PUTRI KELABU 2 -08-

1.5K 86 0
                                    

Valerina ternganga tak percaya. Ia tidak mengerti dengan apa yang tengah pemuda itu katakan. “Hey kau baik-baik saja?!” Tanya Raka khawatir. Valerina mengerjapkan matanya beberapa kali, menghapus keterkejutannya. “Astaga, kau membuatku takut,” ujarnya seraya memeluk gadis cantik di hadapannya. Membuat Valerina kembali merasakan debaran jantungnya yang tidak menentu. Ia hampir saja mendorong keras pemuda itu. Namun toh ia hanya bisa terdiam di dalam pelukannya.

“Tunggu dulu, jelaskan padaku apa maksud kata-katamu tadi.” Tanya Valerina. Raka melepaskan pelukannya, namun masih meletakan tangannya di atas bahu Valerina. Valerina menatapnya sinis.

“Kumohon, jangan menatapku seperti itu. semua ini atas kehendak Luna. Dia memintaku meninggalkannya.” Valerina semakin tidak mengerti. “Dia tau aku mencintaimu,” tambahnya dengan perlahan. Valerina menggeleng perih. Ia tidak kuasa menahan tangis, membayangkan bagaimana perasaan Luna. Bagaimana terlukanya gadis itu… “Sstt… jangan menangis,” Raka menghapus air mata Valerina dengan lembut.

“Teganya kau…” bisik Valerina perih. Ia mendorong tubuh Raka menjauh, air matanya menetes semakin deras. “Luna tengah sekarat dan kau malah meninggalkannya! Apa kau tidak punya hati, hah?!” pekiknya sedih.

Raka terdiam sejenak, kemudian wajahnya tertunduk sedih. “Aku sudah mencoba untuk melakukan yang terbaik. Aku bahkan melepaskan orang yang paling ku cintai untuknya, tapi saat itu aku memang berusaha untuk melupakanmu. Aku tidak ingin menyakitinya. Tapi entah mengapa ia tetap bisa melihat itu dimataku, mungkin aku tidak terlalu bisa menghapus bayangmu dari otakku.” Akunya pelan.

Valerian menggeleng perlahan, ia tidak tau bagaimana perasaannya saat ini. Seluruh pengorbanannya ketika pergi tiga tahun yang lalu ternyata sia-sia. Luna tetap terluka.

“Aku sudah menolak keputusannya, tapi kau tau bagaimana Luna. Ia bersikeras agar aku meninggalkannya dan mencarimu.” Suara Raka semakin pelan, rapuh dan perih.

“Tidak, jangan membodohiku. Bagaimana dengan putrinya, Rachel?” tudingku. Raka tersenyum lembut.

“Rachel memang putrinya, tapi bukan putriku.” Ujar Raka. Dan saat itulah mereka mendengar suara bel berbunyi. “Itu pasti Fabian, suaminya, dokter yang dulu ku bayar untuk merawatnya.”  Valerina menggeleng tidak percaya. Air matanya kembali menetes. “Kumohon, jangan menangis…” Raka memeluk gadis itu penuh kasih. Bukan, tentu saja bukan hanya untuk mengobati kerinduan gadis itu padanya, tetapi terlebih untuk mengobati rasa rindunya sendiri. “Aku sangat merindukanmu,” bisiknya di atas rambut Valerina.

                                                ***

Kirana tersenyum tipis saat melihat sosok sahabatnya keluar dari kamar tidur tamu keesokan paginya, tangannya yang tengah mengocok adonan panekuk untuk sarapan mereka berhenti sejenak, ia meraih cangkir di sampingnya dan memberikannya pada Valerina. Mata gadis itu masih terlihat sembab, karena menangis dan kurang tidur semalaman, namun wajahnya tampak begitu segar dan rona itu, ya rona yang dulu ia lihat pun kembali muncul. “Bagaimana tidurmu?” Tanya Kirana, ia tersenyum nakal pada sahabatnya. “Mana Raka?”

“Masih tidur,” jawab Valerina. Ia menuangkan secangkir kopi untuknya. “Mengapa kau tidak menceritakannya padaku?” tuding Valerina setelah menyesap kopinya.

“Apa?” Tanya Kirana polos, lagi-lagi menghentikan gerakan mengocoknya.

“Pernikahan Luna dan Fabian,”

Kirana terkekeh pelan. “Aku lupa, hehehe…” tawanya. “Lagi pula bukankah menyenangkan ketika kau mendengarnya langsung dari Raka?” wajah cantik Valerina memerah.

“Tapi aku ingin mengetahui cerita selengkapnya. Apakah Luna marah padaku?” tanya Valerina mencoba mengganti topik yang akan disinggung sahabatnya itu.

PUTRI KELABU 2Where stories live. Discover now