"Ah lo mah pake syarat segala! Apa syaratnya?" Mimik wajah Daffa berubah menjadi 'agak' kesal.
"Ajarin gue main gitar.."
"Main gitar?" Daffa mengulangi perkataan Amanda.
Amanda mengangguk, "Iya. Gue gak mau gigit jari liat orang main gitar gara-gara gak bisa mainnya."
"Kalo main gitar sih, gampang! Gue jagonya,"
Amanda berdecih, "Lo terlalu PD buat ngomong itu, Daffa."
"Kalo gak PD, lo gak akan bisa hidup, Amanda"
"Kita hidup karena nyawa, bukan ke PD an."
"Susah ya ngomong sama 'Orang pintar'," Daffa menekan kata 'Orang Pintar'.
"Gue emang pintar. Lo baru sadar itu kah?"
"Terserah lo deh! Gue mau besok sepulang sekolah lo bantuin gue ngerjain tugas Pak Faris.." Ucap Daffa.
"Tap.."
"Gak ada penolakan!"
Amanda menghela nafas, "Iya.. Iya"
"Gue pulang dulu. Mau ikut?" tanya Daffa.
Amanda menggeleng, "Gue mau ke koperasi dulu"
"Yaudah. Bye, Amanda sok pintar!" Daffa mengacak-ngacak rambut depan Amanda lalu berlari kecil menuju parkiran.
"Hei! Gue memang pintar!" pekik Amanda yang mungkin tak terdengar oleh Daffa.
Amanda membalikkan badannya lalu berjalan menuju koperasi.
***
"Lo mau ajak gue kemana sih? Jangan macem-macem, Daf!" Ucap Amanda sedikit mengeraskan volume suaranya agar didengar Daffa yang memakai helm.
"Gue 'kan udah bilang, lo harus bantuin gue ngerjain tugas pak Faris. Lagian siapa sih yang mau macem-macem sama cewek kayak lo." Jawab Daffa.
"Tapi dimana ngerjainnya?"
"Lo diem dulu, oke?"
Amanda memilih untuk diam tak menanggapi perkataan Daffa.
Seperti yang mereka janjikan kemarin, hari ini Amanda akan membantu Daffa mengerjakan tugas Wacana dari Pak Faris.
Mereka berdua menaiki motor milik Daffa. Amanda tak tahu Daffa akan membawanya kemana. Tapi ia yakin Daffa ingin mengerjakan tugas wacana pak Faris.
15 menit kemudian, Daffa memberhentikan motornya tepat di depan taman.
"Taman?" tanya Amanda seraya turun dari motor Daffa.
"Iya. Kenapa emangnya?"
"Gak apa-apa. Bagus tamannya, gue suka." Ucap Amanda.
"Lo suka tamannya?" tanya Daffa.
"Iya, gue suka banget. Sejuk,"
"Logaksukasamaguegitu?" Tanya Daffa cepat dan tanpa jeda.
"Hah!? Lo ngomong apa sih, Daf? Bisa 'kan kalo ngomong itu yang jelas?"
"Enggak. Lupain aja"
"Terserah."
Daffa menarik lembut tangan Amanda untuk duduk di rerumputan pinggir danau.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's Too Hard
Teen Fiction❌SLOW UPDATE❌ "Jangan tinggalkan aku jika aku sudah mencintaimu. Dan jangan temui aku jika aku sudah melupakanmu." - Amanda Saviera.