"Woy Aal, liat kimia dong!" Pinta Aldo ketika Aaliyah baru saja memijakkan kaki di kelasnya.
"Ya Tuhan, Do. Gue aja belum nyentuh kursi sama meja kayaknya. Masa lu udah malak contekan pr aja sih?" Jawab Aaliyah kesal.
"Plis, Aal. Gawat ini. Urgent, tau gak? Tau sendiri kan Bu Wati kalo ada yang nggak ngerjain PR langsung diapain."
"Iya iya, gue juga tau kali. Nih buku kimia gue, Do."
"Nah gitu dong, Aal. Lu emang teman terbaik sepanjang sejarah."
Aaliyah hanya memutar matanya untuk membalas perkataan Aldo. Di kelas mereka, X MIPA 6, Aldo-lah yang menjabat sebagai ketua kelas (yang tentunya tidak bertanggung jawab.) Entah mengapa Aldo bisa terpilih sebagai ketua kelas. Padahal, biasanya kan kriteria ketua kelas itu anak yang rajin, pintar, baik, penurut, pokoknya tipe-tipe anak kebanggaan guru deh.
Sedangkan Aldo, amat sangat jauh dari kriteria tersebut. Sepatu warna biru belang putih, kaos kaki pendek warna abu-abu, kemeja dikeluarin, nggak pernah pake dasi, dan dia juga selalu telat 3 kali dalam seminggu layaknya minum obat.
Aaliyah bergeleng-geleng kepala saat melihat kekacauan di kelasnya pagi hari ini. Aldo yang sibuk menyalin PR kimia miliknya, Sherly dengan kaca serta bedak ditangannya (jangan tanyakan apa yang dia lakukan,) Nisa dengan sisir sedang melalui rambutnya, Alif yang sibuk bermain game di laptopnya, Audi dengan novel-novel tebal yang berserakan di mejanya, Udin yang sedang memakan nasi uduknya, dan masih banyak yang lain.
"Woy, Nis! Itu rambut diurusin mulu, urusin kali tuh PR kimia." Aldi yang baru datang langsung menyerocos dengan sesuka hatinya.
Nah, kali ini ada Aldi. Jangan salah paham dulu, Aldi dan Aldo bukan saudara kembar kok! Walaupun nama mereka mirip, dan kelakuan mereka juga mirip, bukan berarti mereka ini memiliki hubungan darah.
"Hah? Gue? PR kimia? Sorry ya, mas Aldi. Gue mah paling gak bisa ngerjain PR di sekolah. Sorry-sorry aja nih." Nisa dengan sewotnya membalas tuduhan Aldi.
"Heh! Gausah songong ya, Nis."
"Siap, mas Aldi." Timpal Nisa sambil tertawa.
Aldi kemudian melanjutkan sesi absennya, dan orang yang kurang beruntung kali ini adalah Sherly.
"Sherly! Dandan mulu ih hidupnya. Supaya apa kali?"
"Duh, Aldi. Hello? Ya supaya doi bisa ngelirik gue yang cantik jelita sepanjang masa lah."
"Masa, Sher?"
"Bodo." Balas Sherly disertai tatapan malas pada Aldi.
5 menit sebelum bel masuk, Aldi masih melanjutkan sesi absennya.
"Ini lagi si Alif, gaya banget dengan santainya main game pagi-pagi gini. Kayak udah selesai aja PR kimianya."
Alif hanya melirik Aldi sekilas dengan tatapan lu-mau-diem-apa-gue-habisin-sekarang-juga.
Aaliyah tidak bisa menahan tawanya lagi melihat reaksi Alif menanggapi Aldi.
"Heh! Ini lagi si kucrit Aaliyah. Gausah ketawa ya!" Ucap Aldi seraya menghampiri Aaliyah di mejanya.
"Uuu, atut ih sama mas Aldi. Seraaam." Balas Aaliyah lalu tertawa puas.
"Sial. Mending lu diem ya, Aal!"
"Lagian lu dateng-dateng langsung nyerocos, udah kayak ibu-ibu rumpi komplek gue yang lagi rebutan sayur tau gak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Be Alone
Teen FictionAaliyah, seorang anggota ekskul KIR yang manis bak gulali, dipertemukan dengan Iqbaal, seorang ketua tim basket super cool yang fansnya bertebaran, hanya karena sebuah social media. Apakah itu sebuah anugerah? Atau malah menjadi sebuah musibah? "Tak...