•SATU•

20 2 2
                                    

Luna tersenyum kecil ketika Ben menarik tangannya lalu menggandengnya erat, kemudian mengajaknya untuk tersenyum ke arah kamera yang sekarang berusaha merekam mereka.

"Jadi, sekarang anda mengajak pacar anda ke acara pernikahan teman akrab anda, Gita?"tanya salah satu wartawan yang langsung dijawab Ben dengan anggukan dan senyum formal.

"Iya, jadi maaf, saya dan pacar saya mau masuk ke dalam. Permisi."

Luna meringis ngeri melihat wartawan yang masih berusaha merekam mereka walaupun mereka sudah berada di dalam. Benar-benar mengerikan, ngga nyangka Ben tahan hidup kaya gitu.

"Nah sekarang lo selow aja, udah di dalem nih. Btw, lo jalan-jalan aja. Gue mau ambil minum dulu."

Luna berjalan menuju tempat dimana pudding diletakkan, jujur ia sangat suka pudding, jadinya ketika di perjalanan, ia sudah memikirkan nanti akan makan pudding.

"SEMUA YANG MASIH JOMBLO ATAU YANG UDAH PUNYA DOI SINI KUMPUL!"

Luna buru-buru meletakkan pudding-nya dan langsung berdiri di pinggir, ya sekarang lagi sesi pelemparan bunga.

"1.."
"2.."
"3.."

HAP. Luna membelak kaget sambil menatap buket bunga di tangannya, bukan karena dia kaget dia yang dapat tapi karena ada tangan lain yang menangkapnya juga. Luna menoleh ke samping dan ternyata.. cowok yang menangkapnya. Seulas senyum formal muncul di bibir cowok itu.

"Sorry.. Ini buat lo aja. Gue ngga sengaja ambil."

Luna menggeleng cepat dan langsung menyerahkan buket bunga itu, "Jangan, buat lo aja. Gue juga ngga niat kok awalnya ambil." ucap Luna sambil tersenyum manis yang memperlihatkan lesung pipinya.

"Ngga. Buat lo aja."paksa cowok itu sambil menarik tangan kanan Luna lalu menaruh buket bunga itu di atas tangannya.

"ADUH! KALIAN PASTI BAKAL NIKAH. LONGLAST YA!"

Cowok itu langsung menoleh ke arah panggung lalu memberikan seulas senyum miring. Luna langsung menaruh buket bunga itu di meja dan menepuk pundak cowok itu pelan.

"Apa?" tanyanya bingung.

"Gue liat, lo ngeliatin calon pengantin cewek nya terus. Cantik ya?" tanya Luna sambil menunjuk ke arah tengah panggung.

"Hmm.. Tapi udah taken."jawabnya datar.

"Btw.. Kita belom kenalan." tawar Luna yang membuat cowok di depannya tersenyum tipis, bahkan sangat tipis.

"Gue Luna, lo?"

"Gue—" Cowok itu menoleh ke belakang ketika ia merasa pundaknya di tepuk seseorang.

"Handi?"

"Benedict?"

Luna menatap kedua cowok di depannya bingung, telunjuknya mengarah ke arah Ben yang sedang menatap sinis ke arah Handi, sedangkan Handi hanya menatap Ben dengan datar.

"Lo berdua, saling kenal?" tanya Luna.
Ben langsung menarik tangan Luna lalu merengkuh pundaknya sedikit kencang, Luna bisa merasakan badan Ben sedikit tegang.

"Handi, lo kenal sama Ben?" tanya Luna lagi yang membuat Handi menggeleng.

"Tapi lo nyebut nama Ben tadi, Han." kekeh Luna yang membuat Ben langsung menghembuskan napas berat, dia tau sifat Luna yang selalu penasaran alias kepo berat itu.

"Lo salah denger aja kali, Lun. Ayo kita pulang." ajak Ben.

Luna menatap Ben dengan kesal, tangannya mencubit perut Ben yang langsung membuat Handi spontan tersenyum tipis, "Gila lo, sakit sumpah, Lun. Tega lo mah."

"Han, cari pudding yok." ajak Luna yang membuat Ben langsung menatap Handi tajam.

"Hah?"

"Lun, pulang sekarang atau gue laporin ke nyokap lo?"ancam Ben. "Lo Handi, gausah deket-deket sama pacar gue. Back off, dude." sinis Ben sambil mendorong pundak kiri Handi dengan tangan kananya.

Luna langsung membelakkan matanya, "Ben mainnya kasar. Ayo pulang, sorry ya Han. Ben emang orangnya rese."

Luna menjewer telinga Ben sambil menariknya keluar tanpa memperdulikan ringisan Ben yang sudah minta dilepas daritadi. Ia sedikit bingung, ada apa sebenernya sama mereka? Tampak kenal namun seperti tidak saling mengenal.  Aneh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNFORGETTABLE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang