leo berjalan tidak jauh di belakangnya. Aku tersenyum kikuk padanya, namun kemudian merasa lega juga menatap keluarga kecil di hadapanku. Akhirnya mereka semua mendapatkan apa yang mereka cita-citakan. Luna dengan cinta Fabian yang takkan pernah terbagi, Kirana dengan cinta sejatinya, yang tentu saja, Leo adalah salah satu pria sukses di bidangnya. Dan aku… ku lirik pria tampan di sampingku penuh kasih. Wajah Australinya begitu tampan, berwibawa dan hangat. Membuatku ingin merengkuhnya. Astaga, kini aku mulai kesal dengan semua susunan acara yang begitu panjang ini. Ups…

Tiba-tiba hatiku terpilin mengingat sosok lain yang sekali lagi ku lukai. Aku mengedarkan pandanganku. Kemudian melihatnya berdiri disana, dengan gelas sampanyenya. Ia membetulkan letak kaca matanya, kemudian mengangkat wajahnya. Menatap tepat padaku. Ia tersenyum manis, mengangkat gelasnya dan mengangguk. Aku menatapnya penuh haru, sedih dan penuh terima kasih. Kemudian perlahan namun pasti aku melihat sosok cantik Keysa berjalan menghampirinya. Well, sepertinya semuanya mulai benar-benar membaik.

“Apa kita masih belum bisa pergi?” Bisik Raka. Aku meremas jemarinya. Menatapnya penuh rindu. Ia mendesah dan menggeleng. “Ah, aku tidak peduli dengan semua acara membosankan ini,” ujarnya seraya menarik jemariku. Sontak para tamu menatap kami bingung. Vero melongo di samping Ben. Kakek terkekeh pelan. Kirana refleks menutup mata Kikan dan Rachel yang berada di sekitarnya, sambil menggerutu tidak jelas. Luna hanya tersenyum tipis.

Aku sendiri masih melongo di hadapannya. Namun kemudian aku merangkulkan tanganku ke lehernya. Membalas ciuman lembutnya.

“Mama… nanti kalau aku menikah aku mau seperti ibu peri,”’ ujar Kikan pelan. Kirana melirik Luna bingung. Luna hanya mengangkat bahunya dan menggeleng dengan senyumannya.

-The End-

Tangerang

Jum’at oktober 19, 2012. 12:57 AM

Finally… huft….

Terima kasih sudah membaca coretanku… ^_^

                                                                           With Love

                                                                        Cherry Ashlyn

PUTRI KELABU 2Where stories live. Discover now