Wendy berlari tergesa-gesa setelah melihat langit yang tak lagi bersahabat. Benar saja, ramalan cuaca hari ini akan turun hujan. Dan lagi, gadis bermanik biru keturunan Kanada-Korea itu paling susah yang namanya disuruh membawa benda penangkal hujan. Apalagi kalau bukan payung?
Dia selalu memberikan seribu satu alasan untuk menolak membawa benda penyelamat itu. Padahal benda itu beratnya tak sebanding dengan berat buku biologinya yang tebalnya saja 625 halaman.
Belum sampai dibawah toko yang sedaritadi menjadi incarannya untuk berteduh, hujan telah menyusulnya. Akibatnya seragam berlapis yang ia kenakan saat itu basah.
Grep!
Sebuah payung berwarna bening menadanginya dari hujan. Si pemilik payung pun menyamakan kedudukannya agar tak ikut kehujanan.
"Kau tidak bawa payung?" Suara manly sang pemilik payung itu membuyarkan lamunan Wendy seketika.
Wendy yang kala itu menunduk, langsung menengadahkan kepalanya menatap sang pemilik benda penyelamat itu, "Tidak" Jawabnya singkat.
"Kalau gitu ayo neduh di toko itu dulu. Aku juga gak mungkin pulang kalau hujannya deras begini" Lelaki itu menunjuk toko yang sedaritadi menjadi incarannya untuk berteduh. Wendy hanya mengangguk pelan dan mengikuti langkah lelaki itu berjalan beriringan. Di bawah satu payung tentunya.
Sesampainya di bawah toko itu mereka terdiam. Sangat canggung. Lelaki itu menutup payungnya yang telah basah.
"Gak suka bawa payung ya?" Tanya lelaki itu mengusir kecanggungan diantara mereka.
Wendy menatap manik lelaki itu sesaat lalu kembali menatap ujung sepatunya. Lelaki itu seperti dapat membaca pikirannya, "Iya, berat"
Lelaki itu terkekeh mendengar alasan Wendy, "Berat sedikit tak apa kan daripada sakit karena hujan?" Wendy kembali menatap lelaki itu, ia sangat friendly pikirnya, "Oh iya, aku Yoongi, Min Yoongi. Tapi panggil pakai nama kerennya aja ya, Suga" Lanjutnya seraya menjulurkan tangan kanannya yang putih pucat.
Wendy menerima uluran tangan Suga, "Wendy, Son Wendy. Makasih ya buat payungnya"
Suga kembali terkekeh, "Bukan masalah, lain kali jangan takut keberatan bawa payung. Nanti sakit lho. Kebetulan tadi aku lewat sini"
Wendy mengangguk pelan, kemudian sebuah mobil van hitam berhenti tepat di depan mereka. Kaca mobil itu perlahan terbuka menampilkan sesosok lelaki yang terlihat lebih dewasa dari Suga.
"Ga, Suga! Ppali, nanti makin deras" Pekik lelaki itu tanpa beranjak dari duduknya.
"Ne, hyung. Chakkaman" Suga menoleh kearah Wendy sesaat. "Mau ikut Wen? Rumahnya dimana?"
Siapa yang akan menolak ajakan lelaki setampan Suga?! Kalau saja rumah Wendy masih jauh mungkin dengan senang hati ia menerimanya. Namun rumahnya tepat dibelakang toko tempat mereka berteduh sekarang. Tepatnya enam rumah dibelakang toko itu. Tentu saja akan merepotkan Suga jika harus mengantarnya.
"Nggak usah, udah dekat kok. Dibelakang toko ini"
Suga yang akhirnya konek kini tengah ber-oh-ria, "Yaudah nih pakai payung aku aja" Lantas Suga memberikan payung beningnya yang sedaritadi ia pegang.
"Eh?! Nggak usah" Sela Wendy. Ia menjadi tidak enak jika harus pinjam-meminjam dipertemuan pertamanya. Seperti terlalu menyusahkan kesannya.
"Pakai aja, kalau tunggu hujannya reda bisa lama, mungkin satu setengah jam lagi. Soalnya kan baru turun tadi" Ujarnya memaksa.
Mau tak mau akhirnya Wendy menerima payung itu, "Kembaliinnya gimana?" Nah, ini yang bikin Wendy bingung. Seragam mereka berbeda, jelas mereka tidak satu sekolah. Dan lagi suatu hal mustahil jika harus bertemu dengan Suga diwaktu luang demi mengembalikan payung tersebut. Tugas Wendy numpuk. Padahal ia sudah rajin mengerjakan tugasnya tiap hari.
Langkah kaki Suga yang bergerak mendekati mobil van itu terhenti sesaat, "Besok pulang sekolah aku kesini lagi" Ia melirik jam tangannya sesaat, "Jam 3 sore, kayak tadi" Lalu ia segera masuk ke mobil van itu.
Wendy mengangguk mengerti ia tersenyum sekilas pada Suga sebelum akhirnya mobil van itu menghilang ditikungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You & Rain
FanfictionDia. Yang datang bersama hujan.. dan pergi bersama hujan. [ Suga x Wendy ]