Jagoan Lembut

18 0 0
                                    

"Reeef, yang itu Reeef !"

Seorang anak perempuan berbaju kuning lemon berada di atas pohon jambu sambil memegang tongkat kayu. Di bawah pohon yang sama terlihat dua orang anak perempuan sedang menengadah ke atas dan sibuk memberikan isyarat menggunakan tangannya, memberi tahu arah pada temannya yang ada di atas.

"Yang ini kaaaan ?" Perempuan yang berada di atas pohon itu bertanya pada temannya sembari menuduhkan tongkatnya pada jambu yang ia maksud.

"Bukan,Reeeef ! Yang sebelahnyaaaa" arahan temannya.

"Ini ?" Ia memastikan pada temannya di bawah.

"Iya yang ituuu!"

"Oke akan aku ambil !"

Perlahan ia mencoba menggeser pijakannya. Dengan tongkat yang ia bawa, ia coba raih buah jambu yang diminta teman-temannya itu. Merasa kesulitan dengan posisi tersebut, ia pun mencoba berpindah dahan dengan harapan lebih mudah untuk dijangkau.

"Yang ini kan ya?" Ia tuduhkan tongkat itu pada jambu, persis seperti dugaannya,ia lebih mudah menjangkau buah itu. Ia pukulkan tongkatnya pada jambu itu dan seketika buah jambu itu terjun bebas ke arah teman-temannya.

"Udah cukup banyak, kan ?" tanyanya.

"Udah Reeef,ayo cepat turun kita makan jambunya ! " Teriak teman-temannya.

"Oke aku turun sekarang." Dengan wajah yang cukup puas ia pun bersiap untuk turun.

"Sepertinya lewat sini lebih cepat." gumamnya.

Lantas ia memilih jalan turun yang berbeda saat ia naik. Ia turun melewati pangkal dahan sambil memegang batang pohon. Satu dahan terlewati dengan baik.

"Awas,hati-hati Reeef!" peringatan temantemannya.

"Iyaaa!" teriaknya.

"Kreeeeekkk"

Tiba-tiba suara aneh terdengar dari atas.

"Waaaaaaa!!!" anak yang sedang turun itu tetiba menjerit dan seketika jatuh tersungkur ke tanah.

"Bruuuukkkk"

Hantaman badannya yang terjun dari dahan satu setengah meter ke tanah mengeluarkan suara cukup keras dan mengagetkan teman-temannya.

"Reeefiiiiiiiii !" Sontak teman-temannya berteriak dan segera mengerubunginya.

"Refiii, kamu engga apa-apa ?"

"Sakiiit, huhuhu. " Ia mulai merintih dan disertai suara tangisan.

"Hei liat,itu berdarah." Ujar salah seorang temannya.

"Kita panggil Kak Rendi aja deh yu." Inisiatif salah seorang dari mereka.

"Aduduuuuh huhuhuhu."

"Kamu mending duduk dulu di sini ya Reeef,kita panggil Kak Rendi dulu." Tak berkata-kata lagi,kedua temannya langsung berlari ke arah barat meninggalkan Refi yang tangisnya belum berhenti.

***

"Kak Rendiii !"

Temannya Refi menyapa salah seorang dari dua pemuda berseragam SMA yang hendak membuka pagar rumah.

"Eeeh, Viooo. Kenapa ? Mau main sama Refi ya ?" Pemuda tersebut berbalik menyapa dan bertanya.

"Bukan, Kak Rendi. Kak Rendi, itu Kak, Refi jatuh dari pohon,Kaaak." Dengan muka panik ia menyusun kalimat.

"Jatuh dari pohon ?" Seketika mata pemuda itu terbelalak.

"Iya, Kak. Kakinya berdarah." Imbuh temannya lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bisik Sebuah NuraniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang