Chapter 16 (End)

7.4K 281 10
                                    

ARION POV

Aku mendengus kesal saat melihat mobil Mas Saka, Pakde Dikta, Opa, dan Eyang Putri terparkir di halaman rumahku. Sudah kuduga pasti Mama mengundang mereka semua untukku. Iya, setelah mendapat kabar tentang hubunganku dan Eris, Mama langsung memaksa kami untuk makan malam bersama di rumah.

"Eris!!!!!!!" adegan berpelukan pun tidak dapat terelakkan. Mama terlihat begitu bahagia saat melihat Eris bahkan jauh lebih bahagia saat dia melihatku. Hm, benar-benar luar biasa. "Kamu apa kabar? Hm, Mama sangat kangen sama kamu"

"Mama?" tekanku. Ia mengangguk dengan senyum lebar diwajahnya.
"Kalian kan akan segera menikah, jadi mulai hari ini kamu harus memanggil Tante dan Om, Mama dan Papa. Ah, ya Tuhan! Melihat kalian berdua mengingatkan Mama saat dilamar oleh Papamu, kamu tau kan Eris ......"

"Ma. Aku rasa Eris sudah tau semua itu" potongku. Jika terus membiarkannya berbicara, aku yakin dia akan menceritakan kisah cintanya dan Papa dari awal hingga akhir, dengan mendelikkan kedua mata tajamnya Ia pun menarik Eris untuk bergabung dengan Oma, Opa, Eyang putri, dan yang lainnya yang sudah menunggu di ruang keluarga.

"You are so cool, old man. I am proud of you" ujar Cantika sambil mengibaskan rambut hitamnya ke arahku. Hm, aku hanya mampu menggeleng melihat sifat angkuhnya tapi dibalik semua itu, Cantika adalah gadis yang sangat menyenangkan, sungguh berbeda dariku dan juga Dara. Ah, bicara tentang Dara, diamana dia?

"Can, dimana Mba Dara?" Cantika menaik-turunkan kedua bahunya dan berlalu begitu saja.

"Mas Rion mencariku?" aku pun menoleh ke asal suara itu dan mendapati adik sulungku yang baru saja pulang.

"Kamu baru pulang kerja, Dar?"

"Iya Mas, ada kasus yang lagi aku tangani"

"Ckckck, Mba Dara aku kasih tau ya kalau Mba hanya sibuk dengan gelar jaksa Mba aja, gimana coba Mba Dara mau punya pacar? Cantika gak pernah tuh lihat Mba bawa cowok ke rumah" lontar Cantika.

"Anak kecil kaya kamu tuh gak tau apa-apa jadi, gak usah sok nasehatin Mba deh. Lagi pula emang kamu udah punya pacar?"

Seperti biasanya, jika mereka sudah saling berbicara pasti yang timbul hanyalah debat kusir dan kalau sudah begini hanya ada satu orang yang mampu menghentikannya, yaitu Papa.

"Cut it ou! Kalian sudah bukan anak-anak lagi, so stop be noisy and go!" keduanya pun mengangguk dan menuruti apa yang dikatakan oleh Papa, sementara aku hanya mampu menatapnya dengan penuh rasa kagum. "Kenapa?" tanyanya ke arahku.

"Papa memang Papa yang paling keren di dunia" pujiku.

Setelah makan malam selesai, aku mengajak Eris ke halaman belakang untuk menikmati pemandangan malam ini. Gemericik air mancur kecil yang ada dikolom ikan, terdengar begitu harmonis disaat seperti ini.

"Wuah, sudah lama sekali aku tidak main ke rumahmu ya dan disini adalah tempat kesukaanku karena aku bisa menikmati suara air mancur dan duduk santai di gajebo, benar-benar luar biasa. Lalu bagaimana denganmu? Tempat mana yang paling kau sukai?"

"Kolom renang, karena aku bisa berenang" Eris tertawa sambil mencubit pinggangku setelah mendengar perkataanku barusan.

"Arion, apa kau yakin akan menikahiku?"

"Tentu" jawabku dengan lantang.

"Terimakasih ya, Arion"

"Tidak! Akulah yang harus berterimakasih padamu, karena kau sudah merubah hidupku. Dulu hidupku begitu membosankan, semuanya berjalan begitu tersusun dengan rapi tapi aku sama sekali tidak tau apa mimpiku, dan setelah kau datang, hidupku berubah menjadi lebih menyenangkan dan yang terpenting kaulah yang membuatku mempunyai mimpi, Eris"

Boyfriend (Rewrite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang