Langkah kaki ku menapak lambat dan ragu seperti menyeret koral besar di dasar laut. Sepatu hak tinggi yang aku kenakan menimbulkan suara hentakan lantai tak seirama dengan organ jantung ku yang berdegub luar biasa cepat. Ku sentuh dada kiri ini seraya mengatur deru nafas, namun sialnya sama sekali tidak membantu. Semakin banyak aku melangkah, kian kencang pula laju detak jantung ku. Rasanya ingin ku putar jalur langkah ini hingga berbalik dan menjauh dari sebuah pintu kokoh yang terkesan angkuh sejauh mata memandang.
Sejak 15 menit yang lalu, dunia ku serasa berputar melawan rotasi yang semestinya. Dering telepon diatas meja kerja mengantarkan suara asing di telinga ku. Permintaannya sungguh mengejutkan! Namun, tak memiliki kuasa untuk menolak. Aku di pinta seseorang untuk segera menemui Presdir Jung diruangannya.
Apa?
Kenapa?
Aku tidak mendapatkan jawaban saat itu. Orang tersebut hanya berujar; "Datang saja, maka kau akan tahu untuk apa dia ingin bertemu dengan mu."
Astaga!
Tubuh ku bergeming didepan pintu ruang paling tidak tersentuh. Benda tersebut seperti terselimuti kabut malam yang dingin menusuk hingga pembulu darah ku membeku. Gugup, takut dan rasa penasaran seolah melebur jadi satu. Aku mengigit bibir bawah ku lantas mengangkat lengan dengan pergerakan kaku layaknya sebuah puppet.
"Ahh, Nona Kim, kau sudah tiba rupanya."
Aku tersentak. Ku tolehkan wajah dan mendapati seorang pria bermata sayu telah tersenyum ramah kearah ku. Urung niat ku untuk membuka pintu tersebut.
"Annyenghaseo, Sekertaris Park." Aku membungkuk canggung dan memberinya salam.
Dia—Park Yoochun—pria yang beberapa menit lalu menelpon dan meminta ku untuk tidak berkomunikasi dengan bahasa formal.
"Maaf, Nona Kim. Aku meminta mu datang lewat telepon, padahal tadi aku ke ruangan mu." Ucapnya diselingi tawa renyah. Aku bisa melihat lesung manis di pipi kirinya.
"Gwaenchanayeo." Ku balas senyum Sekertaris Park.
Lengkungan bibir pria itu teduh sekali. Sedikit mengurangi kegamangan ku. Hanya sedikit, selebihnya sama saja. Menyebalkan.
Sekertaris Park menyentuh pundak ku, "Mari Nona Kim, ku temani masuk. Tidak usah terlalu gugup. Presdir Jung tidak mengigit—" Sebelah alis ku terangkat kala lelaki itu menjeda kalimatnya dengan senyum misterius. "—hanya terkadang suka menerkam."
Ku bulatkan kedua mata ku. A-apa katanya? Apakah lelaki ini sedang berusaha menghibur ku? Aku yakin sekali bila dia menyadari keresahan ku yang berlebihan. Tapi, kalimat apa barusan? Oh! Terimakasih banyak Park Yoochun! Kau menambah dua kali lipat perasaan cemas ku.
***
Yoochun mengetuk pintu ruang Presdir muda itu sebanyak tiga kali lantas meraih knop pintu dan membukanya perlahan.
"Silahkan, Nona Kim." Dengan gentle Yoochun mempersilahkan Jaejoong untuk masuk lebih dahulu. Menjulurkan lengan selayaknya memperlakukan seorang putri raja.
"Khamshamnida, Sekertaris Park." Sahut gadis cantik itu merasa sungkan.
Jaejoong melangkah masuk disusul Yoochun dari belakang. Dua langkah pertama gadis cantik itu kontan terhenti kala mata bulatnya menyisir seisi ruang bernuansa hitam dan putih tersebut. Begitu terpana melihat isi ruangan milik sang Pemimpin. Incredible! Inikah ruang kerja orang nomer satu di Jung Corporation?
KAMU SEDANG MEMBACA
Adrenaline
FanfictionJika kau mencintai dua pria, maka pilihlah yang kedua, karena jika kau sungguh-sungguh dengan cinta pertama mu, kau tak akan jatuh pada cinta kedua mu. *** Main Casts : Jung Yunho, Kim Jaejoong & Shim Changmin. Supporting Casts : Park Yoochun, Kim J...