Keluarga Alexander

293 16 0
                                    

"Sayang, kamu harus tetap hidup."

"Kamu adalah kekuatan kami, cinta kami dan kepercayaan kerajaan ini."

"Kamu harus tetap bertahan meski ayah dan ibu tidak di sisimu. Sayang, percayalah bahwa ayah menyayangimu, ibu menyayangimu, dan rakyatmu juga menyayangimu."

"Jadilah Putri yang bisa memberi kehidupan kepada semua rakyat kita. Dan maafkan ibu juga ayah jika kami tak bisa ada di sampingmu di saat kamu butuh, di saat kamu harus berjuang sendiri."

"Yakinlah, ibu melakukan ini untuk kebaikanmu dan rakyat kita. Tetaplah hidup sayang. Ibu dan ayah menyayangimu, Putriku

~~~~~

"Hahhh.... Hahhh... Hahhh..."

Mata berwarna biru itu terbuka sempurna, kulitnya mengeluarkan keringat dingin, dan napasnya memburu tak beraturan. Ia telah sadar, setelah 5 hari lamanya ia terbaring tak sadarkan diri setelah peristiwa tak terduga itu.

Flory duduk di atas sebuah kasur empuk dengan mata yang menatap sekelilingnya. Sekarang ia berada di dalam sebuah kamar yang besar dengan interior klasik dan dinding bercat merah menyala. Dimana dia? Dan kenapa dia berada di sini?

Ceklek.

Pintu berwarna putih itu terbuka, dan nampaklah sosok seorang wanita berambut coklat gelap memasuki kamar dengan menggunakan gaun kuno ala kerajaan. Wanita itu tersenyum hangat padanya dan ia mengambil tempat duduk di tepi ranjang Flory.

"Anda sudah bangun, tuan Putri?" tanya wanita itu.

Flory mengerutkan dahinya. Ia terlihat bingung menatap wanita berwajah cantik tersebut, kenapa wanita itu memanggilnya "tuan Putri"? Siapa wanita ini? Dan Oh, matanya berwarna merah.

"Mata saya memang berwarna merah, Putri," sahut wanita itu.

"Dia tahu apa yang kupikirkan?" pikir Flory.

"Tentu saja, Putri. Saya bisa membaca pikiran."

Mata Flory melebar seketika, ia memundurkan tubuhnya ke belakang. Sepertinya ia harus waspada terhadap wanita asing ini. Sangat berbahaya berbicara dengan wanita yang bisa membaca pikiranmu.

"Oh, maafkan saya," wanita itu berdiri lalu membungkuk hormat. "Nama saya Evelyn Alexander, saya adalah ibu dari Maudy dan Martin."

"I-ibu dari Ma-Maudy?" tanya Flory terbata.

Evelyn mengangguk. "Iya, Maudy dan Martin adalah anak saya. Mereka anak kembar.

"Hah?" Flory melongo heran mendengar pernyataan wanita yang mengaku bernama Evelyn Alexander itu. Dosennya dan pria yang bernama Martin adalah anak kembar? Tapi siapa Martin itu?

Pintu kembali terbuka, lalu masuklah 4 orang yang sedari tadi menunggu di ruang tengah. Maudy, Martin, Aura, dan seorang pria yang berpakaian hampir serupa dengan Evelyn. Keempatnya masuk dengan ekspresi wajah yang berbeda dan berdiri mengelilingi ranjang.

"Tuan Putri, anda sudah sadar?" tanya pria asing itu.

Flory hanya diam dan menatap mereka satu persatu, ia bertambah bingung melihat kehadiran mereka semua di sini.

"Eric, perkenalkan dirimu!" pinta Evelyn.

"Oh, maafkan saya. Perkenalkan, saya Eric Alexander, suami dari wanita cantik yang duduk di hadapan anda," Eric menyentuh bahu Evelyn. "Sekaligus ayah dari dua anak ini," Eric menunjuk Maudy dan Martin.

Oh, jadi pria yang sering menatapnya bernama Martin. Tunggu dulu, ada yang mengganjal di sini. Mereka berempat... Mereka... Astaga!

"Ma-mata kalian berwarna merah?" pekik Flory, raut wajahnya menggambarkan keterkejutan yang luar biasa.

The Blue Moon Princess (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang