Ironisnya cintaku. Part 1

14 1 0
                                    

Sebenarnya ini cerita yang ada di tulisanku yang satulagi, tapi ini yang udah di revisinya, eh revisi atau refisi sih?
-author

--

Hey hey.. ini aku Rama, Rama tampan, tampan kata Ibuku.
Ceritanya rada panjang. Dibikin dua part aja ya biar kayak film Spider Man di transtv.

Tu wa ga pat. Mulai!!

Waktu tahun 2015 kemarin, Aku cukup bahagia, rasanya seperti dikasih hadiah ulang tahun. Begini ceritanya:

Pada waktu itu, aku memang llagi PDKT sama cewek, namanya Yaya. Pendekatan ini bisa dibilang cukup lama, kurang lebih satu bulan. Aku dan Yaya udah sangat dekat, macam orang pacaran lah, walaupun nyatanya kita belum pacaran.
Setiap ketemu, Aku dan Yaya selalu punya topik pembicaraan yang menarik. (Kayaknyacerita yang menarik itu enggak perlu diceritain, karena aku malas nulis)

Waktu lagi dirumah, aku berpikir; Yaya jadiin pacar atau jangan ya?
Setelah lama berpikir, akhirnya hati dan otak pun sudah singkron, aku pun yakin ini saatnya buat bilang "Yaya, mau gak jadi pacarku?" Aku yakin Yaya pasti mau jadi pacarku.
Tapi setelah dipikir-pikir lagi, kalimat yang tadi kurang cocok, bahkan tidak cocok samasekali buat orang yang kurang romantis sepertiku. Mungkin lidahku akan geli sendiri saat aku bilang "Yaya, mau gak jadi pacarku?" *merinding*
Akhirnya setelah rapat antara perasaan dan pikiran telah selesai, aku tentukan buat bilang "ayo kita pacaran.." itu cukup simpel bagiku dan bagi kawan sebangsa setanah air.

Sabtu ini Yaya mengajakku bertemu, katanya ada hal yang mau dibicarakan. Dia minta ketemu di mini market yang lumayan dekat dengan rumahnya. Aku setuju dan aku pun gak usah repot-repot buat ngejemput Yaya.
Aku minta kita bertemu disana jam empat sore biar langitnya gak terlalu panas.
Aku tiba di mini market yang dituju, membeli beberapa snack dan minuman lalu mencari tempat duduk buat aku dan Yaya. Tak lama setelah aku dapat tempat duduk, akhirnya Yaya datang dengan kaos tangan panjang dan celana jeans nya, dan ada tas kecil yang menggantung di bahunya. "Kayaknya Yaya gak akan lama disini, sehabis kita ngobrol mungkin dia akan pergi lagi, gak tau kemana" gumamku ganteng.
Aku mempersilahkannya duduk dan sedikit basa basi, dan Yaya mulai bicara.
"kamu sibuk gak hari ini, Ma?"
"nggak, Ya, sibuknya udah tadi pagi, sekarang tinggal santainya aja hehehe.."
"ohh, jadi gini, bisa anter aku keliling gak?"
"keliling mini market ini, Ya?"
"bukan ih.. keliling kota ini"
"ngapain?"
"mau nyari tukang kerak telor.."
"oh oke hayu, tapi kalo masih sore jarang ada tukang kerak telor, mungkin.."
"yaudah kemana aja. Soalnya aku lagi gak ada kerjaan he he he"

Aku pun ngikutin kemauan Yaya. Setelah berkeliling sampai jam 7 malam, aku minta kita istirahat dulu di salah satu taman yang ada ditengah kota ini. "mungkin ini waktu yang pas buat ngajak Yaya pacaran" kataku dalam hati, tapi ada sedikit keraguan..
Namun karena ada dorongan dari pikiran, kemauan dan perasaan dihati, akhirnya aku bilang "kita pacaran yuk?" aku liat wajahnya kebingungan, awkward moment buatku, gimana kalau Yaya malah bilang "maaf, aku udah anggap kamu sebagai kakak.." atau "aku lebih nyaman kita temenan.." oh tuhan jauhkanlah alasan tidak masuk akal itu dariku, jangan sampai Yaya mengeluarkan kalimat sialan itu.
Tapi, Yaya tidak mengatakan kalimat hina itu, dia malah bilang "nggak ah, aku gak mau.." suasana jadi hening, aku diam, diam karena malu sekaligus bingung.
Apa yang harus aku lakukan? Dia menolak ajakanku. Saat aku masih melamun, aku dibuat kaget waktu Yaya bilang "hahaha ngga kok, bercanda, aku mau jadi pacar kamu" wajah Yaya jadi merah.
Aku, yang asalnya melamun sendiri, sekarang jadi senyum-senyum sendiri. Aku yakinkan lagi jawabannya, dan ternyata benar, dia benar-benar mau jadi pacarku.
Asik..

--

Hubungan kami sudah berlangsung selama tiga bulan, hubungan kami juga mengandung unsur Long Distance Relationship. Kalau disingkat jadi LDR. Tapi itu bukan masalah buatku, karena setiap minggu kita selalu menyempatkan waktu untuk bertemu.
Di awal pertemuan di hari minggu sore saat kita udah pacaran, kita saling bertukar cerita di taman yang waktu itu aku ngajak Yaya pacaran. Kami menceritakan berbagai hal sore itu, mulai dari hal yang serius sampai yang non-serius.
Gak kerasa, hari minggu yang tadinya sore itu sekarang berubah jadi malam, kami pun bergegas pulang.
Aku antar Yaya pulang sampai rumahnya. Sesampainya aku dirumah yaya, Aku ngobrol sebentar dan pulang. Tapi sebelum aku pulang dari rumah Yaya, kami sempat melakukan hal yang menggelikan, seperti ini:
"cepet masuk rumah, udah itu aku pulang"
"nggak, kamu aja pulang dulu, baru aku masuk rumah" balas Yaya"
"kamu yang duluan.."
"kamu"
"kamu.."
Menggelikan bukan? Tapi anehnya, aku sendiri melakukan hal itu, kenapa ya?
Akhirnya aku pulang kerumahku dan langsung tidur, sambil senyum-senyum sendiri.

Si "Aku" (Roy & Rama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang