Kobaran Api

104 11 0
                                    

Martin.

Tujuh hari lagi, dan setelah itu aku bisa kembali serta meninggalkan dimensi yang penuh dengan orang-orang dengan pemikiran modern mereka. Tujuh hari lagi, dan aku bisa berhenti mengawasi gadis bermata bulat itu dari jauh.

Namaku Martin Alexander, aku adalah keturunan vampir protector dari negeri Blue Argentum. Dan kalau saja aku bisa memilih, aku tidak ingin menjadi protector dari sang Putri yang terbuang tersebut. Alasannya hanya satu, karena Putri itu adalah wanita yang terikat denganku.

Aku tidak menyukai dengan takdir yang terukir di telapak tanganku ini, takdir ini membuatku harus terus menyembunyikan telapak tanganku dari pandangan Jasmine, takdir ini membuatku terus waspada dari sang Putri yang belum mengetahui jati dirinya, takdir ini membuatku terus menjaga hatiku agar tidak berpaling dari Jasmine.

Ingin rasanya aku menolak takdir ini, karena pilihanku telah jatuh kepada Jasmine tapi, aku belum mampu melakukannya karena tak ada seorang pun yang tahu akibat jika aku sampai menolak sang Putri yang telah terikat padaku.

Selama 20 tahun ini, aku beserta Maudy dan Aura berada di dimensi manusia untuk mengawasi dan menjaga sang Putri yang bernama Azalea Flory. Sesuai rencana, Aura akan mendekati Flory saat ia duduk di bangku SMA, Maudy mulai mendekatinya saat ia menjadi dosen di kampus, sedangkan aku tidak mendekati gadis itu dan lebih memilih mengawasinya dari jauh.

Selama 20 tahun pula, aku dan Maudy meminum ramuan buatan Aura yang berfungsi menghalau indra penciuman dan rasa haus kami akan darah segar milik manusia. Tapi sayangnya, ramuan itu tidak bisa mencegah rasa haus kami terhadap darah milik The Blue Moon Princess yang mengalir keluar dari kulit mulusnya beberapa hari yang lalu. Dan sejujurnya, tak bisa kupungkiri bahwa hanya dari jarak beberapa meter saja, aroma darah milik Flory terlalu memikat, membuat dadaku terasa sesak, membangkitkan sesuatu dari dalam diriku, dan membuatku tak bisa mencegah perubahan warna iris mataku.

Sepertinya aku tidak bisa mengawasi Flory untuk beberapa hari ke depan. Darahnya begitu mempengaruhiku, membuat warna mataku tak dapat kembali ke bentuk semula, mengganggu indra penciumanku dan sialnya menggantikan wajah Jasmine yang sering menghiasi mimpiku.

"Bagaimana keadaanmu?" Maudy berdiri di ambang pintu kamarku. Aku yang tengah berbaring di atas kasur menatapnya dengan sedikit malas.

"Menurutmu?" balasku.

"Matamu belum kembali?" dia berjalan mendekatiku dan duduk di pinggir kasurku.

"Seperti yang kau lihat."

"Kau tahu, darah Flory tercium begitu wangi, aku benar-benar tidak bisa menahan untuk menghisap darah segarnya kemarin." ungkap Maudy.

Aku meliriknya sekilas dan kembali menatap langit-langit kamar. "Aku tidak menyangkal itu, rasanya aku ingin mengakhiri sisa 7 hari ini dengan segera, aku merindukan Jasmine."

Maudy mengerutkan dahinya. "Kau yakin?"

"Tentu saja, kenapa memangnya?"

"Bukannya dari tadi kau memikirkan putri Flory?"

Kuangkat kepalaku dari atas bantal dan duduk bersila di depan Maudy. "Maksudmu aku lebih memikirkan putri terbuang itu dibandingkan Jasmine, begitu?" Maudy mengangguk mantap. "Oh, yang benar saja. Kau pikir aku mulai menyukai gadis itu?"

"Kau yang berpikiran seperti itu. Aku tidak pernah mengatakan apa pun."

Aku mendengus mendengar ucapannya, Maudy terkekeh pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia kemudian berjalan menuju balkon kamarku dan berdiri di sisi pagar.

"Martin, sepertinya ada yang tidak beres." sahut Maudy tiba-tiba.

Aku segera beranjak dari atas kasur dan berjalan keluar menuju balkon kamar. "Ada apa?"

The Blue Moon Princess (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang