Chapter 15

5.3K 336 14
                                    

ARION POV

"Menikahlah denganku, Eris" ujarku pada wanita yang saat ini ada di dalam pelukkanku.

"Menikah?" tekannya sambil menghempaskan pelukanku. "Kau fikir aku masih mencintaimu? Bukankah, kau sendiri yang memintaku untuk melupakanmu? Kau memang egois. Pergilah!" bentaknya. Kedua bola matanya mulai berlinang, membuatku sadar betapa besarnya luka yang telah kugoreskan dihatinya. Tanpa berusaha menenangkannya, aku pun memilih pergi meninggalkannya.

***

Jarum jam dinding sudah menunjukkan pukul 5 sore, tapi kenapa Eris belum juga pulang? Aku sudah hampir kering menunggunya pulang. KKKRRRIIIIINNNGGGG, kuraih ponselku yang ada di atas meja. Mas Saka.

"Hallo" sapaku.

"Arion apa kamu sedang di apartemen?"

"Ya"

"Malam ini aku ada undangan makan malam dengan pasienku. Apa kau mau menemaniku?" pintanya. Aku terkikik. "Kenapa kau tertawa?"

"Pasienmu pasti seorang wanita genit kan? Mas mengajakku agar dia menggodaku, benarkan?" tembakku.

"Ya, begitulah. Kau mau kan?"

"Tidak mau! Mas ajak saja Dara. Aku sibuk" ujarku dan menutup percakapan kami.

"Arion" panggilan itu membuat kumenoleh dan mendapati Eris bersama dengan Bisma berdiri di ruang tamu. "Kau tidak ke kantor?" tanya Eris.

"Oh, ya. Aku kan sedang liburan" jawabku, berjalan mendekati mereka. "Kau disini?" tekanku ke arah Bisma.

"Kenapa? kau tidak suka?" aku menggeleng menjawab pertanyaan dari Bisma.

"Bisma, kau tunggu saja di ruang tamu. Aku akan segera kembali" ujar Eris. Aku pun mengikutinya dari belakang yang berjalan menuju kamarnya.

"Hei! Kenapa dia disini?"

"Kenapa? ini kan juga apartemenku, jadi bebaskan jika aku membawa siapa saja ke sini" jawabnya. Aku pun terdiam dan keluar dari kamarnya.

Aaarrggghhh!!!!!

Aku frustasi!

Kesal!

Geram!

Kedua orang ini sama sekali tidak peduli pada kehadiranku di tempat ini, malah mereka terlihat sengaja mengubar kemesraan dihadapanku. Untuk itulah, aku sengaja meningkatkan volume tv dan tertawa begitu kencang agar mereka merasa terusik.

"Arion! Kecilkan volumenya!" seru Eris.

"Apa? tidak kedengaran" ledekku. Ia pun mendelik kesal hingga merebut remot dari tanganku dan mematikannya. "Apa yang kau lakukan?" bentakku.

"Kau tuli? Aku dan Bisma sedang berkonsentrasi jadi bisakah kau tidak mengganggu kami?"

"Siapa yang mengganggu? Aku hanya menonton tv?" kelakku. "Lagi pula, ini sudah malam! Tidak etis seorang pria berada di rumah wanita jam segini"

"Apa? lalu bagaimana dengan seorang pria dan wanita yang tinggal bersama tanpa hubungan perkawainan, seperti kita?" Aku tersentak mendengar perkataan Eris barusan.

"I...itu..."

"Sudahlah, jangan mengganggu" sahutnya, memotong perkataanku.

Ini tidak bisa kubiarkan, sudah hampir tengah malam tapi Bisma dan Eris masih terus berduaan di ruang tamu, sampai-sampai pingganggku rasanya ingin copot karena sejak tadi mengawasi mereka berdua. Aku harus melakukan sesuatu.

"Eris, apa kau haus?" tanya Bisma.

"Hm"

"Minuman datang!!!" ujarku yang membawakan minuman untuk mereka. Keduanya pun menatapku dengan heran. "Kenapa? kalian sedang sibuk kan? jadi aku disini ingin membantu kalian" sambungku sambil menyugukan teh manis hangat untuk keduanya. "Minumlah"

Boyfriend (Rewrite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang