(1)

271 20 1
                                    

Aku mengerjapkan mata ketika Bi Noni membelah tirai yang membuat sinar mentari pagi masuk ke kamar. Sinarnya membangunkanku dari mimpi indah. Ya, hanya mimpi. Terduduk sambil mengulet adalah kebiasaan pagiku dikala bangun tidur. Disambut dengan senyum ramah Bi Noni dan ucapan selemat pagi darinya,

"pagi non.. sekolah kan hari ini? Ayo siap-siap sudah siang loh.. bibi siapkan sarapan nya ya non,"

Perlahan Bi Noni keluar kamar sembari membawa ember berisi baju kotor yang baru saja ia ambil dari rak baju kotorku. Aku pun turun dari ranjang dan bersegera mandi, mengingat ini adalah hari Senin dan aku tak mau terlambat lagi dan lagi.

Tak lama setelah aku selesai mengeringkan rambut, Bi Noni datang membawakan segelas susu dan 2 lembar roti selai coklat.

"Eumm kesukaan Bri, bibi emang paling top deh..." Pujiku yang seketika membuat Bi Noni tersipu malu, bisa kulihat dari wajahnya yang memerah.

"Ah.. si Non bisa aja, Bibi kan jadi malu,"

Hahaha memang, tingkah wanita paruh baya satu ini selalu membuatku mendengus geli. Sesaat setelah aku meneguk habis segelas susu buatan Bi Noni, aku langsung berjalan setengah berlari menuju mobil. Mengingat hari yang semakin siang.

"Pagi mom and dad," Sapaku pada dua orang yang kulihat sudah berpakaian rapih sambil menyeret koper masing-masing

"pagi honey," Jawab mommy yang masih sibuk merapihkan kemejanya itu.

"Mau pergi? Lagi..?" Dengan nada datar yang berbeda dari sebelumnya, melemah dari nadaku saat pertama menyapa mereka.

Daddy pun tanggap menjawab pertanyaanku itu,

"Iyap, ada proyek besar menanti kami di Prancis, cuman sebentar kok. Jaga rumah ya sayang.. Bi saya titip Briella dan rumah! Ayo mom nanti kita bisa ketinggalan pesawat,"

Perintahnya pada bi Noni yang tak lama mengangguk tanda patuh pada daddy, lalu mencium keningku dan beranjak pergi menuju mobil, mommy melakukan hal yang sama kemudian berjalan tepat dibelakang suaminya itu.

'Gimana Briella mau betah dirumah kalau mommy sama daddy aja selalu ninggalin Bri sendiri kaya gini.' Sindirku dalam hati. Nyatanya, kata cepat menurut mereka betarti sangat lama bagiku. Tapi aku telah terbiasa. Sendiri.

"Yaudah Bi, aku berangkat juga ya, Assalamualaikum,"

Pamitku pada Bi Noni, dan segera masuk kedalam mobil karena Pak Adi (supirku) telah menunggu sedari tadi.

"Jalan pak..."

Ujarku pada Pak Adi dengan nada yang sanggup membuatnya sedikit terkekeh geli,

"Baiklah tuan putri, kita berangkat," Sahutnya sembari tertawa menggodaku.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang