BAB I. A M A R A H

124 7 3
                                    

"Buat Lu, semua itu nggak masalah! Karena semua keinginan dan kemauan Lu terpenuhi dengan sempurna. Tapi buat gue! Udah liat kan, gimana nasib gue?"

"Bukannya Lu juga punya apa yang gue punya. Apa yang nyokap dan bokap beli untuk gue juga pasti dibelikan untuk Elu. Apa itu semua masih kurang, hah?!?"

"Lu nggak ngerti maksud gue, Al! Ini bukan hanya tentang harta, Lu nggak tau gimana kerasnya Gue menahan diri supaya bokap n nyokap nggak kesusahan menuhin semua kebutuhan Gue dan satu lagi, Lu tau kan gue orang yang paling nggak suka dibohongi. Bayangin! 17 tahun hidup dalam kepura-puraan, sandiwara, drama atau apalah itu namanya."

"Cukup, Aurel! Jangan keterlaluan!"

"Siapa yang keterlaluan! Gue atau mereka! Apa susahnya jujur sejak awal mereka tahu! Apa susahnya menempatkan kita di posisi mana seharusnya kita berada?"

"Jadi ... Lu tetap nggak mau maafin mereka?"

"Memaafkan itu gampang, tapi melupakannya ... gue masih butuh waktu. Bilang sama mereka nggak perlu cari gue. Suruh aja mereka merawat dan menjaga Lu baik-baik. Bye Alya ... gue nggak benci Lu, tapi gue benci nasib gue sendiri. Jangan salahkan diri Lu. OK!"

"Lu mau ke mana, Rel?"

"Nggak perlu tau!"

"Kalau gue perlu elu, gimana?"

"Nomor handphone Gue nggak berubah, tetap sama jadi, SMS atau Call aja kalau ada perlu. Lagian ada empat orang yang super sayang sama Lu, Gue ragu Lu masih butuh Gue." berkata begitu Aurel langsung memacu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi.

Alya memandangi kepergian gadis itu dengan pasrah, harus ada yang tinggal, harus ada yang menjelaskan semua ini pada keluarga besar mereka.

Baru kali ini ia dan Aurel terlibat perdebatan hingga ke nada tertinggi yang mereka miliki. Teringat lagi saat rahasia itu terungkap, ketika Aurel tanpa sengaja menemukan dan membaca buku harian 'Mama'nya. Catatan yang membuka sejarah kehidupan mereka berdua. Dalam catatan itu terungkap bahwa mereka adalah dua bayi yang tertukar, diketahui setelah berusia sekitar dua setengah tahun, saat pemeriksaan darah Alya dilakukan diketahui darahnya berbeda dari seluruh keluarga besarnya. Aurel dan Alya memang lahir di Rumah Sakit yang sama, pada waktu yang hampir bersamaan, hanya beda beberapa menit. Kebingungan dan kecerobohan seorang suster membuat petaka itu terjadi ditambah tindakan 'aneh' kedua pasang orang tua mereka.

Rasa sayang yang sudah terlanjur tertanam membuat mereka memutuskan untuk tetap merawat masing-masing anak yang sudah terlanjur menjadi 'anak' mereka. Agar tidak kehilangan jejak, mereka juga sepakat untuk merawat keduanya bersama-sama atas dasar persahabatan dan kekeluargaan.

Sejak saat itu, apa yang Alya miliki juga akan disiapkan untuk Aurel, apa yang dimakan Alya juga akan dinikmati Aurel. Semuanya sama persis tidak ada yang dibeda-bedakan, hanya satu yang para orang tua itu tidak sadari. Satu dari kedua anak itu tidak dapat menerima keadaan tersebut sepenuhnya. Perasaan tak adil menggerogoti hati anak muda yang tengah beranjak dewasa tersebut.

*****

Sebenarnya sejak umur 13 tahun Aurel sudah curiga pada bentuk persahabatan 'orang tua' mereka. Ia dan Alya diperlakukan bak anak kembar saja layaknya, barang-barang yang mereka miliki hampir semuanya sama persis hanya warna saja yang disesuaikan dengan selera keduanya. Padahal ia tahu 'orang tua' Alya jelas lebih mampu ketimbang orang tuanya sendiri. Sungguh aneh rasanya bertahun-tahun diperlakukan seperti itu.

Ia banyak melihat bentuk persahabatan, namun persahabatan kedua pasang orang tua ini sungguh aneh rasanya. 'Orang tua' Alya acap kali menunjukkan rasa sayang yang menurutnya sangat berlebihan bila ia berkunjung ke rumah mereka. Mungkin itu semua tidak akan membuat heran bila mereka tidak punya anak perempuan, namun ada Alya yang mematahkan kemungkinan itu.
"Hahhh!" Aurel menghembuskan napas kuat-kuat. Kekesalannya semakin bertambah saat ban motornya bocor.

DIARI HATI MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang