Subhannallah

35 4 0
                                    

Setelah dari Gramedia, Fenus, Danta, Khadijah, dan Erwan pergi ke Pizza hut. Handhephone Fenus berbunyi dan itu adalah bunyi panggilan dari Lenar Devia, sang Mama.
-----
"Iya, Ma, Fenus pulang, Mama tunggu Fenus dilobi utama"
-----
"Oke, sip, Ma"

Khadijah memandang Fenus tajam.
"Maaf, aku harus pulang duluan, aku harus menjemput Mama"

Itu yang diucapkan Fenus. Dan, Fenus terburu - buru. Tinggal Danta, Khadijah, dan Erwan yang di Pizza hut.

"Bro, lega ya habis UN, rencananya habis ini apa?", Danta membuka pembicaraan.
"InshaAllah, ngambil S1 Arsitek di ITB"
"Wow, hebat, aku sama Khadijah dan teman yang lain masih berjuang untuk Ujian Kenaikan Kelas besok"
"Aku yakin kalian pasti bisa"

Handhephone Danta berbunyi dan itu adalah panggilan dari Kulsum, sang Oma.
-----
"Wa'alaikum salam, Oma"
-----
"Iya, Danta pulang"
-----
"Iya, Assalamu'alaikum"

Berat rasanya melepaskan orang yang disayangi untuk bersama orang lain. Namun, kebahagiaan tidak harus dimiliki. Merelakan itu yang pasti. Cinta tidak harus memiliki.

*****

Jam 13.30. Hujan menjadi saksi bisu antara dua insan. Sang Adam menjaga pandangannya. Sang Hawa menjaga pandangannya. Hening, tidak ada yang memulai bicara. Hanya terdengar derasnya hujan.

Didepan lobi utama Royal Plaza. Khadijah dan Erwan duduk dibangku yang disediakan. Erwan menemani Khadijah yang menunggu jemputan.

"Khadijah?"
"Iya, Kak?"
"Hujannya deras, hawanya pun semakin dingin. Ini pakailah jaketku"
"Makasih, Kak, tapi aku tidak membutuhkannya"
"Hawanya dingin, Khadijah, Kakak mohon pakailah"
"Khadijah tidak mau, Kak"
"Ku mohon Khadijah pakailah", Erwan mendekati Khadijah dan merangkulkan jaketnya dibadan Khadijah.

Berdebar hati ini. Detak jantung yang tidak normal, semakin cepat dan cepat. Wangi hujan menerobas perasaan ini.

Khadijah kaget dan terdiam melihat perlakuan Erwan. Erwan merasa khawatir dengan Khadijah. Dia takut kalau Cahaya Hatinya sakit. Awalnya Erwan hanya kagum, tapi semakin lama rasa kagum itu berubah menjadi sayang, kemudian cinta.

Erwan menangkup nama Khadijah didalam do'anya. Cinta dalam diam dan hanya bisa mengatakan dalam do'a.

"Ya Rab, maafkan hambamu ini, jagalah hati hambamu ini untuk yang halal nanti, ampuni hambamu ini ya rab", batin Khadijah.

"Astaghfirullah, maaf Khadijah, aku tidak ingin kamu sakit, maafkan aku"
"Iya, Kak, Khadijah juga minta maaf, maaf sudah merepotkan Kak Erwan"
"Merepotkan? Tidak sama sekali, aku tidak ingin meninggalkanmu sendirian ditengah hujan seperti ini"
"Makasih, Kak"
"Khadijah, bolehkah aku bertanya?"
"Iya, silakan, Kak"
"Rencanamu setelah lulus dari SMK apa?"
"InshaAllah mengambil S1 STAN Jakarta"
"Untuk pertanyaan yang satu ini sih agak nyeleneh dan aku minta kamu jawab dengan jujur, boleh?"
"Hmm... Bolehlah, Kak, anggap saja cerita atau curhat atau sekedar sharing saja"
"Menurutmu aku ini cowok yang bagaimana?"
"MashaAllah, Kak, ada - ada saja. Hmm.. Menurutku, Kak Erwan pintar, sopan, ramah, baik"
"Makasih deh kalau gitu. Terus, aku juga mau bertanya tentangmu? Agak lancang ya?"
"Tanyakan saja, Kak, tidak masalah bagiku, dan aku akan menjawab dengan jujur"
"Apa benar kamu tidak perna pacaran?"

Khadijah tersenyum mendengar pertanyaan Erwan.
"Haruskah aku menjawabnya, Kak? Haruskah aku menjelaskannya? Ku mohon hatiku jangan berdetak kencang. Ya Rab maafkan hamba, jagalah hati dan perasaan, semuanya untuk yang halal nanti", batin Khadijah.

"Maaf, Khadijah pertanyaanku membuatmu tersinggung"
"Tidak kok, Kak, memang benar, sangat benar aku tidak perna pacaran. Karena Abi, Bunda, Nenek tidak mengizinkanku. Didalam keluarga besarku tidak ada yang namanya pacaran melainkan Ta'aruf. Pacaran dilarang oleh agama islam karena termasuk perbuatan zina. Aku ingin memantaskan diri agar kelak mendapatkan imam yang sholeh yang bisa mengantarkanku ke dalam surga"

Light HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang